"aku harus berangkat jam 7, ada rapat penting jam 9 nanti dan aku yang harus menyiapkan tempat. Donat dan susu kedelai-mu ada di meja, semoga wawancara magangmu lancar, aku mencintaimu❤"
Kira-kira itulah pesan Arthit yang dibaca Kongpob dari note yang ditempelkan di daun pintu kamar mereka.
"aku mencintaimu juga" jawab Kongpob sambil menatap kertas berwarna hijau tersebut sebelum memakan sarapan yang Arthit siapkan.
Arthit sudah begini selama lebih dari satu tahun mereka berumah tangga, bukan! Satu tahun setelah hari itu Kongpob membuat perjanjian dengan Arthit. Kongpob berusaha membuka hatinya kembali dan Arthit berusaha mendapatkan kepercayaan Kongpob.
Arthit benar-benar melakukan apapun, agar Kongpob bisa melihat keberadaannya dan juga menerimanya. Ia terus bersabar dan terus mengingatkan dirinya tentang apa yang sedang ia lakukan adalah bentuk pembuktiannya atas rasa terima kasih Arthit terhdap Kongpob yang menyelamatkan hidupnya.
Usaha memang tak menghianati hasil, sedikit-demi sedikit Kongpob mulai luluh dan mau mrlihat Arthit.
Dimulai dari Kongpob yang kembali tidur satu ranjang dengan Arthit, lalu kembali ke apartemennya sebelum larut, memakan masakan Arthit, dan terakhir ia mulai berbicara dengan lelaki manis itu.
Hari ini tepat tiga tahun usia pernikahan mereka, berbagai ujian telah mereka lewati, dan masih akan ada ujian yang lebih berat di kemudian hari.
Kongpob berencana untuk membuat kejutan untuk Arthit dengan ia melakukan magangnya di kantor yang sama dengan Arthit.
Arthit memang orang kaya, namun ia memutuskan untuk melepaskan semua kemewahannya untuk hidup bersama Kongpob. Ayahnya tidak mempermasalahkan hal itu, yang penting Arthit bahagia.
Akhirnya setelah Arthit lulus ia tidak bekerja di kantor sang ayah seperti yang dulu mereka rencanakan. Arthit melamar di perusahaan pembuat perangkat elektronik ternama. Dan hal ini adalah hasil dari kerja kerasnya, ayahnya tidak membantu sama sekali meskipun perusahaan tersebut bekerjasama dengan keluarga Arthit.
Sementara Kongpob sebagai kepala keluarga tak mau membiarkan Arthit membiayai hidupnya, hingga kini ia masih bekerja paruh waktu di kafe Tootah hingga sekarang, Kongpob sudah mengembalikan kartu anjungan tunainya kepada Tuan Rojanapat karena baik Kongpob maupun Arthit akan memulai hidup mandiri tanpa bantuan siapapun.
Hari ini Arthit benar-benar kesal, ia disuruh melakukan banyak hal oleh seniornya yang bahkan bukan tugasnya sama sekali. Akibatnya, saat rapat Arthit sama sekali tidak fokus saat rapat karena ia terlalu lelah.
"Arthit! pssstt! Giliranmu presentasi!" Tod, teman Arthit yang di sebelahnya menyikut pelan lengan Arthit.
Arthit yang merasa lemas dan mengantuk pun terkejut dan berusaha menyegarkan dirinya agar tampak siap untuk memberikan presentasi.
"silahkan di mulai..." ucap atasan Arthit memintanya untuk memulai presentasi.
Beruntung Arthit masih punya sisa tenaga saat presentasi, suaranya ia maksimalkan sampai wajahnya terlihat pucat, Tod dan Earth yang menyadari itu menatap kawannya khawatir.
"...jadi nanti jika laporan kami disetujui maka kami akan memulai produksinya, terima kasih" selesai menyampaikan presentasi, Arthit membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada atasan mereka.
Brugh!
Satu ruangan menjadi heboh, Arthit jatuh tersungkur saat membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada para atasannya. Arthit pingsan.
"khun Tod dan khun John tolong angkat khun Arthit, khun Earth dan khun Som-O tolong urus khun Arthit,, yang lainnya mohon untuk tenang..." titah ketua divisi Arthit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kongpob Arthit Oneshoot
FantasyKumpulan cerita singkat tentang Kongpob dan Arthit