__ D U A__

245 47 13
                                    

Tak henti-hentinya Ervan tersenyum sambil memandangi buku tulisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak henti-hentinya Ervan tersenyum sambil memandangi buku tulisnya. Bukan, Ervan bukan senang karena mendapat nilai bagus ataupun dipuji pak Wijaya karena kemampuannya sama rata dengan yang lain. Tapi ia senang bisa merasakan suasana sekolah. Ini akan menjadi satu tahun berharga bagi Ervan.

Gebrakkan meja disampingnya mengejutkan dan membuyarkan lamunan Ervan.

"Lo kenapa senyum-senyum sendiri? Lagi jatuh cinta ya? Anak baru udah Nemu cinta pertamanya ciee..." Ledek Tasya yang memang sedari tadi heran melihat Ervan tersenyum sendiri, bahkan sebelum bel istirahat berbunyi.

"Nggak kok, bukan lagi jatuh cinta." Sungut Ervan tak terima. Tasya yang memang dasarnya receh, melihat raut wajah Ervan begitu pun tertawa lepas. Ia tak pernah menemui cowok memasang raut merajuk didepan umum.

"Terus kenapa?" Masih disela-sela tawanya Tasya sanggup bertanya.

"Berhenti dulu ketawanya." Tasya berusaha menghentikan tawa recehnya agar Ervan mau berbicara.

"Gue seneng banget akhirnya bisa ngerasain duduk di bangku kelas. Walaupun cuma setahun gue ngerasa beruntung banget." Tasya berdecak, sedari tadi ia selalu mendengar kalimat itu dari mulut Ervan. Saat ganti jam pelajaran ia pasti bilang begitu, mengumpul soal bilang begitu, sekarang pun bilang begitu.

"Mending kekantin aja yuk, makan." Ajak Tasya mengalihkan pembicaraan.

Ervan menggeleng menolak ajakan Tasya kemudian menunjukan kotak bekal yang baru ia keluarkan dari dalam tas. Tasya mengangguk paham dan segera pamit pergi kekantin dengan yang lain.

"Mana, ayo ke kantin" seru Tasya lantang.

"Gue Abi, Tas. Bukan Mana." Teriak Abimana tak terima tepat ditelinga Tasya.

"Mulut Lo bau jigong man."

Setelah perdebatan-perdebatan kecil, akhirnya mereka sepakat kekantin untuk mengisi perut. Ervan hanya menjadi saksi perdebatan Tasya dan Abi. Ia dapat menyimpulkan bahwa mereka berdua adalah sahabat.

"Gue nggak laper, pengen keliling sekolah aja." Gumam Ervan. Saat akan beranjak ia teringat pesan Najwa. 'Waktu jam istirahat nanti kamu harus bener-bener makan bekalnya. Jangan bohong dan jangan bantah.'

Ervan menghela nafas kesal, kenapa ia harus mengingat semua pesan mamanya. Andai saja ia tidak ingat pasti sekarang ia sudah berjalan tanpa takut bersalah karena telah membohongi mamanya. Dengan terpaksa Ervan harus melahap habis makanannya.

o0o

"Bang, besok berangkat sekolahnya yang pagi dong. Gue pengen dikelas lebih lama." Pinta Ervan pada seseorang yang ada disampingnya.

Sekarang Ervan dan Vicky berada di mobil menuju jalan pulang. Vicky senang bisa melihat wajah sumringah Ervan setelah pulang dari kampus. Biasanya yang ia dapati hanyalah teriakan Najwa memanggil si bungsu dan wajah ketus Ervan.

Free MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang