"Lo boleh turun sekarang udah sampai." Suruhnya terhadap perempuan yang berada di sampingnya saat ini, masih terdiam manis sambil menggigit bawah bibirnya dan mengkerutkan dahi sejenak.
Jennie membuka suara setelah ia berpikir keras. "Maksud lo tadi apa?"
Tresnan diam dan membisu ia pun turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu milik perempuan di sampingnya tadi, dibukanya pintu mobil tersebut dan terlihat Jennie turun secara pelan-pelan agar tak merusak mobil orang lain.
"Anyway, thank you so much!" Balas Jennie karena rasa terima kasihnya telat diantar sampai pulang, Tresnan pun senyum miring dan kembali ke dalam mobilnya.
Mobil tersebut pergi walau Tresnan tak mengucapkan satu atau dua patah ketika ia berbicara langsung menuju mobil. Jennie masih berpikir kenapa dirinya disebut sebagai senja? Padahal tidak ada mirip-miripnya menurutnya.
Jennie masuk ke dalam rumah, diperlihatkannya sosok wanita paruh baya sedang meminum secangkir teh sambil membaca koran di ruang tamu. Jennie menghampirinya selaku anak semata wayang wanita tersebut, diciumnya pipi sebelah kanan kiri secara bergantian dengan menampilkan gummy smile yang dimiliki oleh Jennie.
"Mama ku tersayang!" Teriaknya sangat keras.
"Lho, Sayang udah pulang kamu, Nak?"
Jennie membalas dengan angguk an seraya memeluk tubuh mamanya dengan erat dan dibalasnya juga.
"Mama kira kamu udah pulang ...tadi mama cek pintu kamu dikunci yaudah, mama tinggal kerja lagi. Lho, kok kamu baru datang bingung mama, Nak."
Jennie tertawa kecil melihat tingkah laku mamanya yang membuat dirinya semakin yakin bahwa wanita yang ada di depannya akan selalu jadi sosok wanita yang tangguh dan siap ntuk menghadapi semua cobaan yang pernah dilaluinya.
"Mama ada-ada aja ...tadi Nini habis keluar sama teman Nini ...diajak makan-makan ma." Ucap gadis remaja tersebut dengan suara imutnya dihadapan sang mama tercinta.
"Keluar kemana, sayang?" Tanya mama.
"Hm ...daerah sini-sini aja sih, ma ...ga jauh-jauh juga. Lagian dianya buru-buru." Balas Jennie disandangi duduk di sebelah mamanya sambil mengelus tangan wanita tersebut.
"Jadi sekarang anak mama sudah berani pacar-pacar an ya, hayo." Goda mama dengan colek an lengan sedikit, Jennie hanya tertawa kecil dan langsung bergegas pergi ke kamar.
Sekarang pukul 21.36 P.M sudah waktunya Alverana Jennie tidur nyenyak sebelum ia terlambat ke sekolah esoknya.
Sebelum tidur seperti biasa Jennie membaca buku novel kesayangannya yang bertema romance, horor, dan adventure. Entah, darimana seorang Alverana Jennie bisa menyukai buku bertema adventure padahal dirinya sangat takut berpetualangan kesana dan kemari. Ia bertemu dengan kucing saja sudah lari terbirit-birit seperti dikejar dengan harimau nakal.
Ia menyandarkan bahu ke arah tembok sembari mengangakat kedua kakinya, ia lekukkan guna menyandang kedua tangannya.
Ia masih terdiam dan fokus membaca seluruh teks novel dari atas hingga bawah tanpa berkedip sedikitpun.
"Sebenarnya nih ...gua kenapa, sih?" Tanya dirinya sendiri.
Sesekali Jennie menatap dirinya disebuah cermin berukuran besar yang terletak di sampingnya.
"Gua cantik ...tapi kenapa ga ada yang mau sama gua? Dari dulu mesti lihatin orang bucin sedangkan gua?" Ia mengomel terhadap dirinya sendiri sambil menunjuk nunjuk dan menatap sebuah ponsel yang tengah berdering di atas kasur tanpa nama yang tertera kesekian kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je And Time [ON GOING]
Teen FictionKalo bahagiaku hanya sementara apa bedanya jika aku harus pergi dalam diam? Jujur baru kali ini kata "capek" keluar dari mulutku. Aku harus apa? Setiap masalah yang aku punya selalu jatuh pada angka 4 apa yang salah? Memangnya aku ini apa? Apa mun...