"kamu ngapain ketemuan sama Hyunjin? udah tau aku gak suka sama dia"
"enggak gitu Jaemin, kita emang gak sengaja ketemu kok"
"kamu ada masalah apasih sama Hyunjin? konteks kita beda, kalau kamu emang gak suka sama dia yaudah simpen dikamu aja, jangan membatasi aku juga dalam berteman"
"rey, aku cuma gak mau kehilangan kamu"
"ya apa? aku juga gak akan balik ke dia, simpen rasa cemburu kamu yang berlebihan itu, aku gak suka kalo kamu jatohnya malah ngekang aku gini"
mereka berdua terdiam, perdebatan panjang yang akan berubah menjadi perang dingin, mungkin ada baiknya jika salah satu dari mereka ada yang mengalah.
Tapi baik Jaemin maupun Reana memilih untuk saling mendiami. Kedua nya sama-sama sedang dilanda rasa marah, silelaki marah karena perempuannya terlihat akrab dengan mantan kekasih, sedangkan siperempuan marah karena lelakinya membatasi pertemanannya tanpa alasan yang jelas. keduanya perlu bicara, keduanya hanya harus saling tau alasan satu sama lain, agar sama-sama mengerti tentang kekhawatiran yang mereka rasa.
Mungkin bagi Reana kalimat kehilangan yang Jaemin utarakan adalah sebuah kalimat posesif, tapi berbeda dengan Jaemin, kita tidak pernah tau mungkin ada kenangan buruk dimasa lalu yang Jaemin alami dengan Hyunjin.
Reana memandang kearah Jean yang sedang tertidur pulas diatas sofa, kemudian menghembuskan nafas pelan. Wanita itu berbalik badan, memilih untuk meninggalkan ruangan megah sang lelaki, untuk kembali keruang divisinya.
Jaemin pun tidak ada niat menahan wanitanya, memilih untuk membiarkan Reana pergi dari ruangannya. Sebenarnya ada alasan yang ingin Jaemin uarkan, tapi kalimat-kalimat yang tertata rapi didalam kepala tertahan begitu saja. Bibir lelaki itu terkatup, matanya terpejam dan tangannya meremat sebuah berkas yang ada dimeja kerjanya. Menyalurkan emosinya, agar Jean tidak terbangun dari peraduan mimpi indah disiang harinya.
🌸
"papa bunda mana?"
Jaemin menulikan telinganya, kaki lelaki itu terus melangkah menuju basement tempat dimana mobilnya berada, tubuh tegapnya menggendong sang putra yang masih tampak mengantuk.
sesekali balita itu menguap, kedua tangannya mengalung dileher sang ayah. Jika kalian melihat mereka secara langsung mungkin akan tahu betapa miripnya Jean dengan papanya, dari bentuk wajah, bentuk mata juga hidung dan bibir semuanya adalah copypaste dari seorang Jaemin.
"bunda gak pulang sama Jean ya papa?"
"Jean mau sama bunda"
Jaemin mendudukkan Jean dibangku penumpang, dengan gerakan cepat lelaki itu memacu pedal gas meninggalkan bangunan megah kantornya. Sesekali tangannya mengusap-usap kepala Jean agar balita itu kembali tertidur.
"papa...."
"bunda ada acara Jean, hari ini gak kerumah"
tentu saja itu hanya sebuah alibi. Tidak mungkin kan Jaemin harus berkata jika keduanya sedang saling mendiami, anak itu tidak akan mengerti.
"kenapaa... kok Jean gak diajak"
"kalau Jean ikut nanti papa sendirian dirumah dong. Dah sekarang kita beli makan, Jean mau makan apa?"
"mau nasi bubur bundaa"
Jaemin mengernyit tak paham,
"hah apa itu?"
" NASI. BUBUR. BUNDAAA "
"AAA JEAN MAU IKUT BUNDA PAPAA"
Nada jeritan itu membuat telinga Jaemin sakit, pasalnya jeritan Jean memang sangat melengking.
KAMU SEDANG MEMBACA
papa || Na Jaemin [terbit]
Fanfic"tante jadi bunda Jean yuk!" "eh?" ○ Sebagian bab dihapus ○ End - Book ver/ E-book avail on trakteer only started : september 26th 2021 finished : june 2022 written in bahasa ©hireaa, 2021 | papa