Part O12 | Watanabe

1.9K 206 53
                                    

©Haruwoo_o present

Watanabe
[Sequel of Criminal Prince]

.
.
.

How was your day?
Don't forget to leave vote & comment in this part, babe.

Membawa kedua tungkainya melangkah mendekat ke arah tempat tidur king size miliknya, pria dengan paras rupawan yang tak termakan oleh umurnya itu membawa tubuhnya ikut berbaring di samping seseorang yang telah masuk ke dalam alam kapuknya terlebih dulu.

Tidak ada yang dilakukannya selain ikut masuk ke dalam selimut tebal yang membalut seluruh tubuh terkasihnya. Kecuali membuat tubuhnya sedikit berbaring ke arah kanan dengan lengan kiri yang ditekuk sebagai tumpuan serta manik kelam yang menatap lamat pada wajah damai milik dia yang berhasil membawa warna lain pada dunianya.

"Wolfie." berujar nyaris tanpa suara, tangan kanannya yang terbebas mulai terulur guna memberikan usapan lembut pada surai legam Jeongwoonya yang masih setia memejamkan kedua matanya.

Kapan terakhir kali mereka berada di dekat satu sama lain seperti saat ini? Haruto bahkan nyaris tidak bisa mengingatnya. Mengasingkan keluarga kecilnya demi keamanan juga keselamatan orang-orang terkasihnya, Haruto tidak pernah menyangka kalau keputusannya akan membuahkan mimpi buruk.

Masih diingatnya dengan jelas bagaimana kedua manik cantik milik Jeongwoo yang menatap ke arahnya dengan tatapan putus asa juga penuh rasa sakitnya. Dan masih diingatnya dengan jelas bagaimana kondisi Jeongwoo-nya yang jauh dari kata baik-baik saja.

"Maaf." adalah kata yang terlontar secara spontan dari bilah bibirnya.

"Tidak, ini bukan salahmu."

Kedua mata yang tadinya terpejam perlahan mulai terbuka bersamaan dengan suara lirih yang ikut menyapa rungunya. Yang tentunya berhasil menarik seluruh atensi milik Haruto.

"Hi? Aku mengganggu tidurmu ya?" bertanya dengan nada yang terlewat lembut, Haruto sedikit membenarkan posisinya sebelum membawa Jeongwoo masuk ke dalam dekapannya dengan sangat hati-hati setelah satu gelengan pelan didapatnya sebagai balasan dari pertanyaan yang diajukannya tadi.

Jeongwoo sendiri tentunya tidak akan menolak. Semakin membenamkan wajahnya pada dada bidang suaminya yang tidak terbalut apapun, Jeongwoo balas merengkuh tubuh Haruto yang semakin mengeratkan pelukan pada tubuhnya.

"Wolfie, aku-" belum sempat kalimatnya disampaikan dengan benar, satu kecupan singkat sudah lebih dulu diberikan oleh yang lebih muda. Membuatnya terpaku pada manik cantik milik pujaan hatinya yang kini mendongak menatap lurus pada manik kelam miliknya.

"Aku baik-baik saja." berujar pelan, dapat dilihatnya dengan jelas bagaimana senyuman mulai terukir menghiasi wajah manis milik Jeongwoo-nya.

Dan untuk pertama kalinya perasaan yang tidak mampu dijelaskan olehnya sendiri mulai menyeruak memenuhi rongga dadanya. Membuat kedua matanya mulai memanas bersamaan dengan perasaan asing yang telah lama tak pernah hadir menyapanya terasa semakin mencekiknya. Membuat bulir bening mulai mengalir tanpa bisa dicegah olehnya sama sekali.

Haruto diam. Total membiarkan air matanya semakin luruh dengan manik kelamnya yang masih setia balas menatap pada kedua manik Jeongwoo-nya yang mulai membulat dengan sempurna.

"No, no...jangan menangis." menggeleng pelan, Jeongwoo segera mengulurkan tangan kanannya hendak menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua manik kelam suaminya.

Namun pada detik yang sama, Haruto sudah lebih dulu mengaitkan jemari keduanya. Mengukir senyum pada wajah rupawannya sebelum menarik tangan Jeongwoonya guna memberikan kecupan hangat pada punggung tangan suami manisnya.

"Terimakasih karena selalu menerimaku, Jeongwoo-ya. Maaf karena aku belum bisa memberi mu bahagia."

Kali ini Jeongwoo ikut menangis. Kepalanya menggeleng cepat sebagai respon yang menunjukkan kalau dirinya tidak pernah setuju dengan kalimat kedua yang Haruto lontarkanya untuknya tadi.

"Apanya yang belum bisa? Menjadi bagian dari dirimu saja aku sudah merasa sangat amat bahagia." dengan nada meyakinkan, Jeongwoo berujar tanpa memutus kontak mata keduanya.

"Haru-" menjeda kalimatnya guna mengukir senyum terbaiknya, Jeongwoo melepas pelan kaitan jemari keduanya kemudian menangkup pipi kiri suaminya.

"Aku tidak pernah menyesal bertemu denganmu. Aku juga tidak pernah menyesal menyematkan margamu di depan namaku. Aku bahagia selama itu bersamamu."

Tidak lagi mampu menahan semua rasa yang hadir, Haruto segera merengsek masuk memeluk erat tubuh suami manisnya. Sedikit menurunkan dirinya guna menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Jeongwoo-nya.

Dan untuk pertama kalinya, tangis Haruto kembali pecah. Untuk kali ini saja biarkan dirinya menunjukkan sisi lemahnya. Karena Jeongwoo memang menjadi satu alasan baru yang kuat baginya untuk tetap menjadi salah satu penghuni dunia yang telah kejam padanya semenjak masa kanak-kanaknya.

Watanabe Jeongwoo, atau yang sebelumnya Haruto kenal dengan nama Park Jeongwoo, hanyalah pemuda manis biasa yang mampu menarik seluruh atensinya. Semakin Haruto mengenalnya, semakin jatuh pula Haruto padanya.

Mulai dari mata, hidung, mulut, Haruto menyukai semuanya. Haruto menyukai semua yang ada pada Jeongwoo-nya. Haruto benar-benar menitipkan seluruh hatinya pada Jeongwoo. Membiarkan pujaan hatinya menjadi poros utama bagi hidupnya.

Dan untuk semua itu, Haruto akan selalu mengucapkan terimakasih pada semesta yang telah lama menjadi musuhnya karena telah mempertemukannya dengan Jeongwoo waktu itu.

Di lain sisi, Jeongwoo juga bersungguh-sungguh akan semua kalimatnya tadi. Bertemu dengan Haruto-nya adalah hal yang tidak akan pernah ia sesali.

Karena dia, Watanabe Haruto-nya, mampu memberinya banyak hal yang belum pernah Jeongwoo rasakan sebelumnya. Meski tittle buruk akan selalu melekat jika seseorang mengingat namanya, bagi Jeongwoo semuanya akan selalu berbanding terbalik jika diambil dari sudut pandangnya.

Haruto-nya memang tidak sempurna, Haruto-nya juga bukan titisan dewa atau semacamnya. Namun Haruto akan selalu menempatkannya pada posisi tahta tertinggi meski nyawa menjadi taruhannya. Dan itu bukan hanya omong kosong belaka.

Sama halnya seperti Haruto yang menjadikan Jeongwoo sebagai poros utama hidupnya, maka bagi Jeongwoo sendiri, Haruto juga berarti segalanya.

Keduanya menemukan hal yang selama ini tidak pernah dirasakan pada diri satu sama lain, membuat rasa yang ada semakin tumbuh di setiap harinya dengan subur tanpa merasa kurang sedikitpun meski jalan yang ditempuh tidak terbilang mudah.

"Aku mencintaimu, Watanabe Jeongwoo. Aku mencintaimu."

Mengulas senyum tipisnya, Jeongwoo balas merengkuh erat tubuh suaminya yang jauh lebih besar dari tubuhnya lalu membubuhkan satu kecupan singkat pada puncak kepala Haruto yang masih setia menenggelamkan wajah pada ceruk lehernya. Enggan balas mengucapkan kata cinta yang sama.

"Aku akan membiarkan seseorang mengambil alih posisiku sebagai pemimpin disini. Mari memulai semuanya dengan benar, Jeongwoo-ya."

===== End =====

WatanabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang