Setelah kejadian malam sebelumnya terlebih lagi dengan apa yang kami lihat di toilet membuat nafsu makan ku makin memburuk, selain beberapa potong roti dan seteguk air tidak ada lagi yang memasuki perutku sejak semalam.
Kami duduk lemas dengan punggung bersandar pada dinding dan tubuh bagian depan menghadap ke jendela besar menyajikan pemandangan langit kelabu dengan rerumputan yang terlihat lebih panjang dari hari-hari sebelumnya, lantai koridor yang terasa dingin serta udara yang beraroma besi seakan tidak membuat kami terganggu dan tetap fokus pada pikiran masing-masing.
"Phi Sing..."
Suara San yang tiba-tiba membuat ku dan Krist terlonjak kaget, haruskan anak itu memanggilku dengan nada yang sangat mendayu?
Aku menatapnya tajam lalu berkata, "Ada apa? Sesekali panggilah Krist jangan terus memanggilku."
San menundukan wajahnya menatap ujung jarinya, kaki nya yang terlipat menempel di dada terlihat banyak memar dan luka goresan. Aku memandangnya sekilas lalu menunggu anak itu melanjutkan ucapannya tapi ia tidak berkata apapun bahkan setelah beberapa waktu berlalu.
Akupun meliriknya lalu bertanya, "Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Maaf ku kira kau tidak suka jika aku memanggil Phi Kit."
Aku memutar bola mataku jengah, "Dengar yah selama kau memanggilnya bukan dengan niat yang tidak ku suka maka tidak masalah, ahh... lupakan saja. Bicaralah."
Dengan sura serak dan lemah ia berkata, "Sejujurnya aku sudah tidak tahan, aku bersyukur bisa bertahan sampai malam ini berkat kalian tapi sungguh aku sudah tidak tahan. Tidak adakah cara agar permaianan ini selesai lebih cepat? Aku sangat ingin pulang."
Cara? Tentu saja ada.
Aku menatap San yang masih sibuk bermain dengan ujung jarinya, ia sama sekali tidak menoleh pada ku. Aku mengehela napas lelah.
"Ada cara dan kau mengetahui itu."
"Apa itu?" San mengangkat wajahnya untuk menatap wajahku.
"Memulangkan mereka tentu saja, apa lagi?"
"Yah, kau benar."
Tidak ada pembicaraan apapun lagi setelahnya, pandanganan kami sama-sama fokus Pada gulungan awan yang semakin lama semakin menumpuk. Apa mungkin nanti malam akan turun hujan?
Cahaya samar-samar masuk kedalam koridor, angin dingin berhembus pelan menggelitik kulit ku membuatku sedikit bergidik.
Hening.
Terlalu hening.
Hanya suara napas bersautan dan detak jantung miliku sendiri yang dapat ku dengar, sejak kapan jadi sehening ini? Aku tidak sendiri tapi keheningan ini menciptakan ilusi bahwa aku sendirian.
Menakutkan.
Aku melirik kearah samping kanan dan kiri ku secara bergantian, kedua orang itu masih ada disana tapi kenapa kosong sekali rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLING HUNTER [PERAYA]
Mystery / ThrillerMari mainkan sebuah permainan dimana seseorang akan membunuh dan yang lainnya memburu, peraturannya sederhana jika kau mati maka kau kalah dan jika kau kalah maka kau mati. Hanya satu yang akan menjadi pemenang antara si pemburu atau si pembunuh, ma...