Aku memilih berhenti. Kali ini seribu kali yakin ku rasa. Meskipun perasaan ini masih ada, rindu ini masih dalam, dan bayangmu masih juga belum hilang, aku memilih untuk berhenti.
Lelah mencari celah, dari segala arah. Mau dibagaimanapun juga, kalau memang tiada jalan, ya tidak bisa. Kamu seperti menutup segala pintu yang hendak ku tuju. Meninggalkan sedikit bekas yang justrus membekas sangat jelas.
Aku lelah selalu menjadi lemah. Mudah goyah meski hanya dengan suara renyah. Segalanya terlihat sulit bagiku. Padahal, tidak sesulit itu. Tapi diriku sendiri yang justru mempersulit posisiku.
Aku pernah membatasi diriku. Aku tau kamu hanya sebatas singgah tak sepenuhnya sungguh. Aku tau dunia kita barangkali memang hanya berdampingan, dengan tak takdir yang tak searah. Aku tau mungkin kamu memang bukanlah sebagian dari diriku.
Padahal, dulu kita pernah menatap ke depan bersama. Merencanakan hal indah untuk kita usahakan bersama. Padahal, dunia kita pernah menjadi hanya milik berdua. Namun, mengapa kau memilih arah yang berbeda?
Aku tak mengerti bagaimana bahasa tubuhmu. Mulut yang mengatakan tinggal, namun dirimu yang semakin menjauh, kau pikir aku bisa menyimpulkan 2 pergerakan yang berbeda?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai! Lelaki Berjambul Katulistiwa.
Teen Fictionhanya monolog tanpa dialog. antalogi puisi #bydewik.