07:07

48 12 3
                                    

*WARNING!!! CHAP KALI INI MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN YANG MUNGKIN MENGGANGGU BAGI SEBAGIAN ORANG!!! (yah walaupun dari chap sebelumnya udah ada adegan kayak gini tapi untuk chap ini khusus aku kasih 'peringatan')

Perlahan kesadaranku kembali.

Samar-samar aku bisa mendengar suara seseorang berteriak, tapi siapa?

Dengan menarik semua kesadaran yang mampu ku raih akhirnya aku dapat membuka mataku perlahan-lahan walau baru terbentuk celah kecil namun cahaya redup yang menerobos masuk kedalam ruangan ini cukup membuat kepalaku berdenyut.

Apa yang sedang terjadi?

Begitu aku mampu membuka kedua mataku hal pertama yang ku lihat adalah Krist sedang diikat pada sebuah kursi, ia menangis dan meraung ke arah ku.

"SINGTO... SINGTO!"

Aku berusaha membuka mulut ku untuk berbicara tapi sulit sekali, tenggorokanku seperti tercekat oleh sesuatu. Rasanya sakit sekali.

"SINGTO.. PHI SING! HEY BANGUNLAH" Krist berteriak, terdengar keputus asaan dari suaranya, "PHI!"

Krist masih menangis dan meraung, ia meronta-ronta sekuat tenaga seakan ingin berlari kearahku namun karena ikatan yang kuat pada kursi ia pun tidak berdaya.

"Krist." Dengan susah payah aku mengucapkan namanya, suaraku parau dan sangat lemah aku bahkan tidak yakin bahwa suara ku ini sampai padanya namun setelah melihat wajah Krist menunjukan sedikit senyuman dan kelegaan terlihat di binar matanya maka aku yakin suara ku sampai padanya.

Kepalaku masih linglung dan pandanganku masih buram, aku melihat ke sekeliling ternyata kami masih berada di ruangan yang sama seperti sebelumnya hanya saja kali ini posisi kami kurang menguntungkan. Aku dan Krist sama-sama terikat pada sebuah kursi, duduk saling berhadapan.

aku merasakan darah mengalir dari pelipisku membuat sebelah mataku tidak bisa melihat dengan jelas akibat cairan itu. Aku kembali melihat ke arah Krist, syukurlah dia baik-baik saja.

Aku tersenyum kearahnya namun melalui pantulan kaca buram yang tertutup debu tebal samar-samar aku bisa melihat dua siluet berdiri di belakangku sontak aku pun memutar kepala untuk melihat ke belakang.

Disana Earth dan New berdiri berdampingan, menyeringai kearah kami.

"Hola~ bagaimana perasaanmu?" Earth berkata dengan nada lembut namun terkesan sangat menjijikan bagiku.

"Ku harap itu tidak terlalu menyakitkan, jangan pingsan lagi atau kami akan kerepotan." Kali ini New yang berbicara.

Aku menggertakan gigi-gigi ku merasa geram, apa-apaan bajingan ini. Sekumpulan sampah sialan mencoba membunuh ku dan Krist?

"Apa yang kalian coba lakukan?" Aku menjaga nada bicaraku setenang mungkin berharap tidak menyulut api dalam lautan minyak.

"Tidak ada, hanya berbagi mangsa." Earth maju beberapa langkah mendekat kearahku lalu membelai wajahku membuat seluruh tubuhku diliputi rasa jijik yang memualkan.

"Apa yang kau lakukan sialan!" Krist berkata dengan nada geram.

Aku melirik kearah Krist agar dia tenang dan tidak mencoba mengipasi api, ini demi keselamatan kita berdua.

Aku menatap lembut kearah Krist berharap agar pria itu dapat membaca pikiran ku melalui tatapan mata yang ku tujukan padanya namun telapak tangan Earth menutupi kedua mataku, dapat ku rasakan wajahnya mendekat lalu ia menjilat daun telingaku.

Aku pun memberontak namun jari-jari bajingan itu dengan kurang ajar masuk ke sela-sela kemeja tipis yang ku gunakan, membuat ku tanpa henti meneriakan sumpah serapah dalam hati.

KILLING HUNTER [PERAYA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang