"Aku ingin menjagamu, Aku tidak ingin melihatmu terluka lagi dan lagi"
Ten mengulum bibirnya, tidak bisa lagi menahan deburan lelah di hatinya menjadi ruahan lega atas harapan hatinya. "Aku menyukaimu sejak lama"
Johnny menarik kedua ujung bibirnya sebelum menarik tubuh mungil di hadapannya ke dalam dekapannya. Ia mengusap rambut yang mulai memanjang itu dengan lembut. Ucap syukur dan sayang tidak berhenti meluncur dari belah bibir berisi pria itu.
"Andai moodku jauh lebih baik sudah kupastikan aku menarikmu ke ranjangku"
"Apa aku harus membersihkan mulut kotormu di hari pertama kita jadian?"
"Kau mengataiku?" Johnny menggidikkan bahu yang membuat Ten menjauhkan badannya dari Johnny dan memberikan tatapan tidak terima padanya.
"Mulutku tidak kotor, hanya saja kau membuatku berpikiran kotor, itu dua hal yang berbeda"
"Uh.. huh?"
"Butuh pembuktian?"
***
Ten menjauh dari tempat Johnny berada, ia pergi menuju lemari panjangnya untuk berganti pakaian. Ia melepaskan kancing kemeja lengan pendeknya tanpa ragu dan tanpa membelakangi pria yang tengah menunggunya. Ten sengaja memancing pria yang baru saja resmi menjadi kekasihnya.
"Kenapa? Kau ingin berganti pakaian juga? Sepertinya sudah tidak ada pakaian yang cukup untuk kau gunakan, bagaimana jika tidak usah pakai baju?" Gerakan ten yang sedang memakai kaos longgarnya terhenti begitu saja lalu meninggalkannya menggantung di sandaran kursi makannya. Ia melangkah menuju lemari esnya, meneguk air dingin dengan sedikit bar-bar hingga aliran kecil menerobos turun mengaliri leher dan tubuh shirtless-nya.
Namun sayang skenario dadakan Ten sedikit meleset saat ia berbalik dan pandangannya terisi penuh kain putih dengan aroma yang tidak pernah ia lupakan. Johnny mengukung badan yang lebih kecil darinya dengan menghimpitnya dengan lemari dingin di belakang pria kecil tersebut.
"Mundurlah aku ingin pergi tidur"
"Apa? Kau ingin tidur? Dengan siapa?"
Ten mendorong pria yang mulai menggodanya, meski Ten sudah memperhitungkannya tapi tetap saja segala sesuatu yang Johnny katakan tetaplah tidak bisa dielaknya. Semakin Ten memberontak semakin Johnny menghimpitnya hingga tubuh mereka benar-benar berhimpitan, bahkan Ten tidak sanggup mendongak untuk mendapati manik legam yang tidak luput menatapnya karena deru panas keduanya dapat dirasakan satu sama saling.
"Apa baik menggodaku sepertiku?"
Sial. Baritone Johnny menghakimi indera pendengarannya.
Ten mendongak dan memberikan tersenyum remeh pada pria besar yang mengukungnya. "Kurasa tidak"
"Jangan menyesalinya tuan Ten" final Johnny sebelum menahan posisi Ten untuk bisa meraup bibir tipis milik kekasihnya.
Ten memang sudah sangat ingin mencium Johnny hanya saja ia terlalu malu untuk menunjukkan keinginannya terlebih ia belum resmi beberapa jam yang lalu. Dan ketika Johnny menciumnya tubuhnya masih terkejut untuk bisa merespon secepat itu namun ketika sentuhan lembut pada pinggang polosnya dirasakannya barulah ia kembali ke dalam lembutan yang Johnny berikan.
"Hmmph" Lenguh Ten ketika Johnny mengulum kuat bibirnya. Ia tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak membalas pergerakan Johnny.
Ten membalas lumatan demi lumatan yang Johnny berikan hingga entah siapa yang memulai kini tautan lidah mereka sudah mendominasi permainan. "Hngghh" Lenguh Ten saat Johnny tidak juga mengalah untuk memimpin permainan 'basah' keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Issues [✔️] | Johnten
FanfictionWell, benar, orang asing. Terlebih moodnya sedang tidak bersahabat saat ini dan ia harus segera memasang topengnya lagi karena harus menemui kliennya yang ke sekian malam ini. "Aku melakukan apa yang menjadi kewajiban orang lain, hanya karena ikatan...