"Ck. Ini tas Jimin isinya dosa apa gimana sih?!"
Jisoo menggerutu di sepanjang lorong, akibat membawa tiga tas sekolah. Tentu, yang di punggung adalah miliknya, sedangkan duanya lagi nan sekarang ada di tangan kiri dan kanan, milik Jennie dan Jimin.
"Jisoo?"
Jisoo menoleh ke belakang saat ada yang memanggilnya. "Eh, hai, Nay."
Gadis bergigi kelinci itu tersenyum dan mendekat ke arah Jisoo yang sepertinya tengah kerepotan. "Tas siapa?"
"Punya Jennie, punya Jimin." jawab Jisoo sembari mengangkat masing-masing tas ketika menyebutkan pemiliknya.
"Ooh, emang mereka lagi di mana?"
Teringat Jennie dan Jimin yang lagi enak-enak, tanpa mengajaknya, Jisoo mendengus kesal. "Bolos di kantin. Kurang ajar banget, 'kan? Enak-enak nggak ngajak, pas susahnya, gue yang kena."
Nayeon tertawa. Si Jisoo mukanya lucu kalau kesel. "Sini, gue bantuin bawa. Kebetulan, gue juga mau ke kantin nih."
Jisoo tersenyum saat Nayeon mengambil salah satu beban hidupnya. "Thank's ya, Nay. Niatnya tadi, mau gue jual aja tuh tas nya Jimin."
Beberapa topik obrolan ringan mereka bicarakan saat tengah jalan bersama. Jisoo baru tahu, ternyata si Nayeon ini orangnya asik juga ya?
"Eh, ngomong-ngomong, gimana perkembangan PDKT lo sama Taehyung?"
Ah iya Taehyung? Jisoo sampai lupa kalau dia lagi suka sama Taehyung. Akibat beberapa hari ini nggak ketemu sih.
"Hmmm, gitu-gitu aja, Nay. Ya, namanya orang berjuang sendiri, 'kan? Malah beberapa hari ini gue nggak pernah ngelihat Taehyung. Dia masuk sekolah nggak sih?"
Nayeon terkekeh kecil. "Aduh, Ji. Taehyung bolos? Enggak akan ada ceritanya! Dia tuh cinta banget sama sekolah dan belajar. Enggak ngerti deh gue sama partikel penyusun otaknya. Kadang sakit aja, dia tetap berangkat sekolah. Mungkin kalau ada petisi biar full day tujuh hari sekolah, dia adalah orang pertama yang tanda tangan kali."
Si Jisoo cuma angguk-angguk. Agak makin terbuka juga pikirannya setelah dengar sedikit tentang Taehyung lagi dari Nayeon. Biasanya, cowok pintar, suka cewek yang pintar juga kan ya?
"Oh ya, lo bilang, beberapa hari ini nggak ketemu Taehyung? Kalau gitu selamat deh, karena Taehyung juga lagi ada di kantin sekarang."
Jisoo auto berhenti di tempatnya. "Serius lo, Nay?"
Gadis itu mengangguk. "Ruang OSIS lagi di renovasi. Jadi nunggu itu selesai, sekarang kita rapatnya mentingin tempat yang nyaman aja. Dan kebetulan, gue dapat infonya tadi, kalau rapatnya bakal diadain di kantin. Taehyung udah di sana."
Duh, kok Jisoo agak gugup ya? Biasanya dia girang-girang aja kalau ketemu Taehyung. Tapi sekarang kok degdegan parah? Apa ini karena dia yang udah lama nggak ketemu Taehyung, atau karena Taehyung udah tahu perasaannya?
"Lo udah cantik kok, Ji. Kayak biasa."
"Aah, Nayeon lo gitu deh."
Mereka kembali lanjut jalan menuju kantin.
"Ji!"
Jisoo memutar bola matanya jengah ketika Jennie melambaikan tangan sambil cengengesan. Dih, bersikap kayak nggak punya dosa aja si Kuyang.
"Tega banget sih lo berdua, ninggalin gue di kelas!" ketus Jisoo kesal, sembari menaruh tas Jennie yang ada di tangannya ke meja.
"Heheheh. Niatnya tadi gue cuma mau beli freshtea, eh ketemu Jimin yang lagi ngadem di sini. Tergoda lah gue buat ikutan."
Si objek obrolan Jennie cuma cengengesan setelah ambil alih tas nya di tangan Nayeon.
"Jim, lo bawa kayu sama batu ke sekolah? Itu tas, apa gudang rindu? Berat banget."
"Iya nih. Tumben banget lo tas nya berat?" soalnya setahu Nayeon, Jimin itu jauh banget sih dari tipikal siswa rajin, yang suka bawa buku segunung ke sekolah.
"Ck. Isinya dvd 18+ kali. Mungkin lagi buka usaha jualan."
"Ish, Jen. Enak aja. Nista banget dah gue di mata lo. Sebokep-bokepnya otak gue, gue nggak bakal jadiin itu sebagai mata pencarian juga kali. Lagian sekolah itu tempat menuntut ilmu. Toh, ketahuan kepsek bisa mati gue."
"Dih. Gue pikir takut Tuhan, ternyata takut kepsek," cerca Jennie lagi. "terus isinya apaan?"
Si kurcaci senyum-senyum. "Buku lah. Buku kelas sepuluh."
"Buat apa bawa buku kelas sepuluh? Oh, jangan-jangan lo dipanggil kepsek, terus diturunin lagi kelasnya gitu ya?"
Heran Jimin tuh sama pikiran Jennie. Nista banget kayaknya dia di mata tuh cewek. Untung cantik, Jen.
"Enggak, Jen. Ini buat adik kelas."
"Uuuhh, adik kelas apa adik kelas nih?"
"Hehehe..."
Dari hehehe nya si Jimin, Jisoo udah bisa nebak. Dia cuma geleng-geleng sambil senyum. Sampai tak sengaja, arah pandang Jisoo jatuh pada seseorang yang menghuni bangku kantin pojok kiri. Kebetulan, laki-laki itu juga lagi ngelihatin dia.
Aduh, jantung Jisoo langsung ketar-ketir di dalam. Dia udah ambil ancang-ancang buat senyum ke arah Taehyung, eh anaknya keburu buang pandangan. Nyesek.
Kayaknya Taehyung lagi sibuk.
Sibuk ngehindarin Jisoo maksudnya.
***
Berhubung komik yang direkomendasikan Taehyung waktu itu sudah selesai ia baca, hari ini Jisoo datang ke perpustakaan untuk mengembalikannya. Jejeran komik bersampul hitam dengan judul-judul nan seram itu mencuri atensinya. Mungkin bisa dikatakan, Jisoo sedang kecanduan membaca komik. Komik genre horor dan kelam lebih tepatnya.
The Secret Of Death
Tangan Jisoo terulur untuk meraih komik tersebut,
Tap.
"Eh?" sebelum ditariknya kembali karena ada tangan asing yang juga ingin menyentuhnya.
Gadis itu menoleh ke samping kanan, dengan kepala yang agak mendongak sedikit, lantaran yang punya tubuh lebih tinggi ketimbang dirinya. Saat bertatapan dengan orang itu, semua tubuhnya terasa kelu.
"T-Taehyung?"
Laki-laki itu sempat menatapnya pula tadi, sebelum lebih dulu memutus pandangan dan lebih memilih untuk melihat komik yang menjadi incaran mereka berdua.
"Lo mau ambil yang ini?"
Jisoo buru-buru menggeleng pelan. "Eng... kalau lo mau, lo aja yang ambil. Gue bisa cari yang lain kok."
Taehyung sempat menoleh, sebelum menarik buku tersebut, guna mengambilnya. Meninggalkan Jisoo yang masih berdiam dengan senyuman tipis di wajah.
Melihat punggung Taehyung, Jisoo berdecak. Susah betul mau bikin laki-laki itu luluh. Begini caranya sih, Jisoo udah depresi duluan.
"Taehyung!"
Entah keberanian dari mana, dan hendak mengatakan apa, Jisoo memanggil Taehyung ketika mereka keluar dari perpustakaan. Melihat laki-laki itu berhenti, meski tak berbalik, Jisoo merasa punya harapan. Ia berjalan mendekat ke arah Taehyung, menghadang jalannya.
"Lo ngehindarin gue?"
Diamnya laki-laki itu membuat Jisoo mendengus. "Sebegitu mengganggu kah gue sampai harus dihindarin? Sebegitu enggak sukanya lo sama gue, sampai nggak bisa buka hati sedikit aja?" cerocos Jisoo menggebu. Dia sudah lama menahan.
Merasa dirinya tertuduh akan anggapan tak benar tersebut, Taehyung akhirnya membuka suara. "Lo ngomong apa sih? Ini sama sekali nggak ada hubungannya, mau gue suka atau enggak sama lo. Gue kan udah bilang, biar lo berhenti sama perasaan itu. Jangan nyari sakit hati dengan berharap ke gue."
"Kenapa? Gue seburuk itu ya?"
---To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can To Be Mine? (√)
Ficção AdolescenteKata Jennie, Jisoo itu oon. Kata Jisoo, dia mau memperjuangkan cintanya. Kata Taehyung, itu sia-sia Publish pertama: ©Start, September 2019 ©End, 16 September 2019 Republish: ©Start, 21 Oktober 2021 ©End, 30 Januari 2022 TOTAL BAB: 1-12