05.00

515 78 0
                                    

"Orangnya ada di dalem, terserah mau diapain dah. Gw tinggal ya." Dayeon keluar dari villa besar yang berada di pinggiran kota, jauh dari jalan raya dan sulit sekali menjangkau jaringan.

Di depan pintu, ada Sunoo yang tersenyum manis sambil melambaikan tangannya pada sang kembaran yang menjauh dengan mobil sedannya. Sedangkan Jungwon disampingnya hanya berdiri bak patung, tak tahu apa tujuan Sunoo mengajaknya ke villa klasik ini.

"Ayo masuk." Sunoo menggenggam tangan Jungwon, membawanya masuk ke dalam villa.

Cantik. Satu kata yang mencerminkan villa ini, cantik.

"Cantik, ini villa siapa?" Jungwon bertanya sambil terus menatap sekeliling.

"Makasih, ini villa gw, hadiah dari Dayeon waktu ultah ke dua puluh satu." jawab Sunoo tanpa melepaskan tarikannya dari tangan Jungwon.

"Sekarang kita mau kemana?" tanya Jungwon lagi saat Sunoo membuka sebuah pintu yang mengarah ke bawah, basement.

"Kita ketemu seseorang!" jawab Sunoo riang. Ia berhenti dan berbalik, mengangkat kedua tangannya ke arah Jungwon sembari menatap mata kucing itu dengan pandangan berbinar.

Bingung, Jungwon mengernyitkan dahinya. Hal itu membuat Sunoo kesal. Sambil memajukan bibirnya, ia berujar. "Gendong gw ke bawah."

Jungwon semakin bingung. Pencahayaannya remang-remang, walaupun tangga ini lebar tapi tetap saja. Bagaimana jika ia tak sengaja salah menginjak anak tangga dan jatuh bersama Sunoo? Bisa melayang nyawanya di tangan Dayeon.

Hup!

"Lama! Ayo turun!" Jungwon hanya diam saat Sunoo mengalungkan lengannya di leher Jungwon, jangan lupakan kakinya yang melingkar di pinggang pemuda Yang itu.

"Ayo! Turun! Jungwon!"

Menghela napas pasrah, akhirnya Jungwon menahan pinggang Sunoo dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya memegang pegangan tangga, yang syukurnya ada.

Sunoo menaruh kepalanya di pundak Jungwon, berniat agar memudahkan pemuda itu untuk melihat ke bawah. Tanpa tahu bahwa leher putihnya membuat Jungwon semakin tidak fokus.

Sudah berapa lama Jungwon tidak melihat leher seseorang dari jarak sedekat ini? Dulu, hampir setiap hari ia melihat hal seperti ini. Ditambah isakan dan lirihan ampun, meminta untuk dibebaskan. Sebelum akhirnya kulit leher itu menjadi rusak dan mengeluarkan darah, disusul dengan berhentinya suara isakan dan lirihan tadi.

Jika ia melakukan hal tersebut pada mahluk manis didepannya, bagaimana ia akan mati? Ditembak oleh Minjae yang menemukannya? Dihajar oleh Dayeon hingga lehernya patah? Atau mungkin dibakar hidup-hidup oleh Tuan Kim? Ah, sepertinya dua pilihan pertama lebih memungkinkan.

Tidak, jangan salah paham. Jungwon sama sekali tidak memiliki niat untuk melakukan hal keji seperti itu pada sosok yang masih menempel di gendongannya.

Tap!

Fyuh, akhirnya sampai juga di anak tangga terakhir. Tidak, Sunoo tidak berat. Ini hanya Jungwon yang terlalu lama tidak beraktifitas berat, dia tidak mungkin menyalahkan Sunoo.

Ternyata penerangan di bawah sini lebih terang dibanding bagian tangga tadi. Jungwon menatap Sunoo yang kini menegakkan kepalanya, menatap Jungwon dengan bibir yang dimajukan.

"Ayo terus! Kok diem?"

"Kamu cuma minta saya buat bawa kamu turun..."

"Ih, jangan protes! Ayo maju!"

Jungwon kembali menutup bibirnya dan melangkah maju hingga akhirnya mereka sampai di depan pintu kayu berwarna hitam pekat.

"Ukh!" Sunoo melompat turun dari gendongan Jungwon. Ia mengeluarkan senyuman termanisnya, "Timakaci, Jungwonie."

"Ya, sama-sama." Jungwon hanya mengangguk.

Sunoo mengeluarkan sebuah pistol dan sebuah pisau dari balik cardigan birunya, menyerahkan dua benda itu pada Jungwon.

"Nih."

•••

alhamdulillah, akhirnya uwu-uwu juga mereka...

maaf telat, iru lupa ㅠㅠ
keasikan scroll fyp sih :(

terima kasih sudah membaca^^
sampai jumpa-!

🍓iru

Found and Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang