11. hitam: pesan.

438 66 1
                                    

Warn⚠️

Penulis mengingatkan bahwa cerita ini hanya fiksi belaka. Tokoh dan jalan cerita tidak ada sangkut-pautnya dengan kehidupan nyata.

Untuk chapter kedepan kemungkinan mengandung beberapa adegan yang bisa memicu traumatis berkaitan dengan darah, kekerasan fisik maupun seksual, pembunuhan sadis serta masalah mental.

Diharapkan para pembaca lebih bijak dalam menyikapi.

Terimakasih.

══✿══╡°˖✧✿✧˖°╞══✿══



Seungmin's POV

Aku memandangi kertas dalam genggamanku. Menghela nafas. 

"Kak Wonpil, Kak Jae, Seungmin disini lagi. Seungmin masih belum boleh ketemu Kakak, ya? Kalau tahu begini, waktu itu Seung ngga nulis itu di buku Seung."

Mataku memanas, namun tidak ada air mata yang keluar. Hanya ada perasaan sesak dalam dada. Aku memandangi lagi kertas ini, sebuah surat perizinan adopsi yang sudah dibubuhi tanda tangan kedua calon orang tua ku kelak. Ya, itu kalau Kak Wonpil dan Kak Jae tidak pergi meninggalkanku lebih dulu.

Ingatanku kembali ke hari itu. 

Kak Jae datang sendirian, tanpa Kak Wonpil. Pria itu menghambur memelukku. Aku yang saat itu masih trauma terhadap sentuhan, anehnya tidak menolak saat Kak Jae memelukku. Firasatku aku harus menerima segalanya. Benar saja.

"Seungmin, Wonpil......"

Hari itu Tuhan memilih menjemput salah satu malaikatnya. Wajah Kak Wonpil begitu damai saat ku lihat terakhir kali sebelum peti itu di tutup. Kak Wonpil harus pergi lebih dulu karna penyakit HIV yang di deritanya.

Aku menemani Kak Jae yang tidak berhenti menangis hari itu. Menyesakkan. Aku bahkan tidak bisa menangis, seberapa kuat aku menginginkan menumpahkan segalanya. Tapi tidak ada airmata yang keluar.

Kepala rumah sakit tempatku di rehabilitasi, mengizinkanku menemani Kak Jae beberapa hari setelah hari berduka itu. Kak Jae begitu hancur, tapi dia kuat. Sangat kuat. Lalu suatu hari dia menunjukkan surat adopsi itu sambil tersenyum penuh ketulusan.

"Wonpil dan aku sudah sempat menandatanganinya, hanya tinggal mengurus beberapa berkas saja. Aku harus kuat melanjutkan hidupku, karena sekarang aku hanya punya dirimu, Seungmin. Kumohon jangan tinggalkan aku sendiri, ya."

Begitu katanya saat itu. Itu senyum pertama Kak Jae setelah kepergian Kak Wonpil. Aku menelan ludahku dengan berat. Tidak mungkin aku bisa berjanji untuk tidak meninggalkan Kak Jae sendiri, kalau keinginan terakhirku sebelum aku mati adalah menjadi bagian dari keluarga Kak Jae dan Kak Wonpil. Bukankah kalau saat itu tiba, aku harus pergi meninggalkan dunia?

Saat itulah aku merasakan apa yang dirasakan Kak Wonpil. Aku takut mati. Aku tidak mau meninggalkan Kak Jae sendirian.

Tapi nyatanya, aku lagi yang ditinggal sendirian.

Mungkin Kak Wonpil dan Kak Jae bersengkokol dengan Tuhan supaya keinginan terakhirku tidak akan pernah terlaksana, supaya aku tidak segera meninggalkan dunia yang kejam ini.

Tepat satu minggu setelah Kak Wonpil pergi, Kak Jae menyusulnya. Kecelakaan. Murni kecelakaan. Kak Jae sudah dalam kondisi baik saat itu. Maksudku dia dalam kondisi sehat baik fisik maupun mental. Tapi mengapa kecelakaan itu terjadi? Entah. Hanya Tuhan yang tahu. Takdir memang senang mempermainkan seseorang. Aku kembali berduka. Tapi setidaknya Kak Jae bisa kembali bersama Kak Wonpil disana.

✔hitam dan putih || Chanmin AU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang