"Ini lurus atau belok?" kamu bertanya. Langit mulai merubah warnanya menjadi gradasi yang indah. Sound system yang tadinya bersahut-sahutan berganti menjadi panggilan Tuhan.
"Oi, ini lurus, belok kanan, apa belok kiri?" tanyamu lagi dan aku masih belum menjawab dengan jawaban berarti.
Sejauh mata memandang, ada perempatan jalan. Lampu-lampu mulai dihidupkan bersaing dengan indahnya langit senja.
"Em, entah" jawabku pada akhirnya.
"Kok gitu, buka maps lah. Kamu bisa baca maps kan?"
"Enggak, hehe" jujur saja, aku memang tidak tau arah. Mana yang utara mana yang selatan. Mana yang barat mana yang timur. Aku buta peta.
"Uuu pantes nyasar"
Diapun menepi. Meminta ponsel yang tadinya berada di tangan, kini sudah beralih genggam. Diam saja membisu, sedikit merasa bersalah, tapi, ya sudahlah.
Jepangnya salatiga — Agustus 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai! Lelaki Berjambul Katulistiwa.
Fiksi Remajahanya monolog tanpa dialog. antalogi puisi #bydewik.