19. Menyedihkan

2.8K 411 66
                                    

Ran membanting lelaki itu dengan keras kearah tembok hingga bisa terdengar ada tulang lelaki itu yang patah, sekeras itu Ran membantingnya.

Seakan tak cukup sudah membanting lelaki itu, Ran kini beralih mengambil tongkatnya dan dengan membabi buta ia memukuli wajah lelaki itu.

Lelaki itu berteriak kesakitan. "A-arghh, apa- yang kau lakukan?!!!" Teriaknya.

Ran dengan cepat menarik kerah lelaki itu. "Kenapa racun yang kau berikan itu malah membuat istriku buta?!"

"Bukankah kau mengatakan racun itu tak berbahaya dan hanya akan membuat keberadaan janin itu menghilang sementara?!?!"

"Ter-terkadang memang ada efek samp-ughh!!"

Ran langsung memukul kepala orang itu dengan telak sehingga kepala lelaki itu berdarah, ia pun tak sadarkan diri.

"Sialan!!" Umpat Ran.

Ran mengusap rambutnya sembari menodongkan pistol pada mulut lelaki itu.

Dor!!

Dan tanpa kata apapun lagi Ran langsung menembak orang itu sehingga ia pun mati.
Ran menatap datar kearah mayat lelaki itu, kemudian mengambil sapu tangan pada jasnya untuk membersihkan noda darah pada tangannya.

Ran melempar pistol itu dengan kesal, sembari meremat rambutnya ia benar-benar merasa pusing. Ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan kini, ia yakin Kana pasti akan sangat membencinya.

Memikirkan hal itu saja benar-benar sangat mengerikan bagi Ran, namun ia tak punya pilihan lain. Ia tak ingin nantinya anaknya akan dijerat oleh pria tua bangka itu.

Ia ingin anaknya dan Kana nantinya hidup bebas dengan bahagia, padahal tinggal sebentar lagi ia akan bisa menghancurkan perusahaan ayahnya, tapi sekarang semuanya diluar kendali.

"Kana..."

~

Kana membuka matanya perlahan, namun seketika ia menangis dengan deras. Karna meskipun membuka matanya yang bisa ia lihat hanyalah kegelapan.

"Kana...!" Ucap Ran begitu melihat Kana membuka matanya.

"... Ran? Apa yang kau lakukan disini? Apa kau ingin-ugrh!!" Kana muntah darah, perutnya benar-benar terasa sakit.

Ran panik. "Bagaimana ini, kau terus berdarah." Gumamnya.

"... Bukankah ini yang kau inginkan?"

"Apa maksudmu? Aku tak pernah menginginkan hal ini, Kana..."

Kana tertawa remeh. "Omong kosong Ran."

Kana beralih mengusap perutnya, dan tak lama setelahnya ia pun menangis. Bisa Ran rasakan tubuh wanita itu gemetaran didalam dekapannya. Betapa hancurnya Ran begitu melihat wanita yang begitu ia cintai terlihat begitu hancur dan terluka. Sama ketika ia mencoba untuk meracuninya perbedaannya hanya saja kini wanita itu terlihat dua kali lebih hancur lagi.

"Aaaaaaaa...." Kana sesegukkan sembari menarik kerah Ran. "Dia sudah pergi...!"

"Bayiku sudah pergi... Ini yang kau inginkan bukan?!"

Ran menatap Kana dengan pandangan pedih, ia tetap diam. Ia benar-benar merasa tak pantas untuk mengucapkan apapun lagi.

Kana benar-benar hancur dunianya dirasa runtuh untuk yang kesekian kalinya. Ia telah kehilangan anak didalam kandungannya, meskipun anak itu belum lahir namun belum pernah sekali pun Kana tak menyayangi nyawa didalam perutnya itu sejak merasakan kehadirannya.

"... Aku mengerti jika kau tak ingin anak ini nantinya masuk ke dalam kehidupan kita namun Ran... Dia hanyalah anak yang tak berdosa..."

"Dia berhak untuk lahir dan melihat dunia..." Lirih Kana.

Pathetic ||Haitani RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang