💔 3

223 53 5
                                    

Karin masih menangis di pelukan Yurina. Akhirnya Karin menangis yang benar-benar menangis. Baju sisi kanan Yurima sampai basah. Tapi Yurina tak memikirkan hal itu. Yang ia pikirkan adalah kondisi Karin. Berharap keponakan cantiknya bisa segera meluapkan segera bebannya dan sediki demi sedikit menerima kenyataan.

"Apa papa dan mama bisa rujuk, tante?"

"Berdoa saja sama pemilik hati ini ya sayang. Dia yang membolak-balikkan hati manusia. Jika memang mereka ditakdirkan berjodoh, mereka akan kembali."

"Sakit ... tante ..."

"Iya. Tante ngerti. Kamu butuh apa biar tante ambilkan."

Karin menggelengkan kepala.

"Tante jangan sampai pisah sama om ya. Kasihan Alin sama Anno."

Meski terkesan sederhana dan mungkin konyol, tapi perkataan Karin begitu dalam bagi seorang Yura. Permintaan dari anak korban broken home. Yurina mengangguk.

"Tante dan om akan berusaha yang terbaik."

"Sekarang Karin mau tidur tante."

"Bentar lagi maghrib loh sayang."

"Karin libur, tante."

"Ya sudah. Istirahat ya. Tapi kalo bisa jangan tidur dulu. Mau maghrib."

Karin mengangguk.

"Tante tinggal dulu ya. Mau siapin makan malam."

*

Windy membuka pintu kamar adik iparnya. Ia melihat Ririn di atas tempat tidur membelakangi pintu kamar.

"Makan Rin," ucap Windy.

"Nanti aja mbak. Mbak, mas Gani sama anak-anak dulu aja."

"Nggak ada," Windy membuka paksa selimut Ririn. Menarik wanita itu agar duduk. "Ayo makan. Mas Gani nggak nerima penolakan. Ibu juga sudah nunggu."

Ririn akhirnya pasrah.

"Mbak nggak nyalahin kamu. Tapi yang perlu kamu sadari, penyesalan itu datang di akhir. Sekarang mulai terasa dan nanti akan semakin terasa."

"Mbak doain aku nyesel sama keputusan aku?"

Windy tersenyum tipis. "Nggak. Sama sekali enggak. Itu rumah tangga kalian. Itu hak kalian. Mbak selalu doain yang terbaik. Untukmu, Ardan, Karin dan Kenzo."

"Lalu kenapa mbak bilang kayak gitu hah?!"

"Mbak hanya menyayangkan keputusanmu menggugat cerai dan meninggalkan rumah di depan anak-anakmu," Windy menoleh pada Ririn. Ia menepuk dada Ririn pelan. "Di sini. Luka mereka nggak terlihat."

"Ririn," panggil Gani yang sudah berdiri di ambang pintu. "Makan."

"Mas..."

"Makan," Tegas Gani.

"Ayo makan. Ibu sudah nunggu," ucap Windy lalu pergi mendahului Ririn.

*

Ardan berada di meja makan bersama dengan Ardi, Kenzo, Anno dan Alin. Yuri sudah menyiapkan makanan untuk makan malam.

"Karin?" Tanya Ardi.

"Ah iya. Tadi dia bilang mau istirahat. Udah aku bilangi Maghrib jangan tidur. Mungkin sekarang ketiduran."

"Biar aku panggil," ucap Ardan.

"Nggak usah mas. Aku panggil aja. Mas di sini sama Ardi dan anak-anak."

Yurina melepas apron yang ia pakai lalu menaiki anak tangga menuju kamar Karin.

FOREVER HOME [JINRENE]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang