Adya menyeka keringat saat rutinitas paginya baru ia selesaikan. Matanya melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul enam pagi, dimana ia sebentar lagi harus bersiap untuk berangkat sekolah.
Rasa lelah yang sama memang setiap harinya ia rasakan, bagaimana tidak, dirinya harus bangun saat pukul setengah empat pagi. Ia harus membersihkan rumah agar ibunya tak mengomel. Seperti menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju, dan membersihkan sampah yang berserakan diruang tengah bekas ulah ibu dan koleksi pacarnya.
"Masakin sarapan!" Adya terlonjak kaget saat mendengar suara ibunya yang cukup keras. Ia segera bangkit dari duduknya, "Ibu mau aku masakin apa?"
Risma mendelik malas, "sop jando."
Kedua mata Adya membulat sempurna, "tapi Bu, didapur ngga ada daging, kan Ibu tau sendiri--"
"Beli lah kepasar, bodoh!" sentak Risma sambil melempar uang selembaran lima puluh ribu.
"Kalo harus kepasar nanti aku pasti terlambat ke sekolahnya Bu."
"Ngga usah banyak protes, atau kamu mau hidup jadi gelandangan dengan keluar dari rumah ini?"
"Ngga mau Bu," jawab Adya dengan nada lirih, "jangan usir aku."
Ratna menyeringai kecil, "baguslah, setidaknya kamu sudah bisa memberiku uang, kapan kamu jual diri lagi? Nanti malam? Atau besok?"
Deg.
"Kenapa diam? Ngga ada lagi yang mau sama kamu? Cih, apa jangan-jangan kamu tidak pandai memuaskan lelaki?"
Hati Adya bagai terkoyak, saat mendengar hinaan tajam Risma yang merendahkan harga dirinya. Namun lagi-lagi, ia tak punya kekuatan untuk melawan ucapan Ibunya. Sejahat apapun Risma, Adya selalu berusaha untuk tak melawan ucapannya.
"Kenapa masih bengong?! Cepet kepasar!"
"Bu, sementara beli soto dulu aja ya di warung depan, nanti pulang sekolah langsung aku masakin sopnya."
"Kepasar, atau--"
"Iya iya, sekarang aku kepasar. Ibu tunggu dirumah sebentar."
Adya langsung mengambil asal cardigan rajutnya, dan berlari cepat keluar rumah. Untung saja ia sudah mandi sejak tadi, jadi ia tak perlu bersiap-siap lagi.
Adya berlari kearah pangkalan ojek, dan naik ke salah satu motor tukang ojek yang ia pilih, "Pak, ke pasar terdekat ya."
"Siap Neng!"
Setelah menempuh waktu selama lima belas menit, waktu yang bisa dibilang cepat, karena si tukang ojek tadi yang pandai menyalip kendaraan didepannya.
Adya berjalan memasuki pasar tradisional, membeli beberapa bahan untuk membuat sop jando, kemauan Ibunya. Setelah selesai berbelanja, Adya berlari untuk kembali mencari tukang ojek agar cepat sampai kerumahnya karena ia yakin kalau waktunya untuk pergi ke sekolah semakin mepet.
Saat sampai didepan rumah, Adya mengetuk pintu berulangkali karena pintu tersebut sepertinya dikunci, "Ibu..." panggilnya pada Risma yang mungkin ada didalam.
"Ibu kamu keluar tadi Neng," ucap tetangga yang berada tepat bersebelahan dengan rumahnya.
"Kemana ya Bu?"
"Kurang tau saya, Neng."
"Ibu, boleh tau sekarang jam berapa ya?"
"Jam setengah tujuh Neng." setelah mengucapkan terimakasih, Adya duduk di kursi dekat pintu sambil mendesahkan napas lelah dan juga sedihnya, "makin ngga sempet buat pergi sekolah kalo kayak gini jadinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akan Berharga [On Going]
Romance[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Fauzan Rajendra, pria yang sudah matang dalam segi umur, namun masih enggan mengikat wanita manapun untuk dijadikan pendamping hidupnya. Kelima sahabat karibnya sudah berkeluarga, bahkan sudah memiliki buntut...