*Happy reading!!
"Mama nggak setuju."
"Ma, cuma sementara aja kok. Setelah mama siap ngembangin kantor papa lagi, Tasya janji langsung berhenti kerja."
Nina menghela nafas panjang kemudian berdiri sambil memindahkan piring-piring kotor ke tempat cucian piring. Saat makan siang, Tasya mencoba meminta izin pada ibunya, lagi. Namun respon dan jawaban Nina tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Nina melarang keinginannya.
"Ma,--"
"Sya,kerja itu nggak semudah kelihatannya, belum lagi kamu sibuk sama tugas-tugas sekolah kamu. Kapan waktu istirahat buat tubuh kamu?" Potong Nina sebelum Tasya semakin memohon.
Tasya berdecak sebal, harus memohon dengan cara apalagi untuk mendapatkan persetujuan Nina. Tasya mendekati Nina yang tengah sibuk mencuci beberapa perabotan yang kotor.
"Kerjanya di cafe kok ma, tempatnya juga nggak jauh dari sekolah. Pemiliknya masih muda lagi, anak kuliahan. Ganteng tau ma, keliatannya pintar dan perhatian buktinya diusia muda udah punya usaha sendiri." Jelas Tasya tanpa sadar malah membanggakan Bayu, si pemilik cafe.
Nina terbelalak mendengar ucapan putri sulungnya. Setelah sadar akan ucapannya, Tasya ikut terbelalak. Selama beberapa detik tatapan terkejut mereka saling terkunci hingga suara tawa pecah begitu saja.
"Kamu disana mau beneran kerja atau sambil deketin si pemilik cafe hm?" Ledek Nina.
"Dua-duanya sih ma," sahut Tasya bergurau. Ibu dari dua anak itu hanya menggeleng-gelengkan kepala sembari menyelesaikan pekerjaannya. "Jadi diizinin kan ma? Janji deh Tasya bakal jaga diri baik-baik, tugas sekolah nggak akan terbengkalai, dan yang paling penting Tasya janji nggak akan buat mama sama Gibran khawatir." Lanjut Tasya meyakinkan.
Nina mematikan kran wastafel dan beralih menatap anaknya. "Kamu janji kan?" Dengan semangat Tasya mengangguk.
"Oke, mama izinin." Finalnya.
"YESS!"
Akhirnya setelah beberapa hari memohon kini Nina memberikan izinnya. Kalau tahu dengan alasan ini berhasil sedari awal ia akan menggunakannya.
o0o
"Ringkas materi halaman 38 sampai 51, kemudian kerjakan soal esai di halaman 53. Minggu depan kita praktek materi ini untuk tambahan nilai." Jelas Pak Hendri selaku guru penjas. Sebagian besar siswa mendengus tak suka, ini melelahkan.
Mereka kira setelah Senin melelahkan ini saatnya Selasa menyenangkan. Tapi sepertinya guru penjas satu ini tidak bisa melihat anak didiknya merasakan kesenangan.
"Pak, kalo nyiksa jangan nanggung dong. Sekalian ulangan harian aja deh minggu depan." Keluh Abi.
Pak Hendri hanya mengangguk-anggukkan kepalanya serta menjentikkan jarinya dua kali kemudian tersenyum bangga. "Boleh juga ide kamu. Oke minggu depan sebelum keluar kelapangan kita ulangan dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Me
Teen Fiction"Main layang-layang, main bola, bahkan main sepeda pun belum pernah gue rasain selama gue menghirup oksigen." "Cita-cita gue... bebas" _______________________~o~_______________________ Masa anak-anak serta masa remaja seharusnya menjadi hal paling...