01.00

1.1K 114 2
                                        

Ruangan dengan penerangan minim itu sangat senyap. Seorang pemuda duduk didepan pria dewasa, ayahnya. Sedangkan seorang wanita cantik duduk tak jauh dari mereka, menyimak sambil tersenyum menang kearah sang pemuda.

"Kamu tidak ada bedanya dengan kakakmu yang bodoh itu. Hal sekecil ini saja bisa gagal? Memang kamu tidak pantas menjadi penerus keluarga Yang."

"Bukan begitu, ayah. Semua sudah-"

"CUKUP! MAU ALASAN APALAGI KAMU?! Semua sudah berantakan dan itu gara-gara kamu, bisa-bisanya kamu masih menyalahkan Junghwa yang sudah jelas menyelamatkanmu dari kejadian itu. Persiapkan dirimu karena mulai besok kamu akan berada di rumah yang sama dengan kakakmu."

Pria dewasa itu bangkit dan pergi meninggalkan sepasang kakak beradik didalamnya.

"Puas lu?" Jungwon menatap sinis sang kakak perempuan yang kini berjalan mendekatinya.

"Oh, adik. Pertanyaan macam apa itu?" Tangan lentiknya mengusak surai hitam Jungwon, lalu meraih dagu tajam sang adik untuk menatapnya.

"Belum, gw belum puas kalo lu dan Jeongin sialan itu belum mati. Gue berharap lu berdua cepet-cepet mati di ruangan polos itu, biar gw bisa langsung bunuh ayah dan ganti nama warisan jadi nama gw doang. Haha." Gadis itu tertawa mengejek lalu pergi meninggalkan Jungwon yang terdiam.

•••

Jungwon memasuki kamar yang tak pernah berubah dari delapan bulan yang lalu. Ia membuka jendela kamar itu, dan berbaring diatas kasur empuk yang aroma pemiliknya masih tercium jelas walaupun sudah delapan bulan tidak disentuh oleh pemiliknya.

"Kak...

Gw kangen lu, sumpah. Kangen ngobrol bareng, main bareng, berantem, bikin rencana jatohin Junghwa. Gw kangen, banget.

Kak, gw minta maaf. Gw gagal, penyebabnya sama kayak lu. Gw ga berhasil ngejebak Junghwa, tapi malah gw yang dijebak sama dia. Haha, gw ingkar janji ya kak? Maaf.

Kak, besok kita satu gedung loh. Sayang banget kita ga bisa ketemu. Kalo kita ketemu, gw harap lu ga lupa sama gw, tapi kalo mau lupa sama Junghwa sih gapapa.

Kak, gw boleh berharap? Gw harap pas kita udah keluar dari penjara itu, Junghwa udah ga ada. Mau dia mati, nikah, ke luar negeri, pokoknya gw ga mau ketemu dia lagi. Gw mau bahagia bareng lu aja, kita bangun bisnis baru yang lebih halal. Jujurly gw capek banget dijebak sama cewe uler yang sialnya jadi kakak gw.

Kak, gw ngantuk, gw mau tidur. Gw mau tidur disini, tapi pasti ga boleh. Jadi, gw pamit ya kak. Haha, lucu banget gw curhat di kamar orang. Tapi gapapa sih, ga ada yang larang juga."

Jungwon berdiri, lalu menghembuskan napas lelah. Langkah kakinya gontai menuju pintu keluar, kemudian menatap seluruh kamar dengan sendu sebelum menutup rapat pintu kayu itu.

•••

"Ruangan Kak Jeongin dimana?"

Kini Jungwon tengah berjalan di lorong panjang sebuah rumah serba putih di area hutan belakang rumahnya. Seorang bawahan ayahnya berjalan mendampinginya dari belakang.

"Di lantai bawah." jawab sang bawahan. Setelah menaiki tangga sekali lagi, akhirnya ia sampai di ruang hukumannya.

Seorang bawahan lainnya berdiri tegak didepan pintu berwarna hitam itu, "Silakan masuk, Tuan Jungwon."

Jungwon memasuki ruangan yang tampak biasa saja, tapi akan mengerikan juga rasanya jika kau berada di ruangan ini dalam waktu yang lama.

Hampir tidak ada yang berbeda dari kamar pada umumnya. Kasur kecil, meja, kursi, karpet, dan kamar mandi ada di ruangan itu.

Namun, hanya satu yang berbeda. Semua, mulai dari dinding hingga perabotan, berwarna putih.

•••

asik, hutang baru><

lanjut gak?

btw siapa yang tadi nonton mama? ANAK-ANAK KEREN BANGET ㅠㅠ

terima kasih sudah membaca^^
sampai jumpa-!

🍓iru

Found and Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang