Uda Ameh Denai Loyang

1.3K 138 8
                                    

Aida telah berganti pakaian dengan gamis polos warna abu-abu dan jilbab warna pink muda. Gamis yang dipakainya ini adalah gamis terbaik yang dimilikinya. Gamis yang dibelinya dua tahun lalu untuk lebaran di pasar Payakumbuh. Dan hanya dipakainya jika ada acara atau jika bepergian. Namun, tetap saja penampilannya terlihat begitu sederhana. 

Aida mengambil tas selempangnya dan bergegas ke luar kamar. Amanda dan Bundo Rasuna telah menunggu di ruang tamu. Hari ini, Bundo Rasuna mengajak Aida ke pasar Payakumbuh. Kata mertuanya itu, Aida harus membeli beberapa keperluan untuk dibawa ke Padang.

Membayangkan akan ikut serta ke Padang dan tinggal berdua dengan Rais, Aida merinding. Bagaimana ia akan menghadapi laki-laki dingin itu seorang diri? Sementara laki-laki itu tidak mau menerima keberadaannya sedikitpun. Aida bisa merasakan jika Rais selalu berusaha menghindarinya.

“Ayo berangkat!” Bundo Rasuna langsung bangkit dari duduknya begitu melihat kedatangan Aida. Amanda ikutan bangkit dan menggamit tangan Aida yang telah berada di sampingnya. Sampai di halaman yang masih terpasang tenda, mobil sport hitam milik Pak Djamaris telah menunggu mereka. 

Bundo Rasuna mengambil tempat di depan. Sementara Amanda dan Aida duduk bersisian di kursi belakang. Untuk beberapa detik Aida menahan napas melihat siapa yang sedang duduk di belakang kemudi.

“Ayo, Syad, berangkat!” Bundo Rasuna memberikan perintah. Arsyad hanya mengangguk lalu segera menjalakan mobil dengan pelan. Mobil meninggalkan halaman rumah gadang, masuk ke jalan kampung yang terlihat begitu asri. 

Di sepanjang jalan tumbuh pohon pinang yang sedang berbuah dengan lebatnya. Sementara di belakang pohon pinang yang berjejer  terhampar sawah yang sedang menguning. Sebentar lagi musim panen akan segera tiba.

“Rais nggak bisa ngantar, Aida. Dosennya sewaktu S2 di Bandung dulu datang sore kemarin.  Jadi minta diantar keliling Payakumbuh dan Lima Puluh Kota.” Bundo melirik Aida sekilas.


.

“Ya, Bundo.” Aida menjawab pelan. Aida mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Arsyad telah beberapa kali menatapnya dari kaca mobil. Aida merasa tidak nyaman menerima tatapan Arsyad. Apalagi ada Bundo Rasuna dan Amanda yang bisa saja memergoki sikap laki-laki  yang berpenampilan santai itu.


“Da, hidupin musik napa?” Amanda memajukan tubuhnya ke depan, mencoba menjangkau alat pemutar lagu yang masih dalam posisi mati. 

“Kamu kan punya ponsel, hidupkan aja musiknya.” Arsyad menjawab dengan tak acuh.

“Ih, enak yang dari tape mobil lagi. Semua bisa dengar.” Akhirnya Amanda berhasil menekan power DVD. Dan tidak berapa lama terdengarlah alunan suara Yeni Puspita. “Uda Ameh Denai Loyang.”

Suara merdu penyanyi Minang itu membuat Aida tercenung. Kisah yang diungkapkan oleh lagu tersebut benar-benar menggambarkan kondisi Aida dan Rais. Bedanya dalam lagu itu keduanya saling mencintai, sementara Aida dan Rais sama-sama tidak memiliki perasaan apa-apa.

Hampir setengah jam berkendara, akhirnya mereka sampai di pasar Payakumbuh. Selama itu, tidak ada satupun yang bersuara. Bundo Rasuna terlihat tertidur-tidur ayam selama perjalanan. Tubuhnya memang terasa sangat lelah. Dua hari dua malam ia mengistirahatkan tubuhnya setelah alek gadang, tetapi, tidak juga bisa mengembalikan tenaganya yang hilang selama pesta dan persiapan pesta. 

Ajari Aku CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang