Part 4

2.1K 94 0
                                    

Beberapa menit akhirnya mereka orgasme di dalam vagina Haera, orgasme mereka banyak yang keluar dari selangkangan Haera karena tidak dapat menampung semuanya dan Joy membiarkan juniornya tertanam di sana.

"Maaf aku menyakitimu," kata Joy menyesal.

Joy menghapus air mata dan keringat Haera, Haera membalas dengan senyuman. Jujur saja dia sangat lelah karena ini pertama kalinya untuk mereka, Haera tidak masalah jika dia kesakitan.

"Tidur ya, kamu sudah lelah dan biarkan juniorku di vagina mu," kata Joy dibalas anggukan.

Joy memeluk tubuh Haera lalu menyelimuti tubuh mereka yang naked terlebih dia tidak mau Haera sakit karena udara yang dingin menerpa kulit mereka.

Keesokan harinya, Joy bangun lebih dulu. Dia melihat Haera yang masih terlelap, dia menyesal merusak masa depan Haera demi perintah Jun.

Joy mandi setelah itu dia memakai pakaian dan menelepon Jun, dia sunggu membenci situasi di mana dia tidak bisa menolak keinginan Jun.

"Pagi."

"Pagi, gimana semalam? Kamu melakukan hal itu?"

"Iya, aku melakukannya, papa puas sekarang? Aku seperti orang jahat yang merebut masa depan orang lain, papa tahu aku seperti orang gila.

"Kenapa papa lakukan ini ke aku? Kenapa pa hiks! Aku selalu melakukan apa yang kalian inginkan, kenapa kalian membalas aku seperti ini? Hiks."

"Kami sayang sama kamu makanya kami melakukan ini, kamu ingat dulu kami pernah memisahkan kamu dari gadis kecil yang merupakan teman kecil kamu?

"Orang itu Haera, kami tahu kamu bukan sekedar sayang melainkan cinta kepadanya. Waktu itu kami berpikir kamu sedih karena kamu kehilangan teman pertamamu tapi lama-kelamaan kami berpikir hal aneh.

"Kamu yang murung dan menangis tiba-tiba seperti kehilangan cinta pertama, kami tidak berpikir anak 6 tahun akan berpikiran seperti itu. Nyatanya kami salah, kamu yang pintar sejak kecil sudah tahu hal itu."

"Tapi bukan seperti ini caranya pa!"

Joy melempar ponselnya yang tidak tahu sudah ponsel ke berapa yang dia lempar karena kebiasaan buruk Joy ini lah yang membuat Jun menyiapkan satu ruangan di apartemen Joy untuk meletakkan ponsel-ponsel.

Bisa dibilang tempat itu gudangnya ponsel, jadi Joy marah dan melempar ponsel maka Joy akan ambil di ruangan itu. Mereka tidak marah jika ponsel yang dilempar asalkan Joy tidak menyakiti diri sendiri, itu sudah cukup.

Haera yang mendengar suara berisik jadi terbangun, dia meringis kesakitan di bagian bawahnya tapi dia memilih untuk mencari sumber keributan itu.

Haera berjalan perlahan-lahan dan melihat Joy yang berteriak hingga Joy melempar ponselnya, dia tidak pernah melihat Joy semarah ini.

Jauh berbanding terbalik dengan sikap Joy yang ramah, baik dan perhatian kepadanya. Haera dengan ragu menghampiri Joy bahkan Joy tidak menyadari jika sekarang dia sudah berjongkok di depan Joy walaupun sakit.

"Kenapa menangis, teriak, marah hingga lempar ponsel?" tanya Haera lembut.

Haera menghapus air mata Joy, dia melihat luka dari mata Joy yang dia sendiri tidak tahu sebabnya.

"Maaf," kata Joy tanpa membalas Haera.

Joy mengendong Haera ala bridal style dan mendudukkan Haera di kasur setelah itu dia pergi ingin ke luar, sayangnya tangan Haera menahannya.

"Aku tidak mau kamu pergi dalam keadaan marah, kamu kenapa? Aku punya salah sama kamu?" tanya Haera bertubi-tubi.

"Kamu tidak salah, keluargaku dan diriku yang salah sudah melibatkan kamu seperti ini bahkan mengambil hak yang bukan milikku. Sekali lagi, aku minta maaf," balas Joy.

"Kamu tidak perlu minta maaf, aku sudah menerima takdirku. Lagipula aku budak seks jadi tugasku memang melayani kamu, jangan menyesal Joy. Aku tidak masalah, kalau kamu mau seks katakan saja padaku," jelas Haera tersenyum.

Senyuman kamu membuatku sakit, Ra. Orang sebaik kamu harus menderita seperti ini, maafin aku, batin Joy lirih.

"Istirahat, aku pulang malam jangan tunggu aku," balas Joy lalu pergi.

Haera tidak bisa menahan kepergian Joy, dia berharap Joy pulang dalam keadaan baik-baik saja. Dia bingung sekarang, mau ngapain di sini apalagi masih pagi jadi dia memilih untuk mandi.

Tidak terasa sudah jam 11 malam, belum ada tanda-tanda Joy pulang. Haera tidak mungkin meninggalkan Joy tidur walaupun dia memang disuruh tidak menunggu.

Tidak lama pintu apartemen terbuka, Haera melihat Joy dan kaget, Joy pulang dalam keadaan mabuk. Dia memapah Joy ke kamar dan membaringkan Joy ke kasur.

Sungguh Haera sedih melihat Joy seperti ini, dia lebih memilih Joy bersetubuh dengannya daripada melihat Joy melampiaskan kekesalannya dengan mabuk-mabukan.

Setelah mengurus Joy, ponsel Joy berbunyi dan Haera melihat nama yang menelepon. Jujur saja dia ragu untuk mengangkat terlebih Jun sang papa yang menelepon Joy dengan terpaksa, Haera mengangkat panggilan tersebut.

"Joy."

"Maaf tuan, ini Haera."

"Joy kenapa sampai kamu yang angkat?"

"Maaf tuan, nona baru saja pulang dalam keadaan mabuk."

"Apa yang terjadi?"

"Saya tidak tahu tuan, nona hanya berpesan kalau nona pulang larut malam dan pulang-pulang sudah mabuk."

"Baiklah, kamu jaga Joy dengan baik. Selama malam."

Jun mengakhiri panggilan lebih dulu, Haera meletakkan ponsel Joy kembali lalu dia tidur di samping Joy setelah memastikan kalau Joy sudah terlelap.

Keesokan harinya, Joy terbangun lebih dulu. Jujur saja, Joy merasa pusing karena semalam dia ingat betul dia minum sangat banyak hingga mabuk.

Untung saja Joy pulang dengan selamat, dia melihat Haera terlelap di sampingnya. Dia tahu Haera yang membaringkan dia ke kasur karena dia tidak mungkin bisa ke kamar sendiri.

Dia memilih mandi setelah itu dia melihat Haera sudah terbangun, dia memakai pakaian setelah itu pergi ke ruang kerja sebelum suara menghentikannya.

"Joy, kamu kenapa mabuk semalam?" tanya Haera.

"Hanya pengen," balas Joy singkat.

Aku tahu kamu bohong, Joy, batin Haera.

"Mau ke mana?" tanya Haera.

"Ruang kerja," balas Joy.

"Sarapan dulu yuk," ajak Haera.

"Duluan saja," balas Joy tanpa melihat Haera lalu pergi

Haera menghela nafas, dia memilih mandi setelah itu dia ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk mereka.

Setelah masakan matang, Haera menuju ruang kerja Joy. Di ruangan itu masih berantakan bahkan Joy sendiri malas merapikan dan terlihat Joy yang tiduran di sofa.

"Joy, sarapan yuk. Aku sudah buat makanan," ajak Haera.

"Duluan saja, Ra. Aku belum lapar dan jangan ganggu aku lagi," balas Joy tanpa melihat Haera.

Haera bingung, Joy sedikit berubah dan seperti menjauhinya atau Joy menghukum dirinya sendiri atas apa yang dia lakukan ke Haera. Jika benar maka, dia tidak seharusnya menghukum diri terlebih itu hak dia.

TBC...

10. MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang