Suasana kantin sekolah cukup riuh dikala memasuki jam istirahat. Para siswa berteriak meminta pesanan mereka seakan-akan enggan kehabisan apa yang mereka inginkan.
Berbeda dengan ketiga orang yang sudah santai menikmati pesanan mereka. Ini semua berkat Abi yang pergi duluan kekantin dimenit-menit terakhir jam pelajaran dengan alibi panggilan alam.
"Nanti kita kerumah sakit yok" ajak Tasya ditengah-tengah acara makan mereka.
"Eh? Ngapain?" Tanya Abi mewakili rasa penasaran Kiara yang juga mengangguk menyetujui pertanyaan Abi. "Tante Nina kumat lagi?" Tanya Abi hati-hati.
Walaupun Tasya tidak mempermasalahkan pembahasan tersebut tapi Abi dan Kiara masih segan jika berbicara menyangkut penyakit ibu dari Tasya. Tasya mencebik, "bukan lah, nyokap gue mulu masa."
"Kita jenguk Ervan, dia lagi dirawat sekarang." Mata Kiara dan Abi terbelalak. Dirawat? Dengar sakit saja tidak tapi tiba-tiba dirawat. Mengejutkan.
"Pacar gue kenapa bisa dirawat? Kecelakaan? Sakit? Asma? Kanker?" Tanya Kiara heboh, mulutnya tidak bisa direm. Omongannya asal keluar tanpa dikoreksi dan tanpa tahu sekitar. Untung saja semua anak sibuk dengan urusannya sendiri dengan perut-perut mereka.
Tasya diam tak menjawab, membiarkan kedua makhluk didepannya ini melanjutkan ocehan tak karuan seenaknya. "Gue ikut deh, sebagai sahabat dari sahabat gue yang baik, gue ikut lo jenguk Ervan sepulang sekolah." Final Abi dan melahap bakso terakhirnya.
Sementara Ervan berbaring disalah satu brankar rumah sakit mempersiapkan diri untuk transfusi darah seperti minggu-minggu sebelumnya. Sebelum ada konsentrat pembekuan darah, Ervan sudah harus menjalani transfusi untuk mencegah hal tersebut.
Matanya beralih dari layar handphone saat mendengar pintu tempat ia dirawat terbuka menampilkan Vicky dengan dua paper bag ditangannya. Itu semua permintaan Ervan, beberapa jajanan untuk menemaninya belajar dan beberapa set kertas origami dengan berbagai ukuran.
"Kertas origami buat apaan? Tumben minta beliin beginian."
"Buat main-main aja bang, daripada gabut nungguin dokter Ali." Sahut Ervan menaikturunkan alisnya sengaja mengejek. Vicky mencebik, keadaan penyakitan saja masih tengil apalagi sehat bugar.
Ervan meraih paper bag yang berisi kertas origami dan mengambil satu set berukuran 15x15 cm. Cukup lama Ervan melipat-lipat kertas origami tersebut, dan jadilah bentuk salah satu hewan yang sering disebut-sebut imut oleh kalangan pecinta hewan. Panda.
"Bang"
"Hm" sahut Vicky masih fokus pada layar ponselnya.
"Mama mana?" Tanya Ervan yang masih sibuk dengan kertas yang ada ditangannya. Vicky mengedikkan bahunya tanda tak tahu.
Tak lama pintu ruang rawat Ervan terbuka menampilkan wanita paruh baya dengan kotak makanan ditangannya. Senyum tulus terbaiknya ia tampilkan untuk kedua anak tersayangnya yang tengah sibuk dengan benda ditangannya masing-masing. "Duhh anak mama sibuk semua, mama dicuekin nih?" Sindir Najwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Me
Teen Fiction"Main layang-layang, main bola, bahkan main sepeda pun belum pernah gue rasain selama gue menghirup oksigen." "Cita-cita gue... bebas" _______________________~o~_______________________ Masa anak-anak serta masa remaja seharusnya menjadi hal paling...