Part O7 | Watanabe

2.6K 343 46
                                    

©Haruwoo_o present

Watanabe
[Sequel of Criminal Prince]

.
.
.

Hai, ada yang nungguin book ini?

Warn ; 1200+ word.
Mention of blood, death dan kekerasan.

"Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi tanpa menerima balasan apapun dariku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi tanpa menerima balasan apapun dariku?"

Sudut bibir kirinya tertarik ke atas, membentuk seringai tipis pada wajah tampannya yang sebagiannya dipenuhi oleh luka dengan darah yang masih setia mengalir. Deru nafasnya juga masih sedikit tak beraturan, namun Hoshi tetap berdiri tegap di hadapan seseorang dengan balutan pakaian serba hitamnya. Memandang meremehkan tepat setelah kalimat sarkas tadi terucap dari belah bibirnya.

"Siapa yang menyuruhmu mengganggu ketenangan rumahku di tengah malam begini?"

Lagi, Hoshi membuka suaranya bertanya dengan nada yang lebih terdengar santai dari sebelumnya. Namun sudah sangat jelas kalau seseorang yang menjadi lawan bicaranya tak akan mau angkat bicara menjawab pertanyaannya tadi.

Kalau diibaratkan, mana ada pencuri yang mau mengaku dengan percuma, bukan? Maka selanjutnya seringai putra sulung Watanabe itu semakin terbentuk sempurna. Dengan kedua netra tajamnya yang segelap malam semakin kelam.

"Kalau begitu, mari bermain sebentar." ujarnya kelewat santai.

Tawa kecilnya mengalun lepas begitu netranya melihat orang yang berdiri di hadapannya kini mengacungkan senjata api tepat ke arah kepalanya. Bukannya merasa takut atau terancam, Hoshi malah mulai melangkahkan kedua tungkainya maju.

"Diam di tempat atau aku tidak akan segan menembakmu!" gertak sang lawan bicara dengan seruan.

"Menembakku?" Hoshi bertanya dengan tawanya yang kembali mengalun. Namun kali ini lebih lepas bahkan sedikit lebih keras dari sebelumnya. Tawa mengejek khas pemuda Watanabe itu.

"Aku tidak main-main, bocah!" gertaknya lagi dan Hoshi semakin tertawa geli dengan kakinya yang semakin melangkah maju bersamaan dengan langkah mundur yang menjadu lawan bicaranya.

"Kalau begitu, tembak saja aku." kalimat balasan tadi Hoshi lontarkan dengan langkahnya yang ikut ia hentikan. Kedua tangannya direntangkan, seolah menerima dan menyerah membiarkan sosok berpakaian serba hitam yang berdiri tak jauh di depannya melepaskan peluru ke arahnya.

DORR!!

Tubuh tegapnya jatuh tersungkur setelah satu timah panas bersarang tepat pada pundak kirinya sekaligus mendapat serangan tiba-tiba lainnya dari sang lawan yang kini berdiri congkak di atas tubuhnya.

WatanabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang