Aida membuka mata begitu mendengar ketukan di pintu. Matanya langsung melirik ke jam weker di meja belajar Amanda. Pukul 17.15. Cukup lama ia tertidur setelah shalat asyar. Dan sejak kedatangan Arsyad, ia tidak keluar-keluar dari kamar. Makan siang pun tidak. Ia benar-benar merasa bingung, bagaimana ia harus tinggal di rumah ini hanya berdua saja dengan laki-laki yang bukan mahromnya. Sementara ia juga tidak tahu harus pergi ke mana.
Entah sudah berapa kali Arsyad mengentuk pintu kamar Aida. Tetapi, Aida tidak membukakannya. Ini adalah yang keempat kalinya.
“Aida, aku tidak sendiri, aku bersama Intan.”
Aida turun dari tempat tidur begitu mendengar suara Arsyad yang mengatakan ia bersama seseorang. Disambarnya jilbab instan dan dipakainya dengan terburu-buru. Lalu dibukanya pintu kamar dengan perasaan senang. Di hadapannya berdiri Arsyad dengan seorang gadis belia. Senyum Aida langsung mengembang.
“Ini Intan, anak Bu Ani. Bu Ani yang bantu-bantu di rumah ini, datang pagi dan pulang sore. Bu Ani nggak tahu kalau sudah ada orang di rumah, sehingga beliau belum datang dari kemarin. Sampai Uda Rais pulang, Intan yang akan menemani kamu tidur di sini.” Arsyad menerangkan dengan panjang lebar.
“Iya, Da. Makasih. Ayo, Intan, masuk.” Aida menarik tangan Intan dengan perasaan gembira.
“Aida, makanlah dulu. Ajak Intan sekalian. Dari tadi siang kamu belum makan. Hanya berkurung di kamar.” Arsyad berucap dengan rasa prihatin.
“Iya, Da. Aku segera ke ruang makan.” Aida kembali menarik tangan Intan ke luar kamar dan membawa gadis itu menuju ruang makan. Perutnya benar-benar terasa lapar sekarang. Intan hanya menurut. Sementara Arsyad tersenyum bahagia melihat keceriaan Aida.
Aida mengambilkan nasi untuk Intan dan meletakkan di depan gadis manis itu. Meski Intan mengatakan belum lapar, tetapi, Aida tetap memaksa Intan untuk menemaninya makan. Akhirnya Intan mau juga makan bersama Aida. Sambil makan, Aida bertanya banyak hal pada Intan. Sekolahnya, saudaranya, teman-temannya, dan juga tentang kedua orang tuanya. Aida menjadi banyak bicara begitu bertemu Intan. Perempuan itu benar-benar merasa bahagia mendapatkan teman. Teman pertamanya di Kota Padang. Intan pun merasa senang bertemu dengan Aida.
Sebenarnya Aida punya banyak teman di Kota Padang. Teman SMP dan SMA-nya banyak yang kuliah di kota ini. Tetapi, karena ia tidak memiliki ponsel, ia tidak pernah berhubungan lagi dengan teman-temannya. Hanya satu dua orang yang masih mendatanginya ke rumah batu. Dan kedatangan teman-temannya yang berstatus sebagai mahasiswa itu selalu membuat hati Aida sedih. Betapa ia merasa tertinggal jauh oleh teman-temannya itu.
Selesai makan, Intan bergegas membersihkan meja makan dan membawa piring kotor ke tempat cuci piring. Meski Aida mengatakan biar dia saja yang mencuci piring, tetapi, Intan tidak mengindahkannya. Gadis yang masih duduk di kelas 2 SMA itu tetap melakukan pekerjaannya. Mencuci piring memang sudah menjadi tugasnya jika sedang membantu ibunya kerja di rumah ini.
Setelah meja makan dan dapur rapi kembali, Aida mengajak Intan duduk di taman belakang. Mereka duduk di ayunan. Intan sedang bercerita tentang sekolahnya ketika Arsyad menyusul keduanya ke taman.
“Aida, malam ini aku tidur di tempat kos teman aku. Kamu nggak apa-apa kan berdua aja di sini dengan Intan?” Arsyad berdiri di hadapan Aida dan Intan.
“Tidak apa, Da. InsyaAllah kami akan baik-baik aja.” Aida tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajari Aku Cinta
RomanceAida harus menggantikan posisi Sahira, yang kabur di hari pernikahannya dengan Rais. Meskipun Aida dan keluarganya bekerja pada keluarga besar Rais, tetapi Aida tidak pernah mengharapkan dan memimpikan pernikahan tersebut, karena sudah ada satu nama...