2017
Sebelum salah paham terjadiArdan mengendarai mobilnya. Di sana ada Ririn yang merapikan buku-buku designnya. Di belakang ada Karin juga Kenzo. Wajah Kenzo terlihat kelelahan namun anak bungsunya itu senang.
"Mama ... papa ..."
"Ya dek?"
"Ini nggak ada yang mau ngajak adek makan-makan gitu?"
Ardan menarik sudut bibirnya. Ririn juga menangkap sinyal jahil yang diberikan Ardan.
"Iya dek. Makan-makan. Nanti mama masakin omelette aja ya. Mama capek."
"Yah..."
"Kenapa dek?" Tanya Ardan.
"Nggak pa."
"Ngambek?" Karin bersuara.
"Nggak. Nggak ngambek. Ngapain ngambek? Kayak anak kecil aja."
"Ya kamu kan emang masih kecil, dek. Badan doang yang nyalip kakak," cerocos Karin yang membuat Kenzo makin badmood.
"Nyebelin. Nggak ada yang ngasih hadiah. Cuma makan-makan juga enggak. Padahal adek udah menang. Tim futsal adek menang turnamen ini," gerutu Kenzo yang tentu di dengar oleh orang-orang satu mobil.
"Kamunya aja nggak jebolin gawang," komentar Karin.
"Kan adek ngontrol tengah kak. Bukan penyerang. Kakak tau apa sih soal taktik dan posisi," balas Kenzo. Bungsu keluarga Setiawan itu sepertinya mulai terpancing.
"Jangan berantem dong...," tegur Ririn yang menoleh ke belakang.
"Nggak. Adek males berantem," Kenzo membuang pandangan.
Ririn mengelus lengan suaminya yang segera mendapat anggukan. Ardan segera membelokkan mobil ke arah tempat parkir sebuah restoran elit.
"Dah sampe. Ayo turun," ucap Ardan.
Karin melirik Kenzo. "Ciyeee ngambek."
"Apa sih kak."
Ardan dan Ririn tertawa. Ardan bergegas turun lalu berjalan ke pintu belakang. Membukakan pintu untuk Kenzo. Tapi putera Ardan itu nampaknya sudah terlanjur berada dalam suasana hati yang buruk.
"Ayo dek. Papa udah reservasi dari kemarin loh. Makanya mama tadi nggak masak."
Kenzo masih diam. I memainkan tali di hoodie yang ia pakai. Ardan menggeleng pelan melihat puteranya merajuk. Ia lalu melepas sabuk pengaman dan mengangkat tubuh Kenzo yang tentu saja diluar perkiraan.
"Papa!"
Karin dan Ririn tertawa melihat keduanya.
"Kamu nggak mau turun sih."
"Iya iya papa. Turunin."
Ardan menurunkan tubuh Kenzo lalu menutup pintu.
"Suka banget iseng ke anak sendiri," keluh Kenzo.
"Ya kalo ngisengin anak tetangga nanti papa dihajar bapaknya lah dek."
"Iya-iya terserah papa."
Ardan merangkul puteranya. "Papa sedih. Anak-anak papa cepet banget tumbuhnya. Gendong adek udah nggak kuat rasanya. Punggung ayah mulai lemah ini."
"Ya kan papa udah tua," sahut Kenzo.
"Apa?!"
"Papa udah berumur."
"Dek!"
"Wleeee.... satu sama pa! Haha...!"
"Awas kamu ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER HOME [JINRENE]✅
FanfictionPerjalanan mahligai rumah tangga tidak mudah. Membingkai rumah tangga yang bahagia membutuhkan banyak usaha. Keringat, emosi, kedewasaan, kepercayaan, semua itu dibutuhkan. Lantas, bagaimanakah jika semua sudah tak berimbang? Emosi diagungkan. Rasa...