Tentang waktu

52 5 0
                                    


Pundak siapa yang tersandar?

Tangan siapa yang tak melepas?

Bahkan saat dirimu memilih untuk pergi meninggalkanku, aku tetap setia menantimu sampai dirimu kembali dalam pelukanku. Memang benar awalnya sakit untuk melupakanmu tapi apa daya? Ingatanku begitu kuat setelah tahu dirimu pergi jauh bersama orang yang aku sayang juga.

Bayanganmu selalu datang dalam mimpiku bahkan tanpa disadarinya air mataku menetas menatap buku kenangan indah yang pernah dirimu beri. Sesakit ini kah? Untuk melupakanmu? Apa aku harus menanti kembali setelah dirimu pergi dengan sosok perempuan yang ku sayang juga?

Aku tidak meminta keadaan untuk bertemu denganmu kembali, tapi suatu paksaan yang mengharuskanku untuk menemuimu setelah lama menghilang dari pelukanku. Aku sadar bahwasannya seseorang yang mendapatkan kebahagiaan akan setara dengan kehidupan yang dia tempuh.

Jangan karena merasa hidupmu sangat adil di banding orang lain, kamu bisa menyakinkan bahwasannya semua yang kamu miliki hanya untuk dirimu sendiri.

Jam menunjukkan pukul setengah tiga sore lebih lima belas menit. Sudah waktunya Alverana Jennie Abran, pulang ke rumah setelah mendapatkan pekerjaan sampingnya sebagai pelayan handal di sebuah Cafe milik sepupu laki-laki. Ia membereskan semua kekacauan yang telah ia perbuat dengan semena-mena membanting peralatan dapur ke arah sepupu laki-lakinya yang tengah menggodanya bersama teman-temannya.

Jennie merengut kesal sambil berbalik badan ke arah barat, "Apaan sih!" Kesalnya. Lalu di sambung dengan merangkul pinggang mungil milik Jennie di tarik untuk duduk bersebelahan.

"Ketus banget jadi cewe! Gua sama teman-teman gua just kidding,mana mungkin gua terlalu berlebihan sama sepupu cebol,bau got terus sok cantik." Di tambah dengan senyuman seringainya,sepupu Jennie menolehkan pandangannya tepat di depan Jennie sambil mengangkat satu alis.

Jennie yang melihatnya sudah berkomat-kamit dalam hatinya. Seandainya teman-teman sepupunya sudah pulang semua,siap ga siap Jennie menghantam keras tubuh sepupunya dengan mendorong ke jurang.

Santai Jen,santai ga boleh kasar ingat!

"Apaan sih! Udah lo semua pulang,udah ngerti jam kosong sekarang udah kelar semua kerjaan kalian,gua butuh empat mata buat ngomong sama sepupu gua sendiri,awas!" Usir Jennie ke arah teman-teman sepupunya di tambah raut wajahnya seperti aung macan yang ingin menerkam semua mangsa yang berada di depannya.

Sisa dua buah insan yang sedari tadi duduk secara hadap-hadapan,lantas Jennie tidak ingin membuka suara karena sudah sangat kesal dengan tingkah laku sepupunya yang sungguh kelewat batas dan membuatnya malu.

Ia menyilangkan tangan di depan dadanya,pandangan yang sekarang berubah tak tau arah. Satu ke arah kanan dan satunya ke arah kiri,sungguh sepupu macam apa ini? Bukannya saling meminta maaf karena membuat keributan justru saling membuang muka.

Hening seketika semua lampu sudah redup tidak ada hembusan angin yang masuk.

"Alverana Jennie Abran, yang cantik dan manjalita membahana." Tukas Raden sampai selesai dengan menarik dagu mungil milik Jennie ntuk kembali ke hadapannya. Jennie pun menoleh walaupun sedang marah sebenarnya tapi apa boleh buat? Ketika nama lengkapnya sudah di panggil oleh sepupu yang dia sayang melebihi orang lain.

Tetap saja hati Jennie cepat luluh itu semua berkat Raden Zalvaris, sepupu terdekat bagi Jennie yang sampai sekarang masih mencukupi kebutuhannya.

"Gua minta maaf,kelewatan batas banget tadi." Mohonnya kepada Jennie. Selang beberapa detik kemudian Jennie mengangguk an kepala lalu tersenyum sambil melihatkan gummy smile yang ia punya. Itulah kelebihan yang Jennie punya. Memiliki gummy smile yang indah serta menampakkan gigi mungilnya bersama kedua pipi tembemnya bak bakpao yang di rebus.

Je And Time [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang