8. putih: terungkap.

491 71 3
                                    

Warn⚠️

Penulis mengingatkan bahwa cerita ini hanya fiksi belaka. Tokoh dan jalan cerita tidak ada sangkut-pautnya dengan kehidupan nyata.

Untuk chapter kedepan kemungkinan mengandung beberapa adegan yang bisa memicu traumatis berkaitan dengan darah, kekerasan fisik maupun seksual, pembunuhan sadis serta masalah mental.

Diharapkan para pembaca lebih bijak dalam menyikapi.

Terimakasih.

══✿══╡°˖✧✿✧˖°╞══✿══



"Chris."

Pria yang dipanggil hanya menoleh sekilas, lalu kembali menatap ke arah jendela. Pikirannya menerawang jauh.

"Sayang."

Wanita paruh baya berjalan mendekat diikuti pria muda berfreckles yang matanya membengkak entah karna kurang tidur atau terlalu banyak menangis atau mungkin keduanya.

"Kenapa Mom berbohong?"

Chris masih enggan menatap Ibunya.

"Sorry, Son. Ibu hanya tidak ingin kau mengingingat tentang bajingan itu,  maksudku Ayahmu. Bahkan kau yang tidak bersalah, jadi ikut menanggung kesialan karna dirinya."

"Tidak. Aku juga bersalah, Mom. Aku harusnya juga menderita. Aku menyakiti Seungmin."

"Tidak, sayang. Tidak. Lihat, ingatanmu masih kacau. Kau belum pulih. Kau sama sekali tidak bersalah, sayang. Kau hanya korban."

"KAU TIDAK TAHU KEJADIAN SEBENARNYA, MOM!...ah maaf-"

Chris meremat kepalanya. Ibu Chris dan Felix terhenyak saat Chris yang tiba-tiba berteriak kearah mereka.

"A-Apa maksudmu, Sayang?"

"Aku..a-ku saat itu..aku juga.. menyetubuhi S-seungmin."

Tidak ada yang berbicara. Hanya terdengar suara Felix yang mulai terisak.

"C-chris, apa yang kau katakan. Tidak. Kau tidak melakukannya. Kau hanya korban Chris."

"Mom, aku yang disana! Berhen-"

"T-tapi Seungmin sendiri yang bilang!"

"Apa maksudmu?"

Chris menoleh ke arah Ibunya yang tengah terisak menutupi wajahnya.

"Mom, apa maksudnya?!"

.
.

Flashback. (Chris's Mom pov)

Aku mengamati anak kurus itu. Yang masih memohon untuk terus diberi hukuman mati.

Sakit. Kenapa aku malah merasa iba pada anak pembunuh suamiku? Anak dari selingkuhan suamiku? Biar saja anak itu menanggung dosa kedua orang tuanya.

"K-kak Chan tidak bersalah."

Aku menoleh, atensiku yang sejak tadi menghiraukannya, sekarang sepenuhnya ada pada anak itu.

Bibir kecil itu terus menangis. Oksigen di ruang pengadilan terasa mencekik. Tidak ada yang berbicara saat anak malang itu bercerita. Bermonolog dengan susah payah. Dengan runtutan kalimat yang sedikit berantakan.

✔hitam dan putih || Chanmin AU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang