Alverana J

18 5 0
                                    

Sudah hampir dua jam lebih mereka berdua berada dalam perjalanan yang cukup melelahkan bagi Jennie dan Raden. Sedari tadi Jennie hanya diam duduk terpaku di samping Raden yang sibuk menyetir, sesekali ia menoleh ke arah Jennie dan melajukan tingkat percepatan mobilnya dengan kencang.

Raden bertanya sesuatu kepada Jennie. "Jen, apa yang membuat lo masih memikirkan yang dulu? Udah berapa tahun Jen tentang waktu kemarin udah hilang harusnya dalam pikiran lo."

Jennie menyeringai sambil menatap balik wajah Raden.

"Lo ga pernah tahu rasanya ketika gua udah berhasil dapat apa yang gua mau, justru gua di buat seolah-olah gua ga mampu Den," ungkap Jennie dengan nafas yang tidak terkontrol.

Sama hal nya dengan ketakutan Raden yang saat ini tetap membuatnya kesakitan berat, ia terpaksa untuk senyum hangat di hadapan Jennie walaupun hatinya sedang ter iris saat ini. Bahkan ketika Jennie meminta untuk balik ke Inggris tempat dimana Jennie bertemu dengan salah satu barista ganteng dan humoris yang siap menemaninya. Raden tak bisa tinggal diam menatap Jennienya di bawa orang lain.

Waktu memang ga pernah salah, hanya saja membalas yang perlu usaha

"Gua baik-baik aja Den, lo ga perlu setakut itu sama gua kalo gua kenapa-napa ada lo, kan?" Ucap Jennie di tambah tawaan sementara yang membuat hati Raden semakin sakit. Raden membalas dengan angguk an perlahan.

"Gua cape mesti nangis di malam hari tanpa suara sama sekali Den ...berharap besoknya gua kembali dengan sempurna," ujar Jennie kesekian kalinya tanpa memerhatikan wajah Raden yang terlihat gelisah.

Mereka pun sampai di bandara pada pukul enam belas lebih tiga puluh menit,waktu yang cukup baik perkiraan Jennie. Mereka pun langsung bergegas menemui sosok wanita yang sudah di tunggu Jennie selama 2 tahun.

Ia menyapa dengan suara lembut dan hangat. "Mama!" Teriaknya kencang.

"Alverana Jennie? Anak mama yang cantik!" Balas teriakan dengan lantang sembari pelukan hangat menyentuh tubuh mereka.

Tak di sangkanya air mata Jennie membendung seketika jatuh mengenai pakaian mewah milik mamanya,sama dengan mama nya yang tak kuasa juga melihat Jennie anak semata wayangnya yang di tinggalkannya sekolah jauh.

"Mama..Nini kangen,Nini ga nyangka bisa ketemu mama lagi setelah Nini check up kondisi ma," kata Jennie yang masih memeluk erat tubuh sosok wanita cantik yang di sayanginya.

Di balas dengan anggukan lalu pelukan tersebut perlahan-lahan lepas,di sambung memegang kedua pipi tembem milik anak semata wayangnya.

"Mama janji ga bakal ninggalin Nini dalam keadaan rapuh! Ingat kata mama, mama ga akan pernah ninggalin anak kesayangannya mama yang cantik ini." Menatap Jennie dengan tatapan sendu yang mempunyai banyak arti.

"Nini ngerti mama pasti bisa nepatin janji mama, karena Nini tahu apa yang mama capai udah pasti untuk Nini ya, kan?" Tanya Jennie kepada sosok wanita di hadapannya, ia pun membalas dengan senyuman.

"Tante selama Jennie di tinggal, saya yang jaga bahkan semua kebutuhan Jennie. Saya yang ambil alih tante, tante ga perlu khawatir sama Raden, gimanapun juga Jennie sepupu saya." Sambil tersenyum lebar dan mencium tangan mama Jennie dengan lembut.

"Iya, Raden, mama yakin kamu bisa jaga Jennie." Balasnya.

Cinta tumbuh dengan sendirinya tapi  rasa sayang di dasari dengan ketulusan

"Jen, bagi Pr napa bu bos yang cantik dan cetar," ujar salah satu teman perempuan Jennie yang sangat nakal bahkan merokok di dalam ruangan padahal sudah jelas ada larangan.

Je And Time [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang