"Sungguh kau harus pulang dan istirahat hyung" Kun dan Doyoung membantu merawat Taeyong yang beru saja memuntahkan sarapannya.
"Kita punya banyak pekerjaan hari ini, Kun" elak Taeyong sembari menerima menerima pijatan di leher dan bahunya.
"Begini saja, biar aku dan Kun yang handle pekerjaanmu hari ini tapi kau beristirhatlah"
Taeyong kembali menggeleng, wajahnya sudah sepucat mayat hidup kata Doyoung.
"Kalau begitu kami bawa ke unit kesehatan, kau bisa kembali kemari jika merasa lebih baik"
Tanpa menunggu dibantah Kun dan Doyoung membantu Taeyong menuju unit kesehatan. Memasrahkan keadaan Taeyong pada perawat Kim yang sangat ramah.
"Asam lambungmu sudah lebih parah sejak terakhir kuperingatkan hyung"
Taeyong mengangguk. "Kepalaku sakit sekali, Jungwoo"
"Tensimu rendah, kau jarang makan, tidur sangat sebentar, kau akan mendatangkan lebih banyak penyakit jika terus seperti ini, apalagi isi kepalamu sangat mengganggumu, apa aku benar?"
Taeyong menunduk, benar ia yang mendatangkan penyakitnya sendiri, ia merasa frustasi beberapa bulan terakhir. Ia bahkan kehilangan berat badan sangat banyak.
"Obatmu akan bekerja sebentar lagi, istirahatlah dulu, jika ada sesuatu panggil saja aku"
Jungwoo menutup tirai bilik ranjang Taeyong beristirahat, bibir pucatnya sangat menunjukkan betapa lelah fisiknya saat ini, mungki juga dengan pikirannya.
"Hghh" Lenguh Taeyong yang tidak nyaman dalam tidurnya.
"Hey, aku di sini"
Taeyong merasakan tangan seseorang menyeka wajahnya yang basah. Ia banyak berkeringat karena demamnya.
"Pergilah" gumam Taeyong. Ia menatap sisi lain dari seseorang yang menjenguknya.
Tanpa mengindahkan kata-kata Taeyong, Jaehyun melanjutkan sisa pekerjaanya menyeka keringat dingin kekasihnya.
"Taeyong, aku tau beribu maaf tidak bisa membuatmu memaafkanku"
Jaehyun menduduki tepi ranjang untuk dapat membawa dagu sempit nan pucat itu menatapnya.
"Tapi aku kembali untuk memperbaiki kesalahanku" suara berat dengan pengakuan tujuannya mendatangi sang kekasih.
Masih dengan bibir terkatup rapat ia enggan menatap seseorang yang sudah membuatnya kecewa karena perilakunya yang semena-mena terhadap jabatannya beberapa waktu lalu.
"Aku mengakui kesalahanku dan menuruti kata-kata Ayah untuk belajar lebih banyak, dan sekarang aku kembali Taeyong-ah..."
Dengan tenggorokan kering Taeyong membuka bibirnya, "Aku senang kau memperbaiki perilaku dan mengembalikan citramu nantinya"
Ia menoleh pada seseorang yang belum menyerah menunggu responnya. "Tapi apa kau akan memperbaiki perasaanku?"
Jaehyun mengusap satu bulir kristal yang menuruni pipi tirus kekasihnya.
"Aku akan lakukan"
Di bawanya tubuh yang terbaring lemah itu ke dalam dekapannya. "Menikahlah denganku"
Jaehyun dan Taeyong sudah menjalin hubungan sejak di bangku perkuliahan. Meski berbeda universitas tetapi mereka kerap bertemu di club milik teman Jaehyun, Taeyong kerja paruh waktu di sana dan berakhir mereka berpacaran hingga saat ini.
"Menikah bukan untuk bercanda Jaehyun"
"Aku serius"
Jaehyun menatap kedua manik bundar yang terlihat begitu takut saat ini.
"Aku sudah mendapat ganjaran dari apa yang kuperbuat dulu, saat dengan mudah aku meninggalkan seseorang yang mencintaiku, tapi aku hanya mempermainkannya. Kini aku merasakannya ketika harus melepaskan seseorang yang kucintai"
Taeyong menatap tak mengerti maksud Jaehyun.
"Ayah akan menjodohkanku dengan putri temannya di Thailand, mereka memiliki saham terbesar dari perusahaan sahabat ayah di sana, kau tau apa yang akan terjadi"
Taeyong tersenyum pahit, ia mengangguk.
"Kau harus jadi anak baik kali ini, menikahlah seperti yang paman minta"
Jaehyun menatap tak percaya akan tanggapan Taeyong.
"Bukankah itu tidak mengubah kondisiku? Aku tetap akan kau tinggalkan meski kau akan menikah dengan siapapun nantinya"
Jaehyun mengusap kedua tangan Taeyong dalam genggamannya. "Lihat aku, Apa kau sungguh baik-baik saja jika itu terjadi?"
Taeyong menatap iris kecewa di hadapannya. Buliran kristal berjatuhan menghiasi pipinya.
"Bukankah tingkat tertinggi cinta seseorang adalah ketika kita merelakan orang yang dicintai? Aku mencintaimu, Jung Jaehyun jadi kumohon... pergilah sebelum aku yang pergi dari hadapanmu"
Dengan lembut jemari panjang itu menghapus jejak linangan air mata yang tumpah karenanya. Ia tersenyum meski di hadapannya masih ada raut kesedihan tersisa.
"Taeyoung-ah... kau tahu apa yang Ayah katakan?"
Taeyong menggeleng pelan. "Aku akan dijodohkan jika tidak segera menikah dengan kekasihku"
Jaehyun membawa Taeyong ke dalam dekapannya lagi. "Maka dari itu aku ingin kita menikah, aku juga tidak bisa lagi menahan diri merahasiakan hubungan kita di antara staff yang meributkan statusku"
"Jaehyun jadi maksudmu kau tidak dipaksa dalam perjodohan ini?"
Anggukan Jaehyun membuat Taeyong memukuli punggung besar yang melingkupinya. "Aku kira kau akan dipaksa menikah, bodoh."
Air matanya kembali meleleh karena kelegaan di hatinya. "Jadi, kau mau kan menikah denganku?"
Taeyong menjauhkan wajahnya dari ceruk maskulin alan kekasihnya tersebut. "Tidak bisakah kau melamar dengan lebih romantis? Ini di unit kesehatan Jae" ledek Taeyong kesal.
"Kalau begitu sekarang kita berangkat ke Pulau Jeju"
"Untuk apa?"
"Melamar bebek goreng di sana"
"Kita putus"
"Aku bercanda!"
***
.
.
.
udah gitu aja, sebenernya mau berfokus ke bromancenya Johnjae karena masih bersitegang keduanya. tapi bakal agak panjang dan sedih:(
nih memori daun pisang lala lala lala~
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Issues [✔️] | Johnten
FanfictionWell, benar, orang asing. Terlebih moodnya sedang tidak bersahabat saat ini dan ia harus segera memasang topengnya lagi karena harus menemui kliennya yang ke sekian malam ini. "Aku melakukan apa yang menjadi kewajiban orang lain, hanya karena ikatan...