Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, Chaeyoung baru saja terbangun setelah tertidur dengan berpelukan. Dia merasa tubuh nya kaku dan pegal akibat memeluk sang kakak, ekor mata nya melirik jam yang berada di atas nakas.
Chaeyoung tersenyum menatap wajah damai jisoo.
Tak lama lisa terbangun, ia menguap dan meregangkan otot nya masih dengan mata tertutup, namun tidak lama mata hazel itu terbuka lebar, "Apa jennie unnie sudah kesini?." Tanyanya langsung duduk
Chaeyoung menggeleng, "Aku rasa belum."
Saat mereka asik melamun pintu kamar tiba-tiba terbuka, menampakkan wajah kakak kedua mereka yang sedang mengintip. Jennie tersenyum kemudian mulai membuka lebar pintu itu agar dia bisa lebih mudah untuk masuk.
"Kenapa kalian tidak tidur?." Tanya jennie dengan senyum yang terukir, padahal wajah itu menampakkan gurat yang sangat lelah.
Lisa tersenyum, merentangkan tangan nya untuk memeluk sang kakak, "kami terbangun unnie. Apa unnie baru selesai?." Tanya lisa menduselkan wajah nya pada leher jennie. Melihat adiknya yang bersikal biasa saja membuat nya makin merasa bersalah
Jennie terkekeh. "Hm, lepas lisa baju unnie kotor. Jika ingin memeluk nanti saja setelah badan unnie sudah bersih." Jennie mencoba menjauhkan badan nya namun tenaga lisa terlalu besar, jadi lah dia membiarkan sehingga sang adik melepas pelukan nya sendiri.
Chaeyoung terkekeh geli, ia tidak ingin berpelukan seperti lisa. Dia mempunyai caranya sendiri untuk bermanja ria bersama kakak pertama nya.
"Aigoo jahat sekali kalian tidak mengajakku." Ketiga nya serempak menoleh pada asal suara, disana ada jisoo yang tengah berkacak pinggang di depan pintu kamar mandi.
Menyadari jisoo ada disana, chaeyoung segera menyuruh jisoo mendekat dan langsung memeluk jisoo, "ah unnie untung kau ada disini, jika tidak aku akan iri melihat lisa yang sudah mengambil jennie unnie." Ucap nya dengan suara yang sedikit ia keraskan agar kedua gadis yang sudah lebih dulu berpelukan itu mendengar nya.
Jisoo terkekeh kemudian membalas pelukan sang adik. Saat sang kakak sedang sibuk memeluk chaeyoung, jennie mencuri pandang melirik ke arah jisoo yang tidak menyapa nya bahkan tidak menatap nya sama sekali.
Chaeyoung melepaskan pelukannya, "unnie."
"Ada apa chaeng-a?."
"Ini lisa, seperti nya perut ku marah karena aku belum memberi makan."
"Memang kau belum makan?." Tanya lisa
Chaeyoung menggeleng dengan wajah memelas nya. "Benar kah chaeyoung?." Tanya jennie berusaha menahan tawa melihat wajah memelas itu. Padahal jennie tau satu jam yang lalu adiknya itu baru saja makan, walau memang bukan dia yang memberi makanan itu.
"Be-benar unnie. Apakah unnie ada makanan? Aku lapar hehe." Jawab gadis tertawa pelan.
Lisa menggaruk tengkuknya, wajah nya datar, "jinjja? Aku pikir kenapa aishh. Unnie belum mandi ya? Kau sangat bau." Lisa menutup hidungnya.
Jennie memukul pelan bahu sang adik. "Unnie wangi ya, memangnya kalian belum mandi." Lisa mengaduh saat bahu nya menjadi sasaran pukul dari jennie, kemudian gadis bermata hazel itu hanya memberikan cengiran tak bersalah nya.
Jisoo mengusap rambut Lisa membuat gadis itu berteriak karena sudah menghancurkan poni nya, jisoo hanya menanggapi nya dengan tertawa. "Unnie sudah memesan makanan, tunggu beberapa menit nde... Oh iya nayeon bilang kalian besok sudah boleh pulang." Ucap jisoo
"JINJJA?." Pekik mereka berdua senang. Jisoo hanya mengangguk.
.........
Jisoo menatap datar perempuan yang berdiri di hadapannya sejak tadi, "kau tau Jennie? Aku sangat kecewa mendengar bahwa kau lupa menjemput kedua adikku." Jisoo mulai angkat bicara.
"Aku pikir setelah kita bertemu sikap mu akan jauh lebih baik dari sebelumnya. Tapi, ternyata itu semua hanya hayalan ku. Kau bahkan jauh lebih buruk!." Ucapan Jisoo bagaikan busur panas yang baru saja tertancap di jantung nya. Itu sangat menyakitkan.
"Bahkan.. sesibuk apapun diriku, aku selalu bisa menyempatkan waktu untuk sekedar menjemput dan menghabiskan waktu setelah pekerjaan ku selesai!." Teriak Jisoo yang mulai emosi, nafas nya bahkan sudah memburu karena terus mencoba agar tidak melampiaskan amarah nya pada gadis bermata kucing itu, namun sepertinya semua sia-sia.
Jisoo bangkit mencengkram bahu sang adik, "Jangan karena dirimu seorang dokter, kau melupakan tugas mu sebagai seorang kakak." Bisiknya pada telinga Jennie.
"Sekarang, aku bahkan berpikir bahwa dirimu lebih baik tidak kembali pulang jika kau hanya menyakiti adikku." Jennie memejamkan matanya mencoba untuk tidak menangis mendengar setiap ucapan dari sang kakak.
"Kau tau kedua adik mu itu selalu mengeluh pada ku karena kau terlalu mementingkan pekerjaan mu!, mereka bahkan tidak pernah marah saat dirimu tidak datang di acara makan malam kita hanya untuk mengoperasi para pasien yang lebih berharga bagi mu!." Racau Jisoo dengan air mata yang sudah mengalir di kedua pipi nya.
Jisoo mendorong bahu sang adik kemudian pergi taman rumah sakit meninggalkan Jennie sendiri di sana. "Jangan menampakkan wajah mu sebelum aku memaafkan diri mu!."
Entah Jisoo sadar atau tidak perkataan nya benar-benar melukai hati Jennie. Seumur hidup baru kali ini Jisoo benar-benar marah pada nya. Jennie duduk lemas pada bangku taman rumah sakit, menutup wajah nya dengan kedua tangan dan isakan yang sejak tadi dia tahan kini langsung meluruh begitu saja di iringi dengan air hujan yang turun deras mengguyur wilayah kota Seoul.
Kamis, 14/12/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
ᎦᏝᎧᏇᏋᏒ [Revisi]
Short StoryLuka itu hanya semu, yang nyata hanya bahagia walau hadirnya seperti bianglala