Ardi memarkirkan mobil berniat menjemput Chevano. Di belakang ada putrinya yang tertidur karena pelajaran tambahan menguras energinya hingga sore.
"Sudah sampai yah?" Tanta Alin.
"Sampai sekolahan mas Anno. Tidur dulu dek kalo masih ngantuk. Ayah mau keluar sebentar. Takutnya mas mu nggak tau kalau ayah sudah sampai."
Mata Ardi mengernyit heran melihat beberapa anak yang ia kenak sedang bergerombol di halte. Ia segera berkalan menghampiri gerombolan itu karena yakin ada sesuatu yang tidak beres.
"Mas Anno?"
Chevano menoleh. "Ayah?"
"Loh? Kenzo? Kamu kenapa?"
"Kenzo dibully anak futsal yah," ucap Anno.
"Astaghfirullah...," Ardi mendekati Kenzo. Memeriksa keadaan keponakannya. "Kenzo, ke rumah sakit ya?"
Kenzo menggelengkan kepala sementara Karina menangis. Ia tak tega melihat adiknya seperti itu.
"Om ini gimana ..."
"Tenang ya mbak. Ini Kenzo nggak mau ke rumah sakit. Udah telpon papa?"
Karin menggelengkan kepala.
"Oh iya lupa ngabarin om Ardan," Giselle menepuk dahinya sendiri.
"Papa mau jemput?" Tanya Ardi lagi.
Karin mengangguk.
"Gini aja. Kalian ikut Om, terus mas Anno, hubungi Papa Ardan ya. Bilang mas Kenzo dan mbak Karin diantar ayah. Jangan bilang dulu kalo mas Kenzo habis dipukuli gini. Nanti papa Ardan malah khawatir."
Anno mengangguk.
"Lainnya pulangnya gimana?" Tanya Ardi.
"Giselle bawa motor om. Si kembar juga," jawab Giselle.
"Ya sudah. Om tinggal dulu ya. Titip juga. Kabari mamanya," ucap Ardi.
"Siap om."
*
Ardan berlarian menuju kamar Kenzo begitu mendengar cerita dari Ardi yang menunggunya di teras. Hati Ardan sakit mendengar bagaimana Kenzo dijauhi karena dirinya dan Ririn.
Baru mau masuk, pintu kamar terbuka. Karin dengan mata sembabnya keluar.
"Kak, adek gimana?"
"Lagi di dalam sama Anno dan Alin pa."
"Papa mau lihat."
"Pa," Karin menggenggam tangan Ardan. "Kakak mau bicara sama papa."
"Apa kak? Tapi papa mau ketemu Kenzo dulu."
"Please..."
Ardan mengangguk. Ia membiarkan tangannya ditarik Karin. Entah akan dibawa kemana ia.
Karin menoleh sesaat sebelum membuka pintu di hadapannya. Kamar pribadi Ardan dan Ririn.
"Kak ..."
Karin masuk ke dalam kamar itu. Ia meneliti setiap sudut kamar. Masih sama seperti terakhir kali mamanya tinggal bersama mereka.
"Papa nggak merubah apapun di kamar ini," ucap Karin.
Karina selama ini tidak pernah lancang memasuki kamar orang tuanya. Jika tak ada papa ataupun mama, Karin tidak berani masuk. Dulu ia sering masuk sekedar mencari mama atau papa untuk menampung curhatannya. Namun sejak kejadian itu, papanya lebih memilih tidur di ruang kerja. Masuk kamar jika membersihkan kamar atau mengambil baju. Selebihnya di ruang kerja. Begitupun dengan sang mama. Jika menginap memilih tidur di kamar Karin atau Kenzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER HOME [JINRENE]✅
FanfictionPerjalanan mahligai rumah tangga tidak mudah. Membingkai rumah tangga yang bahagia membutuhkan banyak usaha. Keringat, emosi, kedewasaan, kepercayaan, semua itu dibutuhkan. Lantas, bagaimanakah jika semua sudah tak berimbang? Emosi diagungkan. Rasa...