author pov
"lisa, jatuh cinta itu apa sih?"
"liat mata gue, ada lo di dalamnya."
jennie lantas mendengus. ia kira gadis tinggi itu akan menjelaskan secara rinci, tapi nyatanya tidak. dan jennie bertanya bukan karena ia tidak pernah jatuh cinta, melainkan ia masih bingung.
apa sebenarnya jatuh cinta itu? bukan hanya apa, namun juga bagaimana? kenapa? dan apakah jatuh cinta itu memiliki wujud?
sedetik kemudian jennie menggelengkan kepala, merasa konyol atas pertanyaannya sendiri.
jennie lalu menatap gadis yang tengah berdiri tepat di sampingnya. sampai gadis tinggi itu juga kemudian membalas tatapan jennie, dan membuka suara.
"papa lo butuh berapa lembar?"
ah iya, jennie baru sadar.
sedari tadi niat ia kesini adalah ingin menemui lisa dan sengaja datang ke rumahnya untuk meminta tolong. bukan malah menanyakan soal apa itu cinta.
netra tajam jennie lalu melirik ke arah mesin cetak. mesin itu terlihat masih mengeluarkan beberapa lembar kertas, yang berisikan tulisan tangan.
"seratus lima puluh."
"oke, ini gue cetakin baru seratus dua puluh lembar. kalo lo mau ada yang dikerjain, yaudah lo pulang dulu aja. biar nanti gue yang nganter ini ke rumah lo."
lisa barusan membalas, sembari satu tangannya sibuk mengambil tiap lembar kertas yang sudah selesai dicetak.
"gue nunggu di sini aja deh." setelahnya gadis berpipi mandu itu juga duduk di pinggiran kasur milik lisa.
cat kamar yang dominan berwarna kuning keemasan, juga di setiap sudut kamar yang selalu terisi penuh barang-barang, tanpa ada ruangan yang tersisa.
sungguh, jennie jika sudah masuk ke dalam kamar milik lisa ini, dirinya selalu merasa terlalu besar dan kamar lisa pun terlihat semakin penuh.
jennie juga tidak mengerti, mengapa gadis tinggi itu sangat menyukai kamar miliknya terlihat penuh. padahal jika diperkirakan, besarnya kamar lisa itu mampu menampung hingga lebih 20 orang.
"lisa."
tanpa menoleh, gadis yang barusan dipanggil itu menjawab.
"apa?"
"kalo gue jatuh cinta sama lo, apa lo bakal jatuh cinta juga ke gue?"
bersamaan dengan satu tangan yang mengambil satu lembar kertas terakhir, tubuh lisa lantas berbalik. balas menatap eksistensi jennie.
"lo lagi pengen banget ya gue cintain?"
"hah? ngga." cepat-cepat jennie menggeleng.
"terus kenapa lo nanya gitu?"
"ya nanya aja, gue penasaran."
"pertanyaan lo konyol." balas lisa.
tubuhnya lalu berbalik lagi, mulai sibuk memasukkan tiap lembar kertas ke dalam plastik hitam, agar tidak berantakan.
"lo kalo mau nanya, yang lebih bermanfaat dikit dong. misalnya kaya 'lisa, lo udah makan belum?' gitu." lanjut lisa.
"dih? itu mah maunya lo doang."
lisa lantas terkekeh, melihat raut wajah jennie yang kesal karena dirinya adalah suatu kesenangan tersendiri bagi lisa.
"emang apa manfaatnya kalo gue nanyain lo udah makan atau belum?" suara jennie bertanya lagi.
"gue bakal jawab, belum. entar lo bakal ngerasa kasian, terus traktir gue makan deh. bermanfaat kan?" balas lisa sembari menaikan satu alisnya dengan tatapan menggoda.
jennie mendengus, dan di detik berikutnya ia langsung berdiri. cepat-cepat jennie mengambil dengan kasar semua kertas yang telah lisa masukan ke dalam plastik, lalu berjalan ke arah pintu tanpa perduli suara tawa lisa yang terus meledeknya.
tapi tepat sebelum satu tangan jennie ingin mencapai gagang pintu, tubuh gadis berpipi mandu itu berbalik sebentar dan menatap netra lisa dengan tatapan serius.
"buat besok, inget. jangan deket-deket sama cewek itu lagi, gue ga suka lo ganjen ke orang lain."
••••••
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMANTARA - JENLISA ✔
General Fiction❝ Bumantara, ruang luas yang ada di atas bumi. Tempat beradanya bulan, bintang, dan matahari. ❞