Alek Gadang

1.3K 140 23
                                    

Sepanjang prosesi akad nikah, Aida hanya tertunduk dengan pipi basah oleh air mata. Hatinya berperang antara tetap duduk dengan diam atau segera beranjak dan berlari meninggalkan rumah gadang.

Di mata semua orang, Rais pastilah sosok laki-laki sempurna. Berwajah tampan, berasal dari keluarga terpandang dan memiliki pekerjaan terhormat. 

Akan tetapi, Aida tidak memandang semua itu. Hatinya sudah lama terpaut pada seseorang. Seseorang yang selama ini selalu peduli padanya. Dan seseorang itu saat ini telah meninggalkan rumah gadang dengan amarah dan luka yang mengoyak dada.

Tidak berbeda dengan Aida, Rais yang duduk di hadapan wali hakim dan Pak Etek Muis juga sedang berusaha meredam gejolak di dalam hatinya. Sekian lama Aida dan keluarganya tinggal di lingkungan rumah gadang, belum pernah sekalipun Rais memperhatikan gadis sederhana itu. Rais tidak pernah peduli pada Aida dan keluarganya. Dan kini, ia harus duduk di samping gadis itu untuk mengucapkan ijab kabul atas namanya.  Betapa hidup terkadang begitu lucunya. Rais serasa ingin tertawa sekaligus juga menangis.

Sampai akhirnya kata sah terucap dari mulut para saksi, Aida masih tidak mengangkat wajahnya. Begitu juga ketika Bundo Rasuna menyentuh pundak Aida dan membisikkan sesuatu, Aida tetap bergeming. Barulah ketika pembawa acara memanggil namanya dan meminta ia untuk menyalami dan mencium tangan laki-laki yang kini telah menjadi suaminya, Aida mengulurkan tangan. Rais menyambutnya dengan enggan. 

Berpuluh-puluh pasang mata memperhatikan mereka dengan tatapan miris dan prihatin. Harusnya Sahira yang duduk di sana. Harusnya Rais tersenyum bahagia menerima uluran tangan pengantin perempuannya. Harusnya semua orang menyaksikan pernikahan tersebut dengan hati bahagia dan gembira. Tetapi, kenyataannya yang ada hanya suasana beku dan muram.

Setelah acara akad nikah selesai, acara dilanjutkan dengan makan bersama. Para ibu-ibu bergegas menghidangkan segala macam masakan di atas sepra. Rendang, goreng ayam, gulai ikan, gulai nangka, pergedel kentang, kerupuk ubi, samba lado, dan yang tidak pernah ketinggalan adalah gulai cincang kambing.

Wali hakim, ninik mamak, para saudara dan kerabat telah dipersilakan untuk menikmati hidangan. Aida mengambil tempat paling ujung dan kembali duduk diam menunduk. Bundo Rasuna meminta Mak Ina untuk mengambilkan nasi dan lauk buat Aida.

Sementara Rais duduk di ujung sisi satunya lagi. Laki-laki yang memakai jas berwarna hitam itu juga duduk diam tanpa bicara. Sedangkan Arsyad, entah ke mana sejak tadi. Rais tidak melihat adiknya itu sejak semua orang beranjak menuju ruang keluarga untuk melaksanakan akad nikah. Padahal Rais ingin minta tolong pada adiknya itu agar mencari keberadaan Sahira. Berulang kali Rais menekan kontak Arsyad, tetapi, ponsel adiknya itu sepertinya tidak aktif. 

Tiba-tiba Amanda datang membawakan nasi dan beberapa lauk yang telah diramas gadis itu ke dalam satu piring. Rais menerimanya namun meletakkannya kembali di atas karpet  di depannya.

“Makanlah sedikit. Perut kamu harus diisi. Jangan biarkan perempuan itu menghancurkan hidupmu.” Bundo Rasuna telah duduk di samping Rais. Rais hanya diam tidak menjawab.

“Bundo minta maaf atas keputusan yang mungkin sulit untuk kamu terima. Tetapi, Bundo tidak punya pilihan untuk menyelamatkan kehormatan kita di hadapan orang kampung dan kerabat serta relasi bapakmu.”

Rais memalingkan wajahnya ke samping. Ia tidak ingin melihatkan wajah marah dan tidak sukanya kepada perempuan yang telah melahirkannya itu.

Ajari Aku CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang