04 -girl in white coat-

1.3K 194 11
                                    

Sepanjang perjalanan Jisoo tak hentinya bergerak gusar dan berdoa semoga kedua adiknya baik-baik saja. Setelah kejadian dimana dia pergi dari kantor, diperjalanan dia mendapat telpon dari nayeon dan menceritakan apa yang terjadi pada dua anak kembar itu, mendengar hal itu jisoo segera melakukan pemberangkatan menuju seoul tanpa memikirkan pekerjaan nya yang masih kacau.

"Ji, tenang lah. Aku yakin jennie sudah memberi mereka penanganan terbaik, kau hanya perlu berdoa." Ujar irene menenangkan, kedua tangan nya menggenggam tangan yang terpaut gusar. Irene menghela nafas entah amukan apa yang akan jennie dapatkan dari sahabat nya.

Tak lama bunyi gesekan ban dan jalanan terdengar, mobil terhenti tepat didepan pintu utama rumah sakit di kota Seoul. Irene segera keluar mengikuti langkah jisoo, sedikit kesulitan karena ia berlari.

Beberapa pegawai tampak membungkuk melihat jisoo yang tiba-tiba datang. Tentu saja mereka tau siapa jisoo, dia pewaris ke dua keluarga kim dan dia yang pertama diumumkan pada media oleh sang ayah sebelum ayah nya pergi meninggalkan jisoo dan ketiga adiknya.

"Nayeon memberitahu ku bahwa Chaeyoung dan Lisa berada di ruang rawat VVIP, dilantai lima." Irene melirik jisoo yang hanya diam. Sebenernya tanpa diberitahu pun jisoo sudah tau dimana ruangan nya

"Jangan menemui jennie sebelum kau bisa mengendalikan emosi mu. Aku tidak ingin melihat kalian berdua bertengkar, dengarkan dulu cerita dari adik mu, dia pasti memiliki alasan kenapa menjemput chaeyoung dan lisa terlambat."

"Diam lah irene, mengapa kau sangat bawel sekali." Jisoo menghela nafas nya dia pusing mendengar irene berbicara panjang lebar.

Tingg!

Pintu lift terbuka kedua nya langsung keluar dan menuju ruang rawat. Mereka bertemu nayeon yang baru saja keluar dari ruang rawat itu.

Nayeon tersenyum ceria, dia segera membungkuk memberi salam pada jisoo "Sajangnim, chaeyoung dan lisa baru saja aku periksa. Keadaan mereka sudah lebih baik dari sebelumnya."

"Jennie?."

Nayeon melirik irene menggelengkan kepalanya yang berdiri dibelakang jisoo, "dia sedang melakukan penanganan di igd, beberapa menit yang lalu baru saja terjadi kecelakaan beruntun. Aku tidak tau jam berapa kekacauan itu akan selesai."

"Lalu kau kenapa disini?."

"Aku di bebas tugaskan menangani pasien gawat darurat dan diganti mengawasi pasien VVIP."

Jisoo diam dan membuka pintu ruangan itu. Hatinya terasa sakit melihat kedua adiknya terbaring lemah dengan infus yang menancap ditangan cantik itu.

Walaupun jisoo terkadang selalu dicap sebagai seorang kakak yang tidak perhatian dan selalu cuek, tetapi jisoo adalah orang yang selalu memperhatikan sekitar, dia mengetahui semua nya tentang keluarga nya tetapi dia selalu memilih diam.

"Maaf kalian menjadi seperti ini karena kelalaian ku." Lembut jisoo menggenggam lengan lisa, walau bukan sepenuhnya salah dia tapi dia yang telah menitipkan chaeyoung dan juga lisa pada jennie.

"Eonnie tak perlu minta maaf, ini bukan salah mu." Ucap lisa dengan suara serak. Jisoo mendongak melihat sang adik yang sudah terbangun, jisoo dengan segera mengecup bibi kering itu, menatap manik hitam sang adik dengan perasaan bersalah.

.......

Pikuk riuh gedung bercat putih tak lepas dari pantauan seorang gadis berjubah puth dengan noda merah yang sudah mengotorinya "Tolong! Beri kami jalan!."

Tangan nya terus bergerak memberi RJP pada wanita salah satu korban akibat kecelakaan yang telah tak sadarkan diri di bawahnya "Detak jantungnya terus menurun, siapkan ruang operasi!."

"Dokter kim! Serahkan dia pada ku, kau tangani pria sebelah sana." Kaki mungilnya berlari menubruk beberapa orang berlalu lalang.

"Tuan kau bisa mendengar intruksi dari ku?." Tidak mendapat jawaban, kepalanya mendongak meminta penjelasan pada perawat yang sejak tadi ditugas kan untuk memantau monitor. "Dia terlalu banyak mengeluarkan darah Dokter. Stok golongan darah di rumah sakit kita juga sedang kosong dan sudah dikirim pusat kemungkinan sedang dalam perjalanan, kita tidak bisa menyelamatkan nya-."

"Tidak ada kata tidak bisa untuk menyelamatkan nya. Dia bisa hidup, kita harus memastikan itu." Tangan nya dengan cekatan meraih beberapa lembar kasa baru, walau dirinya sudah lelah dan pusing dia tetap terus menjalankan tugasnya.

"Minta dokter krystal untuk membantu ku melakukan operasi terbuka, sekarang!." Seru jennie pada perawat itu.

Krystal datang secara tergesa-gesa nafasnya tampak memburu, "aku yang akan melakukan operasi ini kau tangani saja pasien anak kecil itu. Dia mengalami pendarahan hebat." Jennie kembali berlari menuju pasien yang dimaksud.

Dalam bising nya UGD, jennie menarik nafas panjang. Mata kucing nya melirik kekacauan di sekitarnya. Tangis yang berisik, amarah yang menggema, darah yang mengalir dan banyak suara yang masuk ke dalam indra pendengaran nya.

"Bagaimana keadaan nya sekarang?."

"Pendarahan didalam dokter. Satu organ nya harus segera diangkat."

"Apa ruang operasi penuh?."

Perawat itu mengangguk, jennie mengadahkan wajahnya berharap sesuatu bisa menolong anak kecil yang malang ini. "Lakukan operasi terbuka!." Seru jennie ketika mendengar suara bising dari monitor, dia segera memberikan RJP agar anak itu tetap hidup.


Minggu, 10/12/2023

ᎦᏝᎧᏇᏋᏒ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang