Part O4 | Watanabe

3K 405 86
                                    

©Haruwoo_o present

Watanabe
[Sequel of Criminal Prince]

.
.
.

Note ;; jangan lupa baca deskripsi cerita, sekaligus note yang diselipkan di chapter sebelumnya.

Happy reading~

Memeluk erat tubuhnya yang hanya berbalut piyama, kedua tungkainya terus melangkah tanpa tujuan. Air mata tak mau berhenti mengalir membasahi wajahnya yang kini penuh akan lebam.

Menggigit kuat bibir bagian bawahnya guna menahan suara isakannya, Koki tetap melangkah menjauhi mansion ayahnya dengan tubuh mungilnya yang sesekali bergetar pelan.

Sakit. Rasanya sangat sakit saat harus menjadi bahan pelampiasan amarah sang ayah yang bahkan tak segan memukuli bak orang kesetanan.

"Nana? Apa benar itu kau, nak?"

Suara lembut yang menyapa pendengarannya berhasil membuat langkah Koki terhenti. Derap langkah kaki yang melangkah tergesa mendekat ke arahnya bisa Koki dengar dengan jelas dari arah belakangnya.

Koki tau siapa pemilik suara itu karena nama panggilan Nana baru saja didapatkannya siang tadi. Hanya ada dua orang yang akan memanggilnya demikian, maka dari itu Koki memilih untuk tidak berbalik kemudian melanjutkan langkahnya dengan sedikit tergesa.

"Nana? Tunggu sebentar!"

Bukannya berhenti, Koki malah semakin mempercepat langkahnya begitu suara itu kembali mengalun memanggilnya. Tidak, dia tidak boleh terlihat lemah di hadapan orang yang baru saja dikenalnya.

"Akh!"

"Astaga, Nana!"

Tubuh mungilnya jatuh tersungkur karena kakinya tanpa sengaja menyandung batu berukuran besar yang kemudian disusul oleh suara seruan akan sirat khawatir dari sosok yang masih setia mengejar langkahnya.

"Ya Tuhan!" kepalanya menunduk tepat setelah sosok tadi berhasil berlutut di hadapannya sembari menutup mulutnya terkejut. Berhasil melihat kondisinya yang jauh dari kata baik-baik saja.

"Apa yang terjadi, nak? Kau baik-baik saja?"

Runtuh sudah seluruh pertahanan yang coba Koki bangun tepat setelah tubuh mungilnya ditarik lembut untuk masuk ke dalam rengkuhan hangat. Suara lembut yang melontarkan kata-kata penuh akan sirat khawatir berhasil membuat isakannya semakin menjadi-jadi.

"Tenanglah, sayang. Jangan menangis." bisikan-bisikan kalimat menenangkan terus menyeruak masuk memenuhi pendengarannya bersamaan dengan punggungnya yang terus diusap lembut.

"Kau pasti kedinginankan, sayang? Pakailah ini."

Koki bisa merasakan pergerakan dimana sosok yang masih dipeluknya erat mencoba melepas jaket tebal miliknya sebelum disampirkan pada tubuh mungilnya. Sesaknya semakin datang, semakin menyiksanya membuat air matanya terus mengalir tanpa mau berhenti.

WatanabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang