09 - Kissing

473 61 1
                                    


"Kau tidak perlu mengantarku"

"Tidak apa-apa, kau sudah bekerja keras hari ini"

Ten tidak lagi mengelak, ia mengikuti langkah Johnny yang membukakan pintu mobil untuknya. Ia menarik sabuk pengaman yang sedikit macet. Johnny berinisiatif membantunya meski itu membuat jarak mereka amat sangat dekat bahkan ia yakin napasnya pasti berhembus mengenai tengkuk leher Johnny.

"Aku hampir tidak pernah membawa seseorang di mobilku, kurasa itu membuatnya sedikit macet"

Perjalanan malam yang belum terlalu larut meski singkat namun memakan waktu lama karena macetnya jalanan Seoul.

Ten berinisiatif membuka percakapan. "Apa menurutmu jika kita tidak pernah menceritakan keburukan di masalah lalu maka akan membuat kita terobati dengan sendirinya? Seperti kata-kata, waktu adalah obat paling mujarab"

Johnny melirik kursi di sebelahnya yang menduduki hanya menatap ke luar jendela.

"Sebuah keburukan adalah aksi atau tindakan, benar? Maka cara menyembuhkannya ya dengan aksi. Logikanya, jika domba pergi ke kandang babi, makan seperti babi, hingga kotor penuh dengan lumpur. Orang tetap akan melihatnya sebagai domba, tapi jika dibersihkan dan dirawat maka ia akan cantik lebih dari domba biasa"

Ten menurunkan tudungnya, menoleh ke orang yang sudah memberikannya tumpangan. "Kau bisa bijak juga"

"Hanya jika kau ingin mendengarnya"

Ten terkekeh lalu duduk menghadap supirnya. "Kalau begitu aku ingin mendengar bagaimana hidup Cinderella setelah hidup bersama pangeran, ia pasti bahagia setelah terbebas dari ikatan sialannya dengan keluarga tirinya"

"Kalau itu aku tidak bisa"

"Kenapa? Aku benar-benar tidak tahu kisah Cinderella setelah bertemu pangeran"

Johnny menepikan mobilnya. Ia menghadap ke posisi di mana Ten menatapnya tak setuju. "Aku tidak bisa menceritakan kebahagiaan Cinderella karena aku adalah ibu tirinya"

Pecah tawa Johnny membuat Ten memukuli bahunya dengan keras, meski badannya kecil tapi kekuatannya tetaplah besar.

"Baiklah baiklah aku berhenti bercanda lagipula tidakkah seharusnya kau masuk ke kamarmu daripada memukuli manusia tampan sepertiku?"

Ten menoleh ke belakangnya, jadi Johnny menepi karena sudah sampai mengapa ia tidak menyadari itu.

"Ah, baiklah. Aku akan masuk, sampai jumpa"

"Hanya sampai jumpa?"

Ten yang sedang menaikkah tudungnya berhenti bergerak lalu menoleh. "Lalu? Ah.. terimakasih sudah mengantarku Johnny-ssi"

Johnny menggeleng. "Bagaimana dengan sebuah pelukan?"

Desahan rasa malas menguar begitu saja dengan rolling-an mata Ten. "Um kemarilah"

Rentangan tangan Ten membuat Johnny terkejut. "Sebelum aku berubah pikiran"

Grepp.

Tentu saja Johnny tidak menyia-nyiakannya.

"Hanya karena moodku membaik, jangan salah paham"

Kekehan ringan itu mengiri dua menit pelukan hangat kedua orang yang baru saja menjadi teman dekat tersebut.

"Apapun itu, aku menyukainya"

"Apa?"

"Tidak ada"

Johnny menjauhkan badannya lebih dulu dengan tangan yang menurunkan tudung jaket Ten dan mengusak rambut blonde pendeknya. Seakan slow motion Ten bisa melihat detail lekuk wajah Johnny yang melintas di sebelahnya.

Life Issues [✔️] | JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang