Arthit namanya, memiliki wajah manis, perawakannya yang meliuk bagai biola bekas karirnya sebagai atlet renang dan pramugara, membuat para seme dan bahkan pria straight pun menggilai uke cantik satu ini
Namun kisahnya tidak semanis yang kalian bayangkan, Arthit baru saja menikah tiga bulan tetapi suaminya sudah pergi meninggalkan dirinya bahkan mereka belum pernah berhubungan karena suaminya bekerja sebagai pilot yang mempunyai jadwal terbang padat
Phana Patchawit nama suami Arthit, ia meregang nyawa saat sedang bekerja. Kerusakan di salah satu bagian pesawat dan pengecekan tidak sempurna sebelum terbang membuat pesawat yang ditumpangi Phana jatuh di perbukitan yang mengakibatkan semua pilot, pramugari, pramugara, serta pekerja lainnya di dalam pesawat tidak ada yang selamat, hanya beberapa penumpang saja yang bisa menyelamatkan dirinya sendiri
Arthit histeris nyaris pingsan begitu melihat peti jenazah suaminya yang baru diantar satu minggu setelah berita jatuhnya pesawat yang ditumpangi Phana. Semua keluarga dan tetangga dekat Arthit pun merasakan kesedihan pengantin baru ini
"gue tau ini berat, tapi lo pasti bisa pelan-pelan ikhlasin kak Pha ya, Oon?" ucap Rome sahabat Arthit menguatkan
"iya Oon... umur, jodoh, kematian, kelahiran itu nggak ada yang tahu, semua ada di tangan tuhan, kita cuma bisa ikhlas sama apa yang ada" mama Arthit ikut menenangkan putra manisnya itu
Arthit hanya mengangguk saja mendengar wejangan dari mama dan sahabatnya, jiwanya terasa begitu kosong, seolah terkubur ikut bersama jasad sang suami yang baru saja dimakamkan
Berbagai ucapan bela sungkawa terus berdatangan dari sanak saudara dan tetangga, ibu dan ayah Arthit akhirnya tinggal sementara menemani putra bungsunya di rumahnya sebagai penyemangat
Satu bulan, dua bulan, satu tahun sudah Arthit ditinggal oleh sang suami, dirinya juga sudah lebih baik dan terbiasa karena sebelumnya juga hidup terpisah jauh dari Phana yang berprofesi sebagai pilot
Berbagai ucapan bela sungkawa itupun kini beralih menjadi suara-suara sumbang yang terdengar menyakitkan di telinga Arthit dari para uke dan ibu-ibu di lingkungan sekitar Arthit
Menyandang status janda, masih muda, kulit putih langsat yang bersih, berparas manis, serta kekayaan mendiang suaminya yang ia olah menjadi suatu outlet makanan cepat saji untuk menghidupi dirinya membuat para istri resah. Arthit terkadang menjadi takut sendiri
Contohnya seperti sekarang ini, rutinitas paginya adalah belanja sayur bersama ibu-ibu dan uke di tukang sayur keliling "duh.. enak nemen ya dadi Arthit, uripe bebas ora ngurusi bojone, banda ne akeh, ora koyo dewe iki, bojo kerjo mbah-mbuhan, anak ora diopeni, susah!" drama ibu dan uke di mulai
(duh, enak banget jadi Arthit, hidupnya bebas nggak ngurusin suami, hartanya banyak, nggak kaya kita ini, suami kerja nggak jelas, anak nggak di urusin, susah!)
"iya juga ya ceu, kalo dipikir-pikir teh enak juga, jadi Arthit teh nggak usah pusing-pusing mikirin mau masak apa hari ini, soalnya kan dia tinggal sendiri, pesen jadi teh gampang" sahut Type, uke bermulut paling pedas diantara kumpulan mereka, Arthit hanya tersenyum kikuk
"tapi Arthit, kau tidak berpikiran buat menikah lagi kah? Kau kan masih muda, masih cantik pulak kau itu, pastilah banyak lelaki atau perempuan yang mau sama kau" tanya Kit dengan logat bataknya
"eum.. kayanya enggak dulu deh, masih pengen sendiri, lagian kan kak Pha baru setahun meninggal" jawab Arthit seadanya
"iya juga sih, tapi lo juga harus jaga-jaga dek, lo tinggal sendirian, minimal bayar security di rumah lo kek, atau boduguard gitu" timpal Third, uke satu ini agak netral, tapi masih satu komplotan juga dengan Type
KAMU SEDANG MEMBACA
Kongpob Arthit Oneshoot
FantasyKumpulan cerita singkat tentang Kongpob dan Arthit