05. LARANYA YANG MELARAT

1.2K 75 4
                                    

[New version, luvv💙]    [ enjoy reading ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[New version, luvv💙]
    [ enjoy reading ]

  ׁ ⊹ ₊ ©GuritaSalto_ ׁ  ₊



Aksara tidak tahu yang terjadi pada kekasihnya, belum sampai 10 menit melihat gaun pernikahan di sebuah ruangan bersama Elyra, tatapan Aksara tertuju sebelah gaun mewah, benaknya merambat kemana-mana layaknya kaset rusak berputar dikepala. Memutar kejadian satu tahun yang lalu, tuntutan dan paksaan akan melaksanakan hubungan sakral bersama perempuan yang tak dicintainya, tuxedo mengingatkanya kenangan menyakitkan.

Aksara berlari kecil mencari Liora, menyadari tak lagi berada di samping mamanya. Sesampainya di luar butik, Aksara menemukan Liora memojokkan diri disudut paling ujung, menghela nafas lega. Segala ketakutan sempat menghantui diri Aksara.

"Hey, Liora?" Tangan cowok itu menyentuh pundak Liora, bergetar disusul isakan kecil. Aksara semakin tidak mengerti kenapa Liora tiba-tiba keluar dan kini menangis.

"Sayang," panggil Aksara merengkuh tubuh kekasihnya. Seketika, tangis Liora mengencang dan mengudara. Beruntungnya disekitar sedang sepi, kalaupun ada, orang-orang akan berasumsi yang tidak-tidak apalagi menuduh. Tangan Aksara bergerak pelan mengusap pundak Liora, tangisannya kian menyakitkan.

"Nangis sepuasnya, aku ada di sini untukmu," ucap Aksara lembut, tangannya berpindah merapikan rambut panjang Liora.

"Ma -- mama ..., ak-aku gak mau ... mama nikah, Sa," ungkap Liora mengurai pelukan. Pipi tirusnya basah akibat cairan bening yang terus menetes dan turun membanjiri.

"Ak-- aku juga gak mau nikah," ucapnya mengusap pipi, dengan isakan yang masih terdengar, suaranya berubah serak. Benda tajam seakan mengiris relung hatinya, berdarah yang tak terlihat dan sakitnya begitu nyata.

"Aku mau ketemu papa, aku gak mau sama mama." Aksara menempelkan jari telunjuknya dibibir Liora. 

"Okey, tenangin diri kamu dulu. I'm here for you. Cerita ke aku, hm?" pujuk Aksara dengan suara lemah dan lembut. Selama melangsungkan hubungan bertahun-tahun, Liora seolsh membuat jarak kasat mata perihal kondisi keluarganya. Sebenarnya sejak Liora sering ditinggal sendirian di rumah, dan orang tuanya berpergian, alasan sibuk pekerjaan disitu Aksara menaruh curiga dan memilih memaklumi, karena dipikirnya adalah ranah privasi.

Liora menetralisir deru nafasnya, masih kian terasa sesak didada. "Setelah aku cerita, kamu bakal ninggalin aku, gak?"

Aksara menarik pelan hidung mancung gadis itu. "Kasih aku alasan logis dulu, Li. Kenapa aku harus ninggalin kamu?" tanyanya, mengerutkan kening.

Menarik nafas dalam-dalam dan dikeluarkan secara perlahan. "Aku broken home. Mama dan papa udah gak pernah pulang lagi, sibuk dengan kehidupan masing-masing. Sekalinya pulang, ketemu. Ga ada tegur sapa ramah, mereka berantem karena masalahnya ada di aku. Aku sumber masalahnya, Aksa. Aku dengar mama dan papa senang menyebut nama aku dalam pertengkaran itu, dan perlu kamu tahu." Liora menundukkan kepala, memukul pelan dadanya ketika gelombang sesak kembali hadir menghantarkan cairan bening menumpuk dipelupuk mata, pandangan gadis itu mengabur. Liora paling lemah membahas masalah kedua orangtuanya, baginya adalah luka terhebat.

Rumah Ke Rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang