Seorang pria harus mendekam di balik jeruji besi selama sepuluh tahun atas tindak kejahatan yang sama sekali tidak dilakukan olehnya. Selama berada di penjara dia terus merenungi nasib dan bertekad membalas dendam ketika sudah bebas, hari yang dinanti pun tiba, karena perilaku baik sebagai tahanan membuatnya mendapatkan remisi hingga kebebasan yang lebih awal.
Nama orang ini adalah Kaivan Affandra, pria berusia tiga puluh tahun yang memiliki wajah tampan serta kumis dan brewok tipis. Ekspresi wajahnya dingin, tetapi memiliki sorot mata tajam seperti bilah pedang. Selain itu, mempunyai postur tubuh tinggi, tegap serta berotot. Ia sekarang sedang duduk melamun sambil menatap lurus ke depan.
"Bos," panggil halus salah seorang narapidana yang menjadi rekan sel Kaivan.
Pria itu menatap dingin anak buahnya, dengan suara berat bertanya. "Ada apa?"
"Sudah waktunya olahraga, Bos," sambung orang itu.
Kaivan memandang satu per satu teman satu selnya yang berjumlah empat belas orang. "Baiklah," ucapnya. Tak berselang lama dua sipir penjara datang dan membuka pintu sel, mereka tersenyum sembari menyapa Kaivan penuh hormat saat membuka pintu. "Selamat berolahraga, Bos."
Kaivan Affandra mengangguk pada dua sipir penjara, selepas pintu sel dibuka, langsung berjalan ke luar bersama semua anak buahnya yang mengekor dari belakang. Ia memandang ke kiri juga kanan, melihat semua orang sudah bersiap olahraga di hari minggu pagi yang cerah. Lalu, berjalan lebih dulu menuju lapangan penjara, diikuti semua narapidana yang merupakan anak buahnya. Kaivan Affandra bukanlah tahanan biasa, melainkan salah satu raja di penjara dari blok timur.
Sesampainya di sana, ia melihat raja lain dari blok barat beserta semua pasukannya yang sudah berada dI lapangan. Bola mata pria itu menajam, disusul senyuman tipis muncul dari bibir. "Serang!" teriak keras Kaivan sambil tangan kanan terkepal ke atas. Lalu, satu per satu anak buahnya berlari berhamburan ke lapangan. Mereka menuju para narapidana dari blok barat, dan ketika sudah saling berhadapan segera saling melayangkan serangan. Para tahanan dari blok barat tak tinggal diam, memasang kuat kuda-kuda sebelum membalas serangan.
"Hajar!!!" teriak Raja blok barat.
Suara jeritan kesakitan beradu nyaring dengan suara pukulan juga tendangan dari masing-masing pihak, mereka bertarung demi harga diri, menunjukkan blok paling berkuasa di penjara. Sementara itu, Kaivan menatap pertarungan sambil tersenyum tipis, kemudian bergerak masuk ke lapangan untuk ikut terjun ke dalam medan perang. Ia berjalan santai seraya menghajar beberapa tahanan dari blok barat yang menyerangnya. Di sisi lain, raja dari blok barat terus menatap Kaivan tanpa berkedip, bibirnya menyeringai lebar sebelum kedua kakinya melangkah menghampiri.
"Ku dengar sebentar lagi kau akan bebas?" tanya Gunawan ketika sudah berdiri di hadapan Kaivan.
Dia merupakan narapidana yang divonis seumur hidup karena membantai tiga puluh orang sendirian. Badannya besar dan kekar, tingginya hampir mencapai dua meter, ditambah memiliki wajah garang serta kepala botak, ada bekas luka menyilang pada bagian pipi kiri.
"Yups," sahut Kaivan, "satu minggu dari sekarang aku akan bebas."
Salah satu sudut Gunawan terangkat naik. "Jika aku jadi kau, maka aku akan melupakan balas dendam dan memilih hidup tenang." nasehat darinya, lalu terdiam sejenak sebelum kembali berkata. "Tapi balas dendam juga bukan pilihan buruk." Disusul suara tawa yang menggema keras.
Hahahaha ....
Kaivan ikut tertawa serta berkata. "Benar, dan aku akan mengambil pilihan kedua." Selesai berbicara segera memasang sikap bertarung. "Ayo mulai!"
Gunawan menatap Kaivan, tanpa basa-basi lagi tangan kanannya melancarkan tinju. Kaivan terkejut akan serangan tiba-tiba dari musuhnya, tetapi masih sempat menyilangkan kedua tangannya ke depan untuk menahan pukulan. Walau begitu tetap terdorong mundur bahkan hampir terjatuh. Bibir Kaivan melukiskan senyuman, diikuti tangan kanan mengayungkan pukulan.
Gunawan memakai lengannya untuk menangkis serangan, kemudian tangan kanannya meninju maju. Sedangkan Kaivan melompat mundur guna menghindar sembari menggunakan kedua kakinya menendang dada Gunawan.
Bruuak!
Pria botak itu terhuyung mundur tatkala sebuah tendangan menhujam dadanya, tetapi sanggup mempertahankan keseimbangan. Sorot matanya menatap tajam Kaivan, disusul mulutnya meludah ke tanah seraya berkata kasar. "Ayo kita bertarung sampai puas, anggap saja ini pertarungan terakhir!"
"Majulah, dan akan kukalahkan dirimu!" tantang pria berkumis tipis.
Gunawan terkekeh dan langsung berlari menerjang seperti banteng liar, disertai kedua tangannya yang tanpa henti melayangkan bogem mentah. Kaivan melangkah mundur teratur sambil menghindar juga sesekali menangkis serangan. Tahu seberapa kuat pukulan lawannya, jadi harus melindungi organ vital agar tak terkena serangan. Jika tidak, maka pasti akan kalah.
***
Di tempat lain, seorang wanita sedang sibuk bekerja di ruangan tiba-tiba menghela napas panjang, disusul bola mata memandang kalender yang ada di atas meja kerja. "Sudah sepuluh tahun rupanya," batin wanita itu. Lalu, menyandarkan punggung ke kursi seraya memejamkan mata, mengingat sedikit kenangan tentang seseorang.
Tok!
Tok!
Bunyi ketukan pada pintu membuat wanita itu segera membuka mata. "Masuk!" ucapnya. Pintu terbuka serta seorang laki-laki berjalan masuk sambil menyapa juga melempar senyum. "Siang, Shanaya ...."
Pemilik nama tersenyum kecil dan membalas. "Siang juga. Ada apa kamu ke sini, Yovie?"
Pria tersebut berjalan mendekat ke arah Shanaya, lalu duduk di depan wanita yang merupakan calon istrinya. "Aku hanya ingin pergi makan siang denganmu," ajaknya.
"Maaf, tapi aku lagi banyak pekerjaan," tolak Shanaya.
"Tapi kan ini perusahaan milikmu, jadi kau bebas," bujuk Yovie. Menunjukkan wajah memelas agar dapat membujuk.
Shanaya membuang napas, lalu setuju dengan permintaan pacarnya. Segera merapikan berkas laporan dan memasukkan ke dalam laci sebelum pergi makan siang dengan calon suaminya.
Shanaya Adhisti Kaifa merupakan perempuan berkarir cemerlang yang berasal dari keluarga kaya dan terhormat. Mempunyai wajah cantik, kulit putih bersih dan rambut terurai panjang hingga punggung. Tinggi badannya sekitar 164cm dan berperawakan sedang. Usianya sekitar dua puluh delapan tahun, tetapi masih belum ingin menikah, sampai suatu hari keluarganya menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki yang merupakan putra semata wayang dari pengusaha terkenal di Indonesia, sekaligus rekan bisnis ayah Shanaya.
Perempuan itu tidak dapat menolak, pasalnya Yovie adalah pria ke sepuluh yang dijodohkan dengan dirinya. Sebenarnya, Shanaya sama sekali tidak mencintai Yovie, bukan karena sifatnya yang playboy dan mesum, akan tetapi, ada nama pria lain di hatinya, yang dicintai sekaligus dibenci olehnya.
Yovie tersenyum senang, menggandeng tangan Shanaya ketika berjalan bersama pergi dari tempat kerja dan memamerkan ke semua karyawan.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Negative Time.
General Fiction[Update setiap rabu] Seorang pria harus menjalani hukuman penjara selama sepuluh tahun atas kejahatan yang sama sekali tidak dilakukan olehnya. Selama sepuluh tahun pula di merenungi nasib dan menyusun rencana untuk pembalasan dendam, hingga waktu k...