06 -heavy load-

1.2K 151 5
                                    

Pagi ini suasana nya begitu suram, tidak seperti biasa nya yang terkadang masih ada canda tawa di meja makan. Tapi untuk kali ini, bahkan ke empat gadis kim itu pun tidak mengeluarkan suara, mereka tampak fokus menikmati sarapan yang ada.

Setelah tiga hari keluar dari rumah sakit, Chaeyoung dan Lisa kembali beraktivitas seperti biasa. Bahkan Chaeyoung mulai sibuk belajar mengolah perusahaan agar Jisoo tidak terlalu kewalahan mengurus dua perusahaan besar.

Sudah tiga hari juga perang dingin antara Jisoo dan Jennie terus berlanjut. Jennie yang selalu mencoba meminta maaf kepada Jisoo dan Jisoo yang selalu mengabaikan Jennie, tidak jarang dia membentak adik nya.

Melihat kedua kakak nya saling diam membuat chaeyoung dan lisa bingung. Mereka tidak tau masalah apa yang membuat Jisoo seolah menjauhi Jennie.

Lisa melirik jennie yang asik memperhatikan layar handphone nya, bahkan teguran singkat yang sudah dia beri tidak di dengar sang kakak. "Unnie, makan dulu yang benar." Tegur chaeyoung yang berada di dekatnya.

Bukan nya mendengar teguran sang adik, Jennie justru bangkit dengan tergesa dan meneguk kasar minuman nya "Jennie pamit, ada operasi mendadak." Dengan kasar ia meraih Jas putih kebanggaan nya dan mencium bibir Lisa dan Chaeyoung. Saat Jennie ingin mencium bibir sang kakak ia langsung menghindar begitu saja, membuat Jennie merasa kecewa.

Chaeyoung menatap gerak-gerik Jisoo, "unnie?." Tanya nya ragu.

Jisoo hanya menatap Chaeyoung seolah bertanya. "Apa yang terjadi dengan dirimu dan Jennie unnie? Aku lihat kau seperti menghindar dari nya."

Lisa mengangguk semangat, "ah benar unnie, apa yang terjadi pada kalian? Apa kalian bertengkar?.. aigoo unnie jangan seperti anak kecil, kalian bahkan sudah tua tidak baik untuk bertengkar." Chaeyoung melebarkan netra mata nya tidak percaya Lisa akan berbicara seperti itu.

"Lisa.." tegur nya.

"Wae? Itu benar. Unnie sudah besar seharusnya mengajarkan sesuatu yang baik pada kita, jika salah selesaikan dengan kepala dingin bukan menghindari nya." Chaeyoung menatap kagum sang adik yang baru saja berbicara bijak, namun sedetik kemudian dia menggeleng menunjukkan raut wajah meremehkan.

"Aku tidak yakin dengan ucapan mu, kau bahkan lebih parah dari Jisoo unnie." Cibir nya.

"Yak! Apa maksud mu, kim chaeyoung!."

Chaeyoung menggeleng dengan menahan tawa nya, "tidak. Tapi sepertinya kau harus ber kaca agar sadar dengan ucapan mu tadi." Gadis berponi itu menatap kesal, chaeyoung baru saja mengibarkan bendera perang.

Jisoo menggeleng pelan, menatap jam di pergelangan tangan nya yang sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit. "Habis kan makanan kalian, sebentar lagi kita akan berangkat."

"Hari ini aku malas sekali." Gumam Lisa menaruh satu tangan di dagu nya.

"Astaga! Dasar anak malas!." Ledek nya menjulur kan lidah.

"Unnie... lihat lah chaeyoung, dia meledek ku terus menerus." Adu gadis itu pada Jisoo yang sudah bangkit mengambil piring dan pergi menuju dapur untuk menaruh nya pada wastafel. "Jika kalian terus bertengkar, lanjutkan saja. Tidak usah kuliah hari ini."

Lisa dan Chaeyoung bersorak gembira, mereka segera berlari mendekat pada Jisoo. "Benarkah unnie?."

"Apa unnie serius mengijinkan kami tidak mengikuti kuliah hari ini?." Tanya Chaeyoung sedikit ragu.

Jisoo mengangguk, "unnie serius, tapi jangan salah kan jika uang jajan kalian tidak ada selama satu minggu." Jawab nya santai kemudian berjalan menuju ruang makan untuk mengambil Jas dan tas nya. Kemudian dia mengecup pipi sang adik sebelum pergi meninggalkan mereka.

"Nona, perlu saya antar?." Ucap laki-laki paruh baya yang menjadi supir di keluarga nya.

Jisoo menggeleng kemudian tersenyum ramah, "tidak perlu hwa ahjussi. Saya sedang ingin mengendarai mobil ini sendiri, mungkin sekalian berkeliling kota seoul." Hwa minhwa, hanya mengangguk kemudian pamit pergi.

..........

Jennie merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku, dia baru saja menyelesaikan laporan-laporan dari rumah sakit. Setelah menghabiskan waktu tiga jam untuk mengoperasi pengangkatan ginjal. Lalu tangan nya terangkat mangambil secangkir gelas dan menyesap kopi americano yang sudah dingin karena dia memesan minuman itu sudah sekitar satu jam yang lalu.

Matanya tampak memerah akibat terlalu banyak membaca lembaran-lembaran putih laporan rumah sakit yang membuat kepalanya pusing.

Menghela nafas nya setelah itu menaruh gelas kopi kembali pada tempatnya, memutar sang kursi menghadap kaca belakang yang memperlihatkan luas nya jalanan kota Seoul. Jas putih kebanggaan tentu saja masih setia membalut tubuh itu.

Pandangan nya teralih pada bingkai berukuran 40×60 yang disatukan pada tembok putih rumah sakit. Disana dia melihat wajah-wajah ketiga saudari nya yang tengah tertawa, dibawah foto itu terdapat tulisan tangan yang tertulis tanggal foto dan tempat dimana mereka berfoto.

Sudah lama '18 Januari 2009, Pantai jeju' itu sekitar dua belas tahun yang lalu, saat mereka masih berusia kecil dan masih belum tau tentang jahat nya dunia luar. Sekarang Jennie rindu kebersamaan dan kehangatan dalam keluarga nya.

Jadi, bisa kah Jennie memutar kembali waktu? Seperti dunia Doraemon yang ada mesin waktu dan bebas merubahnya kapan pun yang di mau.

Terlalu asik menjelajah dalam dunia nya sendiri, Jennie bahkan tidak menyadari kedatangan Krystal. "Berhenti lah melamun, kim." Tegur Krystal.

"Jika ada masalah kau bisa menceritakan nya pada ku. Kau tau Jennie... tidak bagus menyembunyikan sesuatu sendiri, kau tidak sendiri ada aku yang selalu berada disamping mu"

Merasa tidak mendapat jawaban apapun, Krystal bangkit menuju kursi kebanggaan Jennie. Dia memegang pundak gadis itu sehingga membuat sang empu terlonjak kaget. "Kau mengejutkan ku, unnie." Marah Jennie yang masih menetralkan rasa keterkejutan nya.

Krystal terkekeh, "aku bahkan sudah menegur mu, tapi kau terlalu asik melamun." Jelas nya. "Kau ada masalah?."

Jennie menggeleng dia bangkit melepaskan Jas putih, menggantungkan nya pada gantungan disana. Jennie mendengus lalu menatap Krystal tangan nya menepuk sisi sofa yang masih kosong dan menyuruh Krystal untuk duduk disebelah nya, setelah gadis itu duduk dia segera menyadarkan kepala pada bahu yang sudah ia anggap sebagai kakak nya itu.

Krystal hanya diam tangan nya mengelus pucuk kepala Jennie dengan lembut, membiarkan gadis itu segera tertidur dan masuk ke alam mimpi.

Sabtu, 16/12/2023

ᎦᏝᎧᏇᏋᏒ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang