06:06

35 11 1
                                    

"Krist?"

"..."

Tidak mendengar sautan apapun aku pun menolehkan kepala  kearah Krist, wajah nya yang seputih giok terlihat lebih pucat dari biasanya tatapan matanya juga terlihat sangat kosong. Semenjak kejadian mengerikan yang menimpa San berakhir dengan kehilangan nyawanya membuat aku dan Krist berada di kondisi yang tidak mengenakan, Krist terus saja bergumamam memohon maaf dengan pandangan kosong selama beberapa saat sebelum akhirnya terdiam membeku seperti saat ini.

Kematian yang ia saksikan sebelumnya terlalu mengejutkan baginya.

"Krist kita harus pergi."

"Kemana kita akan pergi?" suara Krist lemah, bahkan terdengar butuh perjuangan lebih untuk mengatakan beberapa patah kata tersebut.

"Kemanapun, jangan disini."

"Tapi San masih di dalam, kau akan meninggalkan nya?"

"Hanya untuk saat ini, setelah permainan selesai kita akan kembali untuk menjemputnya."

Krist mengangguk lemah.

Kami pun kembali ke dalam ruangan yang terdapat tubuh San di dalamnya, memberi alas di lantai menggunakan hoddie milikku lalu membaringkan tubuhnya setelah itu menutupnya dengan jaket milik Krist memastikan agar setidaknya tubuh itu tidak membeku ditengah udara dingin yang mencekam ini.

Aku dan Krist berjalan beriringan di lorong pengap dengan bau amis bercampur besi yang berbau sangat kuat, jalan di depan maupun belakang kami tidak terlihat karena ditelan oleh pekatnya kegelapan. Langkah kami santai namun bukan tanpa kewaspadaan.

Setelah kematian San kami tidak diganggu oleh makhluk apapun setelahnya sehingga kami hanya menghabiskan waktu untuk menenangkan diri sampai tidak terasa bell tanda permaianan berakhir pun berbunyi. 

Ini adalah hari ke-6 dan malam nanti adalah malam ke-6 tersisa empat malam lagi sampai malam ke-10 namun semua kertas pemulangan yang kami miliki sudah habis, jadi pilihan satu-satunya adalah dengan mengambil milik orang lain.

Tidak perlu yang hidup karena bahka jika itu mati selama ia memiliki kertas pemulangan maka kami akan mengambilnya.

Aku dan Krist memutuskan untuk berkeliling ke seluruh bangunan villa mulai dari lantai satu sampai lantai empat dan loteng, memeriksa seluruh ruangan dan memungut beberapa kertas pemulangan dari berbagai tubuh yang sudah berceceran.

Sepanjang jalan kami tidak berharap terlalu banyak agar dapat bertemu dengan orang hidup yang tersisa meskipun begitu kami sempat berpikir bahwa mungkin saja sekali lagi kami dapat menyelamatkan paling tidak satu nyawa lagi agar tidak mati di tempat ini namun kenyataannya sejauh pencarian kami berlangsung belum ada tanda-tanda kehidupan lain selain kami berdua.

Semua barang jarahan kami mulai dari kertas pemulangan, senjata tajam, dan kertas darah yang digunakan untuk mencatat sebanyak apa korban yang sudah dimangsa berasal dari tubuh-tubuh tidak bernyawa.

Kondisi mereka bervariasi dari yang paling wajar seperti luka tikaman sedangkan yang paling membuat mual seperti isi perut yang terbuai atau kepala yang putus, sepanjang koridor lantai dua berwarna merah pekat oleh cairan lengket berbau amis sedangkan lantai satu tempat dimana aula berada sudah menguarkan bau busuk yang dapat mengaduk isi perut siapa saja.

Di lantai tiga penuh dengan bola-bola mata yang berserakan dan kepala yang pecah dimana-mana, aku tidak mengerti kenapa mereka bisa berakhir seperti itu, ada juga lantai empat yang sebenarnya tidak terlalu kotor namun ada seseorang yang tergantung di salah satu ruangan dengan lidah menjulur dan mata melotot kearah koridor yang gelap gulita, tubuhnya penuh luka sayatan bahkan terlihat bahwa beberapa dagingnya menghilang membuatku teringat pada praktik penghukuman 'lingchi'[1] yang sering disebutkan pada danmei.[2]

KILLING HUNTER [PERAYA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang