End Game 1/2

54 11 1
                                    

"Kabar baik, tanda vital pasien stabil."

Siapa?

"Pergerakan! Ada pergerakan."

Pergerakan apa?

"Tuan Singto? Apa anda dapat mendengar saya?"

Aku? Kenapa?

Gelap sekali, aku tidak bisa merasakan tubuhku. Sebenarnya ada apa?

Oh... Benar, aku baru saja jatuh. Apa ini alam kematian? Dimana Krist?

Dingin, terlalu dingin.

Krist...

Dimana?

Setelah sekian lama akhirnya aku dapat merasakan kembali keberadaan tubuhku, jari tangan, jari kaki, dan... tidak ada lagi, sisanya masih terasa kebas.

Dengan susah payah aku mencoba untuk membuka mataku namun cahaya yang masuk ke dalam penglihatanku terlalu menyilaukan membuat ku mengerutkan alis untuk menahan sengatannya.

"Panggil dokter, pasien sadar."

"Cepat Hubungi keluarga pasien!"

Ada apa? Berisik sekali.

Sesaat setelah aku dapat mengatasi intensitas cahaya yang masuk ke dalam penglihatanku akhirnya aku dapat melihat dimana aku berada.

Ini di rumah sakit, seketika kebahagiaan menyeruak ke dalam hati ku.

Aku bebas, aku berhasil keluar.

Namun bagaimana dengan Krist?

Sesaat setelah kesadaran ku kembali tiba-tiba saja kepalaku berdenyut nyeri, sakit sekali. Dapat ku rasakan seseorang datang menghampiriku, dengan perlahan mulai memeriksa tubuh ku.

"Tuan Singto, bagaimana perasaan mu?"

Aku memincigkan mata untuk memfokuskan penglihatan ku yang masih sedikit buram, dan dapat ku lihat bahwa seseorang yang baru saja berbicara pada ku adalah seorang suster di rumah sakit ini.

Ia masih berusaha untuk berkomunikasi denganku namun meski mengerahkan segala upaya hanya bisikan parau yang dapat ku ucapkan setelahnya ia pun tidak memaksaku untuk menjawab lagi.

"SINGTO! Syukurlah kau sadar, aku hampir mati saat tahu bahwa kemungkinan mu selamat sangat rendah."

TAY?

Orang itu adalah Tay?

Keterkejutan yang kualami secara tiba-tiba membuat denyut pada kepala ku semakin terasa sakit, namun aku enggan untuk memejamkan mata takut bahwa apa yang ku lihat adalah halusinasi belaka lalu Tay akan menghilang dari pandanganku.

Tay terus menerus memanggil namaku, kepanikan dan rasa syukur terdengar dari nada bicaranya. Saat ini aku sangat bingung, sebenarnya apa yang terjadi.

Tidak lama dokter pun datang dan memeriksa keadaan ku, ia pun memberiku waktu istirahat untuk menstabilkan kondisi fisik ku.

Saat ini Tay sedang duduk di samping tempat tidur, mengupas apel dengan senyuman di wajahnya. Ia terus bertanya tentang bagaimana perasaan ku atau apakah ada yang sakit secara terus menerus dan jika topik pembicaraan kami selesai maka ia akan melanjutkan pembicaraan dengan topik lain.

"Jika ada yang sakit jangan lupa untuk segera memberi tahu ku."

"Tay, kau sudah mengatakannya berulang kali."

"Hanya berjaga-jaga, sekarang makan apel mu." Tay menyodorkan sepiring penuh potongan apel yang sudah dibersihkan dari kulitnya kepadaku.

Tanpa ragu aku menerimanya.

KILLING HUNTER [PERAYA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang