Aunty and Grandpha

990 104 10
                                    

Ramai. Satu kata itu yg bisa menjelaskan kehebohan yang terjadi diluar sana. Kapal kapal terapung terlihat begitu banyak, terlihat seperti pasukan perang yang siap bertempur.

Sekitar 20 kapal terapung bergerak menuju bunker pribadi milik Bam. Dengan tergesa seorang penjaga berlari memasuki bunker. Dirinya terlihat seperti orang kesetanan mencari pemilik rumah.

"Tuan!"

Aguero yang duduk santai diruang keluarganya terlihat terkejut, pelukannya pada Vassa sedikit mengencang.

"Apa yang terjadi padamu?"

"Tuan khun, saya tidak tau dengan jelas, tapi banyak sekali kapal terapung diluar menuju ke bunker!"

Alis birunya terangkat heran. Kapal terapung? banyak? penyerangan kah?

"Siapkan semua pasukan yang ada jangan biarkan ada celah sedikitpun! aku akan menghubungi Bam!"

"Baik tuan!"

Dengan segera bawahan itu melakukan perintah tuannya. Memanggil beberapa orang yang memang ditugaskan untuk menjaga bunker keluarga grace saat ini.

"Mode tampak,"

Call Bam

"Halo Aguero?"

"Bam, kembalilah ke bunker."

"Sesuatu terjadi?!"

"Hm, aku akan menahannya sebisaku."

"Jangan  lakukan hal bodoh mengerti? Pergilah ke tempat aman jangan memaksakan dirimu! Aku segera kembali!"

"Mengerti."

Sambungan terputus, meski nada suara Aguero terdengar begitu tenang tapi tidak dengan perasaannya. Ia kalut. Jika ada begitu banyak kapal terapung datang tiba-tiba, bisa jadi itu adalah serangan kejutan dari pihak musuh.

Aguero menatap putrinya, mengecup pucuk kepala biru itu lembut. Membawanya kembali kedalam kamarnya bersama Vincent.

"Peri kecil, tunggu mama oke, mama akan segera kembali."

Dengan bantuan ikan api yeon, Aguero menidurkan Vassa. Membaringkan gadis kecil itu di box bayi yang kosong. Disampingnya ada box bayi satu lagi yang diisi oleh Vincent yang lelap tertidur.

Setelahnya Aguero bergegas keluar, tak lupa melindungi ruangan kedua anaknya dengan selubung shinsu. Kini saatnya menyiapkan strategi yang sebisa mungkin tidak merugikannya. Kaki jenjangnya berjalan tergesa tangan dan matanya fokus pada light housenya. Mengirim strategi yang sudah disusunnya kepada bawahannya yang sudah bersiap diluar bunker.

Oke, saatnya berperang!

.
.
.

"Guru!"

"Hei tenang Bam, apa yang terjadi?"

"Aguero tadi menghubungiku memintaku untuk segera kembali ke bunker, perasaanku tiba'tiba tak enak, aku khawatir pada mereka!"

"Oke baik tenangkan dirimu, kau akan menghancurkan tempat ini jika terus begitu Viole."

Bam menarik nafas pelan, menghembuskannya untuk ketenangan. Mengontrol emosi yang bergejolak dihatinya. Shinsunya harus ditenangkan.

"Bagus, sekarang mari kita selesaikan para bedebah itu."

Dengan begitu keduanya bergegas, mereka tak membutuhkan kapal terapung, karna faktanya mereka bisa lebih cepat dari kapal terbang itu.

Raut wajah Bam sangat tidak santai saat ini, matanya menajam dahinya mengerut menahan emosi. Ia benar benar siap menghancurkan siapapun yang mengganggu keluarganya.

The GraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang