Warn⚠️
Penulis mengingatkan bahwa cerita ini hanya fiksi belaka. Tokoh dan jalan cerita tidak ada sangkut-pautnya dengan kehidupan nyata.
Untuk chapter kedepan kemungkinan mengandung beberapa adegan yang bisa memicu traumatis berkaitan dengan darah, kekerasan fisik maupun seksual, pembunuhan sadis serta masalah mental.
Diharapkan para pembaca lebih bijak dalam menyikapi.
Terimakasih.
══✿══╡°˖✧✿✧˖°╞══✿══
"Ini, ada beberapa berkas yang harus kau isi."
Seorang pria mengeluarkan kertas-kertas dari dalam tas nya.
"Apa cukup parah sampai harus membuatmu harus cuti?"
Kata pria lainnya yang menjatuhkan dirinya di sofa seberang ranjang.
"Tidak. Aku hanya..."
Pria di atas ranjang menggantungkan kalimatnya.
"Tidak masalah kalau kau tidak bisa memberitahu aku dan Changbin, Chris. Kami berharap kau lekas sembuh. Kau tahu mengambil cuti di semester akhir begini kupikir-"
"Aku tidak bisa Minho."
Potong Chris yang memandangi kertas-kertas di hadapannya.
Minho melirik Changbin sekilas.
"It's okay, mate. Take your time. Istirahatlah. Kalau kau butuh kami, kami selalu ada disini. Ingat ya mate!"
Changbin menepuk bahu Chris.
"Ah ya ngomong-ngomong aku dan Minho bertemu adik sepupumu, Felix, ya?"
Chris mengangguk kecil.
"Kupikir dia ingin menjengukmu tapi sepertinya dia ingin menjenguk temannya. Karna dia bersama bocah-bocah SMA lainnya."
"Yasudah aku dan Changbin pulang dulu, besok aku akan mengambil form pengajuan cutimu dan mengurusnya."
"Istirahat yang baik Chris."
"Lekas sembuh ya."
"Thanks, mate."
Chris menghela nafas berat sepeninggal kedua sahabatnya itu. Dia meminta tolong temannya, Lee Minho, untuk mengurus surat cuti dirinya. Ya. Chris memutuskan menunda perkuliahannya. Mengundurkan diri dari magang di rumah sakit yang juga tempat dia dirawat ini.
Alasannya? Dia tidak siap. Dia tidak siap untuk menjalani kehidupan. Rasa takut dan rasa bersalah itu terus menghantuinya setiap malam, membuat kondisi fisik dan mentalnya terganggu.
Chris yang seorang mahasiswa psikologi tentu paham betul apa yang terjadi dengannya. Tapi dia sendiri tidak menyangka, bahwa dirinyalah yanv akan mengalaminya. Ironis. Seorang mahasiswa psikologi harus mengikuti jadwal konsultasi masalah kesehatan mentalnya.
Pasti Seungmin mengalami hal yang berat. Aku tidak mau hidupku berjalan normal sedangkan Seungmin merasakan penderitaan, batin Chris.
Rasa cemas itu terus hinggap du dada Chris. Membuat perasaan bersalah itu semakin membuncah. Menyesakkan dada.
"Kak Chris!"
Suara seseorang memecah lamunan Chris.
"Hmm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔hitam dan putih || Chanmin AU [Completed]
Fanfictioncw//angst, mental health, traumatic, sexual harassment, blood. Tatapan orang-orang seakan mencekiknya, meraup seluruh oksigen disekitarnya. Kim Seungmin melangkahkan kakinya yang gemetar menuju dunianya yang baru. Hitam. Hanya itu. Sampai suatu titi...