03.00

550 85 12
                                    

"Selamat siang, Tuan Yang. Maaf karena kunjungan saya yang mendadak."

Sunoo memasuki ruang tamu megah itu. Sebenarnya ia ingin menatap rumah cantik itu lebih lama, tapi ia lebih ingin menyelesaikan tugas ini lebih cepat.

"Tidak apa-apa, Kim Sunoo. Silakan duduk. Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Tuan Yang dengan ramah.

"Saya tidak ingan basa-basi karena saya tidak menyukai hal itu, jadi saya langsung ke inti saja."

DOR!

Semua terjadi begitu cepat. Setelah menjawab pertanyaan Tuan Yang, dalam sekejap mata, Sunoo mengeluarkan pistolnya dan menembak tepat di dada kiri pria dewasa itu.

Haruto, Donghyun, Minjae, dan anak buahnya segera berpencar memenuhi rumah itu, menghabisi siapa saja yang ada disana.

Sunoo berdiri dan mendekati Tuan Yang yang kesulitan bergerak, "K-ken... ap-a..?" lirih pria itu.

Sunoo mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya, "Entah, tapi saya disuruh ngelakuin hal ini dengan bayaran yang lumayan, jadi saya lakukan dengan senang hati."

"Set-t-elah tig-a bu...lan in-i?"

"Ya." Sunoo mengangguk tanpa ragu.

"An-ak sial...an."

Sunoo menatap tubuh yang sudah tak berdaya itu dengan pandangan kesal, "Dia sekarat tapi malah mengatakan hal yang tidak berguna, apa-apaan."

Sunoo keluar dari rumah itu setelah Minjae memberinya koordinat rumah serba putih yang dibicarakan papinya. Ia berjalan selama kurang lebih sepuluh menit dihalaman belakang rumah keluarga Yang.

"Astaga, ini bukan halaman belakang lagi namanya, tapi hutan. Gila amat ni orang nyembunyiin rumah, Gw pegel. Anying jauh banget." Walaupun mengeluh, tapi kakinya terus melangkah maju.

"Akhirnya sampai juga tuan muda." sambut Minjae setelah Sunoo sampai di lokasi yang disebutkan. Pria manis itu langsung duduk diatas tanah tanpa peduli dengan celananya yang kotor.

"Capek? Apalagi gw yang lari-lari keliling ni tempat." Minjae mengejek Sunoo yang menatapnya tajam.

"Mending lu diem." Minjae hanya hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan atasannya.

Sunoo minum dari air yang untungnya disimpan Dayeon di dalam tas kecilnya. Sambil minum, ia menatap rumah yang tak terlalu besar- namun tak bisa disebut kecil juga -itu dengan pandangan meneliti. Dan ia hampir tersedak saat melihat dinding, pintu, dan atap rumah itu memang benar-benar berwarna putih. Bahkan, tak ada jendela di rumah itu.

"Agak serem." gumam Sunoo sambil bangkit dari istirahatnya sejenak.

"Bukan agak lagi, emang serem. Anjir ni rumah ada di hutan tapi dindingnya putih bersih, gila yang bersihin gak capek apa ya." Minjae mulai mendekati rumah itu.

Sunoo mengikuti Minjae, lalu berhenti tepat didepan pintu putih itu. "Sepi amat, yakali ni rumah tahanan ga ada penjaganya." ujarnya sambil melirik sekeliling.

"Kayaknya beberapa pada keluar karena 'penghancuran' dadakan tadi." balas Minjae yang membuat Sunoo mengangguk.

"Siapin senjata, kita ga tau ada siapa aja di dalam." ujar Sunoo sebelum menembak kenop pintu.

•••

DOR!

Ini pintu ke delapan yang Sunoo tembak, termasuk pintu depan. Minjae membuka pintu di lantai bawah sedangkan dia di lantai atas. Ia membuka pintu itu, dan terlihatlah seorang pemuda dengan pakaian serba putih yang menatapnya.

Pemuda itu tampan, Sunoo akui. Tapi, pandangan matanya terlihat kosong.

Pemuda itu tak bergeming saat didekati oleh Sunoo, tidak seperti orang-orang diruangan sebelumnya yang langsung keluar dari ruangan mereka.

Tap

Sunoo menyentuh pucuk hidung sang pemuda, membuatnya berkedip.

"Lu ga mau keluar?"

Bukannya menjawab, pemuda itu malah memeluknya. Mengucapkan terima kasih berkali-kali.

"Iya iya, sama-sama. Ayo kita keluar dulu."

•••

membutuhkan tiga chapter supaya mereka ketemuan :)

terima kasih sudah membaca^^
sampai jumpa-!

🍓iru

Found and Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang