3. hitam: memori.

561 69 0
                                    

Warn⚠️

Penulis mengingatkan bahwa cerita ini hanya fiksi belaka. Tokoh dan jalan cerita tidak ada sangkut-pautnya dengan kehidupan nyata.

Untuk chapter kedepan kemungkinan mengandung beberapa adegan yang bisa memicu traumatis berkaitan dengan darah, kekerasan fisik maupun seksual, pembunuhan sadis serta masalah mental.

Diharapkan para pembaca lebih bijak dalam menyikapi.

Terimakasih.

══✿══╡°˖✧✿✧˖°╞══✿══




Disebut remaja juga bukan, umurnya mungkin baru 12 tahun saat itu. Masih terpatri dengan jelas dalam ingatannya, bagaimana hidupnya terjatuh ke dalam hitam yang lebih dalam.

Anak berambut hazel itu hanya bisa menangis pasrah saat melihat remaja pirang itu berlari meninggalkannya, bersama dengan pria tua yang dia panggil Ayah.

"HEI MAU PERGI KEMANA KAU ANAK BRENGSEK!"

Pria tua itu beranjak dari ranjang. Meninggalkan anak berambut hazel yang terkapar. Tubuhnya mati rasa. Kulit putih nya sudah tak terlihat, hanya menampakan banyaknya luka dan memar disana.

Tubuh bagian bawahnya terasa terkoyak. Bagaimana pria tua itu secara brutal menyiksanya.

Dengan sisa tenaga, dia turun dari ranjangnya, menyeret kakinya, melewati kamar disampingnya. Kamar orang tuanya, dulu. Oh, itu Ibunya masih disana, tepat diatas ranjang bersama seorang pria yang sering ia panggil Paman.

Anak itu menatap datar. Entah apa yang harus dia ekspresikan sekarang. Dia sendiri tidak tahu. Tubuh keduanya, Ibu dan Paman, saling menumpuk. Tanpa tertutup apapun. Mata mereka terbelalak saling menatap penuh kengerian. Tidak ada yang bergerak.

Satu dengan lubang di kepala, satunya dengan luka menganga di lehernya. Darah sudah terlihat mengering di karpet kamar orang tuanya, anak itu mendekat dengan langkah terseok.

"Hhh..biar mampus kau anak bajingan."

Pria tua itu terengah saat berhasil mendapatkan mangsanya. Sang remaja pirang sudah diam tak bergerak, dengan kepala bersimbah darah.

"Ayah dan anak sama saja. Dasar keluarga setan."

Jleb.

"Akh."

Pria tua itu merasakan nyeri di dadanya, kemudian membalikan badan dan mendapati anak semata wayangnya berdiri masih tidak mengenakan apapun, menatap dengan tatapan datar.

"S-seungmin."

"AAAAAAAKKKHHHHHHHH!!"

Satu.

Dua.

Tiga.

Entah bahkan anak itu sudah tidak bisa menghitungnya, berapa kali dia menghujamkan pisau itu ke tubuh pria tua yang sudah tak bergerak itu di bawahnya.

Dengan nafas terengah, Seungmin turun dari tubuh ayahnya. Kesadarannya seolah ditarik kembali, tangannya bergetar.

Di sudut matanya Seungmin melihat pergerakan, anak berambut pirang itu sedikit bergerak. Dengan langkah dan nafas yang semakin memberat, Seungmin mendekat.

✔hitam dan putih || Chanmin AU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang