Say hi guys
**Happy reading**
Najwa yang berada di dapur mengernyitkan dahi bingung ketika pintu utama terdengar dibuka. Jam baru menunjukkan pukul sepuluh lewat tiga belas menit, tapi Ervan dan Tyo sudah pulang secepat ini.
"Loh kalian udah pulang? Bang Vicky mana kok tumben sama papa pulangnya?" Tanya Najwa tak tahan dengan rasa penasarannya.
"Ervan tadi kerumah sakit ma, papa yang nganterin." Mata Najwa terbelalak mendengar penuturan anaknya. Dengan tergesa Najwa berjalan ke arah Ervan yang berada didekat meja makan. Memeriksa sekujur tubuh si bungsu hingga terlihatlah jari Ervan yang dibalut perban.
"Kenapa bisa kamu luka gini? Mama kan udah bilang hati-hati waktu ngerjain sesuatu Ervan."
"Besok nggak usah ikut sekolah umum, mama nggak mau kamu ceroboh gini lagi."
"Ma," desah Ervan kesal dengan kalimat terakhir yang keluar dari mulut Najwa.
Tyo mengusap bahu istrinya agar lebih tenang. Ia tahu, istrinya saat ini sedang khawatir dan tidak mau terjadi sesuatu pada anaknya. "Kamu baru seminggu bisa bebas keluar aja udah bikin Mama ketar-ketir gini nak. Apalagi sebulan bahkan berbulan-bulan." Keluh Najwa nelangsa.
"Ma, cuma luka kecil. Ervan nggak papa, masa cuma gara-gara ini mama ngelarang Ervan sekolah umum." Protes Ervan marah.
Dengan langkah lebar Ervan pergi dari ruang makan meninggalkan Kedua orang tuanya yang hanya menatap pasrah kepergiannya. Sejurus kemudian terdengar pintu ditutup secara kasar menimbulkan bunyi yang mengejutkan. Tyo menghela nafas berat, istrinya yang terlalu posesif dan anaknya yang terlalu manja.
Satu sepatu Ervan terlempar kedepan pintu kamar mandi dan sebelahnya lagi dibawah meja belajar. Sedangkan badannya ia jatuhkan secara kasar keatas kasur over size-nya. Ia terlampau kesal terhadap Najwa. Sifat manjanya mengalahkan rasa empatinya untuk mengerti kekhawatiran mamanya. Ketukan pintu menghentikan gerutuan Ervan. "Van, papa boleh masuk?" Izin Tyo.
Tak ada sahutan, Tyo kembali mengetuk pintu dan mengulang izinnya. Perlahan Tyo tetap mencoba membuka pintu walaupun putranya tak menjawab sama sekali. Beruntung pintu kamar Ervan tidak dikunci.
Terlihat putranya telungkup diatas ranjang, baju belum ganti dan kondisi kamar yang sedikit berantakan. Terlihat dari sepatu yang berserakan serta beberapa buku yang tercecer dilantai dekat meja belajarnya.
Ervan merasakan ada pergerakan di kasurnya, Tyo duduk tepat disampingnya. "Bangun, minta maaf sama mama." Ucap Tyo lembut tersirat nada perintah.
"Nggak mau, mama bikin kesel." Sahut Ervan tak mengubah posisinya.
"Kamu masih inget percakapan kita di mobil tadi kan?" Pancing Tyo. Perlahan Ervan mengganti posisinya menjadi duduk. "Mama terlalu khawatir sama kamu dan kamu harus tau itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Me
Teen Fiction"Main layang-layang, main bola, bahkan main sepeda pun belum pernah gue rasain selama gue menghirup oksigen." "Cita-cita gue... bebas" _______________________~o~_______________________ Masa anak-anak serta masa remaja seharusnya menjadi hal paling...