29🐶

119 23 1
                                    

Liburan semester hampir selesai, rasanya liburan ini berlalu begitu cepat. Sekedar bangun di pagi hari, menghabiskan hari dengan menonton sesuatu yang menarik di youtube, dan menghabiskan malam dengan musik-musik kesukaannya. Begitu saja fase liburan versi Aruna. Kalian menanyakan Angkasa? Bahkan Aruna sendiri berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertemu laki-laki itu. Rasa malunya masih sangat besar untuk bisa menghadap seorang Angkasa.

Zidan? Entah, dia melupakan Aruna di liburan ini. Sepengetahuan Aruna, Zidan menghabiskan liburannya di Bandung. Tempat dimana seluruh keluarga Zidan berkumpul dan menghabiskan waktu bersama. Aruna tahu karena Zidan selalu mengirimkan pesan video dimana dirinya sedang merasa paling keren dengan memetik gitar dan bernyanyi bersama sepupu-sepupunya.

"Halo!"

"Aruna!"

Dengan cepat Aruna menjauhkan ponselnya dari telinga, mendengar suara Zidan dari telepon pun terasa sangat berisik.

"Jangan-"

"Iya-iya jangan teriak-teriak. Tau kok, oh iya gue udah balik ke Surabaya. Ayo main!"

"Lo enggak capek? Besok udah masuk, lo harus istirahat kalo kata gue"

"Ayo dong, cafe deh. Lo ngapain aja liburan, gimana Angkasa? Ada kemajuan?" Pertanyaan Zidan yang begitu spontan membuat Aruna mengingat kembali masa dimana Angkasa mulai mengecup bibirnya.

Ah malu.

"Enggak ada, gue di rumah terus. Ngapain tanya Angkasa ke gue?"

"Eitss-sewot banget. Makin curiga gue, lo ada apa-apa sama Angkasa? Atau bahkan kalian udah jadian dan nggak kabarin gue?"

"Tolong kalau ngomong jangan ngasal ya lo!"

"Galak banget--oh nggak deh biasanya juga lebih galak. Hari ini gue tunggu di cafe, jam 3 sore gue traktir deh"

Aruna mencebik kesal, "Gue belum bilang iya deh perasaan"

"Emang lo gak mau?" tanya Zidan di seberang.

"Iya deh iya, gue juga mau ngobrol sama lo"

"Asik, jadian nih sama Angkasa" goda Zidan tidak ada habisnya.

"Jadian apaan, jangan ngaco deh. Udah ah gue mau mandi, Bye"

Hingga akhirnya Aruna menjadi yang pertama memutuskan panggilan itu. Jika terlalu lama lagi mungkin telinga Aruna tidak kuat harus mendengarkan ocehan Zidan yang mulai melantur kesana-kemari.

Jujur saja Aruna bingung, hubungannya dengan Angkasa semakin menjauh karena Aruna sendiri, apakah Aruna harus menceritakan hal ini ke Zidan. Membayangkannya saja Aruna sudah takut. Takut dengan bagaimana reaksi Zidan setelah mendengarnya, apalagi bagian dimana Angkasa dan Aruna--berciuman mencicipi es krim waktu itu.

"Bisa gila gue!"

Memikirkannya saja Aruna pusing, apakah Zidan cukup baik untuk menyimpan rahasia? Aruna berharap iya. Apa salahnya bercerita hal yang akhir-akhir ini selalu mengusik pikiran Aruna ke sahabatnya. Aruna semakin yakin untuk segera menceritakan hal ini ke Zidan. Segera dirinya mengganti baju dan bersiap menuju cafe Zidan. Masa bodoh meskipun sekarang masih pukul 2 siang, begitu pikir Aruna.


---


Setelah sampai di cafe Zidan, Aruna segera duduk di tempat kesukaannya di dekat jendela. Mengeluarkan ponsel dari tas kecilnya dan menekan tombol-tombol yang berguna untuk menghubungkannya ke Zidan. 

"Zidan, gue udah di cafe"

Zidan yang berada di seberang telepon terkejut, "Lah ini masih jam 2 deh perasaan"

Aruna menghela nafas panjang, "Gue mau cerita sama lo sekarang. Kalo lo gak kesini sekarang, gue pulang"

"Iya-iya sabar, ini gue ganti baju dulu. Bentar, jangan pulang!!"

Dengan cepat Zidan segera berganti baju dan menuju cafe menemui Aruna disana. Dalam pikiran ZIdan banyak pertanyaan muncul untuk Aruna. 

Setelah menunggu sekitar 15 menit, Zidan datang dan segera duduk di depan Aruna menagih ceritanya.

"Gue....Gue ngejauh dari Angkasa" ucap Aruna lemah sambil menundukkan kepalanya menghadap strawberry smoothie miliknya sambil menunggu jawaban dari Zidan.

"Kenapa?" tanya Zidan singkat.

"Gue takut bilang sama lo"

Zidan mulai menunjukkan raut gelisah, sebenarnya apa yang terjadi ke kedua sahabatnya ini. Zidan takut mereka bertengkar dan menjauh seperti yang Aruna ucapkan tadi.

"Bilang ke gue, gak apa-apa ada gue disini. Lo kenapa? Angkasa ngapain lo hah? Bilang ke gue"

Aruna menunduk lagi, kali ini semakin dalam.

"Gue enggak berantem sama Angkasa kok" ucapnya.

Zidan membenarkan posisi duduknya, "Terus lo kenapa hah? Lo kenapa takut bilang ke gue?" 

"Tapi janji lo jangan ngejekin gue, lo jangan ngetawain gue, lo jangan cerita aneh-aneh ke orang lain, jangan cerita ke siapapun Eric sama Angkasa sekalipun"

Zidan semakin bingung. 

"Waktu itu gue sama Angkasa lagi ke perpustakaan kota, abis itu kita lanjut beli es krim. Waktu itu gue nawarin ke dia mau nyoba es krim punya gue atau enggak. Tapi Angkasa malah nyoba es krim yang.....di bibir gue"

Zidan ternganga, cerita Aruna kali ini benar-benar membuatnya tidak bisa berakata-kata. Zidan bingung, sekaligus geli mendengar cerita Aruna.

"Lo ciuman sama Angkasa?" tanya Zidan dengan suara yang lumayan keras.

Aruna melotot ke arah Zidan sambil mencoba menutup mulut ZIdan, "Lo jangan kenceng-kenceng dong kalo ngomong"

Tak lama setelah itu Zidan tertawa sangat keras. Tertawa dengan keras dan lumayan lama. Sedikit membuat Aruna merasa dirinya salah menceritakan hal ini ke Zidan.

"Gue kira apaan, gue udah siap-siap mau nonjok Angkasa kalo dia jahatin lo. taunya malah ciuman lah gue bisa apa" kata Zidan sambil menyambar strawberry smoothie milik Aruna.

"Terus gue harus apa? Angkasa belum ngechat gue lagi setelah kejadian itu, gue juga malu mau ngechat duluan" Aruna menciut dan menelungkupkan kepalanya di meja sambil memikirkan lagi bagaimana cara agar hubungannya dengan Angkasa kembali seperti biasa.

Kalau dikatakan marah Aruna tidak marah sama sekali kepada Angkasa. Gadis itu hanya malu untuk beratatap muka dengan Angkasa. Mungkin bertemu lagi dengan laki-laki itu membuat Aruna malu karena teringat dengan detail kejadian waktu itu.

"Ya udah, mungkin ini waktunya buat kalian berdua istirahat dulu. Pikirin bener-bener perasaan lo ke Angkasa, suka beneran atau cuma sekedar kagum. Siapa tau abis ini Angkasa tiba-tiba nyamperin lo mau nembak lo malah enggak punya jawaban" terang Zidan.

Aruna menoleh ke Zidan, benar kata Zidan. Sebenarnya Aruna bingung dengan perasaannya, apakah dirinya benar-benar suka kepada Angkasa atau hanya sekedar kagum dengan sifat-sifat Angkasa yang sangat manis. Jujur saja, selama berteman dengan Angkasa dan menjalani hari-hari dengan Angkasa membuat Aruna semakin hidup, ceria, dan bahkan memiliki pengalaman dan juga hal-hal baru.

"Makasih"

Zidan mengerutkan dahinya, "Makasih buat apa?"

"Makasih udah dengerin cerita gue, makasih buat nanggepin cerita gue dengan serius, makasih banyak pokoknya"

Zidan tertawa kecil, "Kalo Angkasa jahat ke lo, bilang aja ke gue biar gue tonjok mukanya"


First Sight • Kim Seungmin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang