"Makasih ya Om," ucap Adya setelah selesai menyantap makanannya dan bersendawa kecil. Fauzan yang melihat itu hanya berdehem pelan, "langsung balik kan, lo?"
"Iya Om, Om beneran ngga mau pesen makanan juga disini? Emang Om ngga laper?"
Dahi Fauzan mengernyit, "ngapain lo mikirin soal perut gue? Udah mending sekarang lo masuk mobil. Gue anterin lo balik."
"Eh, ngga usah deh Om. Aku pulang sendiri aja naik angkot. Om pulang aja ngga papa."
"Udah cepet naik aja, ngga usah bawel. Ngga tau terimakasih banget lo pake nolak segala."
Adya hanya memanyunkan bibirnya untuk beberapa saat, "Om galak," gerutunya saat Fauzan lebih dulu masuk kemobil setelah membayar makanan yang ia pesan.
"Om tadi nasi gorengnya dua puluh ribu kan ya? Nih aku bayar pake uang dari Om tadi. Ada kembaliannya ngga? Delapan puluh ribu."
Baru saja hendak menstater mobilnya, Fauzan dibuat kesal oleh perempuan yang kini duduk di sampingnya, "ngga perlu bayar, itu duit buat lo aja."
"Tapi Om--"
"Masih ngomong juga, gue cemplungin lo ke got depan, mau?"
Adya sontak menggeleng cepat sambil mengatupkan rahangnya. Dan ekspresi perempuan itu membuat Fauzan seketika terkekeh dalam hati.
Lucu juga dia.
"Gang rumah lo yang depan?" tanya Fauzan untuk memastikan arahan dari Adya.
"Iy---eh Om, stop!"
Dengan refleks Fauzan menginjak pedal remnya "ck, apasih?!"
Adya meringis kecil, "em, itu Om. Aku kayaknya ngga akan pulang."
"Hah? Gimana?" Fauzan mengorek telinganya, memastikan pendengarannya sendiri, "ngga akan pulang? Kenapa? Rumah lo digusur?"
"B-bukan Om," Adya berusaha mencari alasan saat kedua matanya menatap sebuah mobil yang sudah ia pastikan kalau pemilik mobil tersebut adalah teman kencan ibunya, Risma.
"Ya terus apaan? Bisa ngga sih lo kalo ngomong jangan bikin gue pusing?!"
"I-iya Om, maaf. Em anu ... a-aku lupa kalo kunci rumah aku kebawa sama Ibu. Jadi kalaupun aku pulang kerumah, aku ngga bisa masuk, Om."
"Emang Ibu lo kemana? Kan lo bisa nungguin dia sampe pulang."
"J-justru itu Om, Ibu ngga akan pulang malam ini, kayaknya besok."
Fauzan semakin dibuat bingung dengan alasan Adya, "terus lo mau kemana?"
"Ngga tau, Om." jawabnya dengan nada pelan sambil menyengir kikuk, "Om punya kos-kosan ngga? Kalo punya boleh ngga aku numpang seh--"
"Gue bukan juragan kos-kosan." potong Fauzan dengan cepat, "yaudah lo mending nginep dihotel aja. Cuma semalem ini kan?"
"Ngga mau Om, aku ngga mau nginep dihotel."
"Kenapa lagi siiih?!" tanya Fauzan dengan nada frustrasi, "kalo gue psikopat udah gue lindes lo daritadi!"
"Ya sayang Om uangnya, kan nginep dihotel itu mahal, Om."
"Ya daripada lo nginep di bengkel gue." jawab Fauzan dengan spontan yang langsung membuat Adya melebarkan matanya, "boleh emang Om kalo aku nginep di bengkel Om?"
"Y-ya ngga boleh lah!"
"Yah, kenapa emangnya?"
Fauzan mendesah lelah, "disana cuma ada satu kamar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akan Berharga [On Going]
Любовные романы[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Fauzan Rajendra, pria yang sudah matang dalam segi umur, namun masih enggan mengikat wanita manapun untuk dijadikan pendamping hidupnya. Kelima sahabat karibnya sudah berkeluarga, bahkan sudah memiliki buntut...