Pagi ini Jisoo bangun seperti biasa, kemudian dia bersiap-siap untuk membuat sarapan. Karena kemarin ahjumma meminta izin untuk tidak bekerja selama beberapa hari karena anak nya masuk rumah sakit.
Langkah santai nya berjalan menuju dapur, ia membuka kulkas untuk melihat menu apa yang akan dia masak nanti.
"Ah tidak perlu ribet, aku hanya perlu membuat nasi goreng." Gumam Jisoo kemudian mulai mengambil bahan-bahan memasak nya. Ia mencepol rambut agar tidak menghalangi saat memasak nanti.
Tangan Jisoo dengan lihai memotong dan menggoreng masakan pagi ini, ia tampak fokus dengan kegiatan itu tanpa menyadari ada Jennie yang sedang duduk di meja pantry dan memperhatikan sang kakak.
"Woah unnie kau keren sekali, tampak seperti seorang chef restoran terkenal." Puji Jennie menepukkan tangan nya dengan semangat tidak lupa senyum manis ia berikan kepada Jisoo.
Jisoo menoleh ke arah Jennie dan hanya mengangguk. Ingatkan bahwa dirinya masih kecewa pada Jennie.
Jennie bangkit dan mengambil piring yang sudah berisi nasi goreng, "biar aku saja yang membawa nya unnie. Kau lebih baik mandi saja dulu sebelum Lisa dan Chaeyoung datang." Suruh nya kemudian berjalan menuju meja makan dan menaruh makanan itu.
Jisoo diam, tanpa mengatakan apapun dia melepaskan apron lalu menggantungnya. Jennie hanya melihat punggung sang kakak yang sampai sekarang masih mengabaikan nya. Jennie kecewa pada sang kakak, tapi Jisoo pasti lebih kecewa karena sikap nya kemarin.
Untuk menunggu ketiga saudari nya, Jennie menghubungi Krystal agar gadis itu mengambil alih tugas nya sementara. Karena rencana nya dia akan seharian berada di rumah.
"Eoh~ selamat pagi unnie." Sapa Lisa dengan wajah ceria nya, gadis itu sudah rapih dengan pakaian yang akan dia pakai ke kampus nanti. Tak lama datang lah Chaeyoung dengan wajah yang murung.
"Ada apa Chaeyoung-ah? mengapa wajah mu masih pagi sudah murung?." Tanya Jennie.
Chaeyoung menunjuk Lisa, "dia pelaku nya, unnie."
Atensi Jennie kembali pada adik bungsu nya, "wae Lisa-ya?."
"Huaaa dia menghabiskan parfum favorite ku, unnie. Bahkan dia sama sekali tidak meminta maaf dan akan menggantinya." Tangis Chaeyoung membuat Lisa memutar bola mata nya malas.
Jennie tertawa kemudian menepuk pelan pundak Chaeyoung, ia membisikkan sesuatu kepada gadis itu membuat Lisa penasaran.
Lisa terus saja memperhatikan gerak-gerik kedua nya yang sekarang sedang melakukan gerakan tos.
"Unnie kau tidak bekerja hari ini?." Tanya nya mencoba mengalihkan atensi sang kakak. Jennie hanya menggeleng kemudian duduk di kursi nya untuk menunggu Jisoo.
"Wah kalau begitu aku tidak akan pergi ke kampus hari ini, aku ingin menghabiskan waktu dengan Jennie unnie." Ucap Lisa semangat membuat hati mungil Jennie tercubit.
"Aku juga deh. Lagi pula hari ini hanya satu mata kuliah, boleh kan unnie?." Jennie menatap Chaeyoung yang menunjukkan wajah memohon nya, begitu juga dengan Lisa melakukan hal yang sama.
Jennie menghela nafas, "Unnie sih tidak apa-apa.. tapi tidak tau dengan Jisoo unnie. Kalian bujuk saja agar Jisoo unnie luluh. Selamatt pagi unnie." Sapa Jennie semangat yang hanya di balas berdehem oleh nya.
Jisoo duduk tanpa menyapa ketiga adik nya, pakaian gadis itu sudah rapih. Jas Putih di padukan dengan baju putih di dalam nya dan sedikit riasan di wajah Jisoo sudah membuat gadis itu cantik bak bidadari.
........
Mobil putih milik Jennie sampai di sebuah pantai. Ia mematikan mesin mobil nya kemudian melepas seat belt dan membuka pintu, pandangan nya terus tertuju pada kedua adik nya yang sudah berlari menuju bibir pantai.
Mengambil ponsel nya kemudian memfoto dua anak kembar itu. Setelah membutuhkan waktu cukup lama untuk membujuk Jisoo agar mengizinkan mereka tidak masuk kuliah, akhirnya Jisoo mengizinkan mereka dengan mengajukan satu syarat yang di sepakati oleh ketiga nya.
"Unnie kemari lah!." Ajak Lisa, baju nya sudah sedikit basah karena bermain dengan Chaeyoung. Begitu pun kembaran nya kondisi nya tidak jauh dari Lisa.
Jennie mengeluarkan ibu jari nya dan sedikit ia angkat ke atas, "tunggu sebentar, unnie akan berlari dan mengejar kalian!."
Tidak jauh dari sana, ada mobil Porsche 911 berwarna abu-abu memperhatikan mereka. Perempuan itu tersenyum melihat pemandangan yang sudah lama tidak pernah ia lihat lagi.
Pemandangan tawa lepas dari tiga gadis di depan nya membuat hati nya menghangat, bahkan dia berharap agar melihat pemandangan itu setiap hari.
Drttt drttt
Dering telepon dari sekertaris nya membuat dia mau tak mau pergi ke kantor. Perempuan itu mulai menghidupkan mesin mobil nya lalu menginjak pedal gas meninggalkan area sekitar pantai.
Sabtu, 23/12/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
ᎦᏝᎧᏇᏋᏒ [Revisi]
Short StoryLuka itu hanya semu, yang nyata hanya bahagia walau hadirnya seperti bianglala