"Eung- apa?!"
Brukk!
Ten mengaduh kesakitan dengan tangan mengusap kedua lututnya. Baru saja tersadar dari tidur panjangnya dan pria itu harus mencium lantai dengan lututya. Demi mengembalikan kesadaran sepenuhnya ia duduk di tepi ranjang dan mengerjap pelan sembari mengingat apa yang terjadi.
"Astaga" gumamnya.
"Aku bertemu Johnny dan... Ya Tuhan aku malu sekali" Ten menggosok wajahnya dengan telapak tangan dinginnya sebelum tatapannya jatuh pada secarik note yang tertempel di lampu nakasnya.
Panaskan sup di lemari es, itu akan membuatmu lebih baik –Johnny
Langkah beratnya terseret menuju dapur dan benar saja sebuah mangkuk besar berisi sup yang entah berisi apa ada di salah satu section lemarinya. Demi mengurangi efek mabuknya ia menuruti isi pesan singkat yang Johnny tinggalkan. Padahal ia bersumpah untuk tidak pernah meminum alkohol sialan lebih dari 10% sayangnya soju di minimarket langganannya paling tidak mengandung 20% alkohol. Dan juga karena kekalutan perasaannya mendorongnya untuk tidak peduli dengan toleransi rendahnya tersebut.
"Haruskan aku meminta libur hari ini? Ah sial nafasku bau sekali"
Ten membersihkan tubuhnya bahkan hampir satu jam lamanya ia habiskan di dalam kamar mandi. Dan selama itu pula pikirannya melayang pada apa yang telah ia lakukan pada Johnny, atau bahkan dengan Johnny. Setelah mendapatkan ilham Ten segera menyeret kursi makannya untuk dapat meraih sesuatu di atas lemari dapurnya.
"Yash dapat"
Ia keluarkan sd card dari bawah benda seperti portable modem itu lalu di masukkannya kepada adapter untuk dicek isinya. Benar, cctv portable.
Semburat merah mulai merambati kedua telinga Ten seiring dimainkannya clip yang menunjukkan adegan semalam di apartemennya sendiri. Tampilan iPadnya memunculkan rekaman dimana Johnny menariknya ke dalam pelukan yang cukup intim, Ten bahkan berada di pangkuannya.
"Aku harus meminta Appattong untuk memblacklist namanya dari daftar klienku"
Setelah otaknya membuat hipotesis sementara untuk tayangan itu jarinya kembali melanjutnya video rekaman tersebut namun menit-menit berlalu dengan rona kemerahan memenuhi telinga Ten, bahkan wajahnya memerah menahan malu hanya karena menonton videonya sendiri.
"Wajahku... sudah tidak punya tempat" gumamnya setelah mendapati ia menggoda Johnnya bahkan dengan terang-terangan mencium pria itu, dan menciumnya lagi.
Bagus Ten!. sesalnya.
Berterimakasihlah pada dirinya sendiri yang memilih spot dimana cctvnya menjangkau seluruh sudut unitnya, tampat menerima tamu hingga dapur sehingga ia bisa melihat semua kejadian semalam termasuk saat dimana Johnny menungguinya tidur dan memasak untuknya.
Belum selesai menyesali perbuatannya, ponselnya berdering. Ia membaca pop-up pesan masuk yang ternyata dari orang yang sedang mengganggu pikirannya.
"Bagaimana keadaanmu?"
Selalu singkat seperti seorang Johnny. Jarinya terpaksa mengetikkan balasan, setidaknya untuk mengucapkan terimakasih.
'Um, Terimakasih sudah merawatku'
Ten memegangi dadanya yang berdetak jauh lebih cepat, ia tau ini adalah efek malunya akan perbuatannya sendiri. Tapi kenapa ia lakukan itu? jika YangYang tau tentang ini pasti yang akan dikatakannya adalah bahwa ini waktunya Ten membuka diri untuk mencari pasangan. Tapi dengan pria? No, Ten merasa dirinya masih normal bahkan ia selalu menolak semua ajakan teman minumnya untuk sekedar bertemu di luar pub hingga ajakan tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Issues [✔️] | Johnten
FanfictionWell, benar, orang asing. Terlebih moodnya sedang tidak bersahabat saat ini dan ia harus segera memasang topengnya lagi karena harus menemui kliennya yang ke sekian malam ini. "Aku melakukan apa yang menjadi kewajiban orang lain, hanya karena ikatan...